Satya datang ke sekolah tepat pukul 06.45 WIB. Ia memakirkan motor kesayangannya persis disebelah motor teman-temannya. Sambil bersiul ia merapikan jambul dengan sisir, "Cmiwiw, ngaca dulu mas bro. Biar gebetan bang Satya banyak."
"Bang Sat.. Bang Sat.."
"Astaghfirullah ukhti, pagi-pagi kok udah bikin dosa."
"Yee.. nama situ emang yang bikin orang salah paham. Btw bang, saya lupa sampein sesuatu kemarin. Bu Rita hari ini nggak masuk, jadi bang Satya ambil tugas dulu di ruang guru ya," ingat Lusi adik kelas Satya.
"Oh.. oke dek. Makasih ya." Satya pun langsung pergi ke kelasnya.
"Eh abang Satya baru dateng. Sini ada yang mau gue omongin," sambut Gavin saat melihat Satya datang.
Satya hanya membalasnya dengan mengangkat sebelah alisnya."Gue mau nanya sama lo, kenapa lo tiba-tiba nanyain cewek itu?" tanya Gavin penasaran.
Kringg.. kringg..
"Nanti ajalah, dah bel."
Guru mata pelajaran pun masuk ke kelas mereka dan memulai pembelajaran.
"Gav, habis ini anterin gue ke ruang guru ya, ambil tugas Ekonomi dari bu Rita," bisik Satya.
Gavin hanya membalas ucapan Satya dengan anggukan.
***
"Yok kita ke kantin, dude. Satya dompet berjalanku. Ayo nak. Come to Papa," ucap Gavin dengan tampak sok imutnya.
"Kaca mana kaca. Contoh anak gatau diri ya gini. Sini lo."
"Ampun ampun, canda gue wkwk. Yuk lah gece."
Sesampainya di Kantin,
"Dav.. lo yang pesen ya. Gue mie ayam sama es teh satu. Lo pesen apa Sat?"
"Gue samain aja kaya Gavin.""Oke."
Saat Davin mengantre, ia melihat Thalia disebelahnya, "Eh Thal. Hai."
"Eh, elo Dav. Hai juga. Lo gimana kabar? Kita satu sekolah tapi jarang ketemu perasaan."
"Yeee, lo aja yang jarang berbaur. Gue mah dimana-mana ada. Biasa... sama kutil-kutil ono."
"Hahaha... bisa aja lo, gue duluan ya."
"Silakan tuan putri."
"Eh Thal, lo kenal Davin darimana?" tanya Anindya, teman dekat Thalia.
Biasanya sih dipanggil Nindi.
"Temen lama."
"Ih.. Kok lo ga bilang sih temenan sama dia?"
"Ini gue bilang sama elo. Udah lah, yuk duduk disana," sambung Thalia sambil menunjuk bangku pojok kantin yang kebetulan berhadapan dengan bangku Satya.
"Ihh lo mau disitu? Serius?" tanya Nindi.
"Iya emangnya kenapa? Ada yang salah?" Thalia heran dengan pertanyaan Nindi.
"Masalahnya, bangku itu tuh berhadapan dengan Satya," kata Nindi.
"Satya?" tanya Thalia bingung.
"Hm, itu si anak basket yang ganteng itu," katanya antusias saat mengingat siapa Satya.
Thalia mengerutkan dahinya "Anak basket? Ganteng? Siapa?"
"Itu yang duduk bareng Davin, yang lagi pegang gitar," tunjuk Nindi ke arah geng Satya.
Oh nama dia itu Satya, ucap Thalia dalam hati.
"Udahlah nggak papa, duduk aja disana. Nggak bakal ngaruh juga."
Akhirnya, mereka pun duduk di bangku pojok kantin. Baru saja dia duduk, dia sudah mendapat tatapan dari Satya. Satya menatap Thalia dengan tajam sambil menunjuk-nunjuk matanya kemudian menunjuk mata Thalia menggunakan kedua jarinya.
Lama lama, Thalia risih karena Satya terus terusan melihat ke arahnya,
"Nin, gue pergi dulu ya," pamit Thalia.
"Kemana?"
"Perpus," jawab Thalia singkat lalu beranjak pergi.
Satya mengikutinya perlahan. Dia penasaran mau kemana cewek itu.
"Dikira bisa dengan mudah apa lepas dari tatapan tajam gue," ucap Satya bangga diri.
"Eh tuh cewek kemana?" Tanyanya bingung.
"Setan! Gue kehilangan dia!" umpat Satya kesal.
Saat sibuk mencari Thalia di sudut sudut tumpukkan buku tiba-tiba..
Bruukk!!
"Woy yang bener dong kalo jalan. Lo punya mata gak sih!!" Oceh seorang cewek yang tertabrak Satya.
"Ke. te. mu." kata Satya sambil tersenyum lalu memiringkan kepalanya menatap Thalia yang tampak kaget.
"Lo lo lo lo lo mau ngapain sih ngikutin gue!" bentak Thalia setengah gugup.
"Mata gue gak mau berhenti mondar mandir kalo gak ngeliat lo," ucap Satya sambil terus melihat Thalia.
"Hm." Dehem Thalia lalu kembali fokus mencari buku.
"Lo. Hutang nama sama gue."
"Apasih nggak penting. Ngerti? Minggir lo!"
"Mau kemana?" Satya mendekatkan wajahnya pada Thalia,
" jawab atau gue ngelakuin sesuatu sama lo?"
"Apa? Emang lo berani?"
"Oh! Lo nantang? Jangan nyesel lo."
Thalia pucat pasi dibuatnya sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, ia berubah pikiran.
"Oke oke. Cuma nama doang kan yang lo mau?"
"Hmm.. untuk saat ini cuma itu."
"Emang ada saat kapan?"
"Setiap hari adalah saat-saat kita sayang." Satya menunjukkan smirknya kepada Thalia.
"Jijik gue. Oke, nama gue Thalia."
"Nama panjang lo?"
"Thalia Clarabelle Abraham."
Abraham? batin Satya.
"Udah kan? Gue mau balik."
"Hah? Oh iya. Perlu gue anter?"
"Nggak, makasih."
See you all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musicopoetica
RandomPertemuan yang tak disengaja membuat kedua insan terjebak dalam sebuah lingkaran yang dinamakan "CINTA." Dimulai dari untaian kata yang dirangkai menjadi suatu karya Sastra yang memikat hati seorang Adam. Dan suara petikan nada begitu merdu dapat m...