Chapter 9

30 5 0
                                    

Happy reading
Jan lupa vote and comen👍

Davin meninggalkan Kantin dengan perasaan yang bergerumul. Mulutnya tak berhenti mengomel sedari tadi.

"Apa-apaan Satya, mau kasih si Thalia cokelat."

Ia tidak sadar banyak tatapan yang mengarah padanya,
"Kasian ya, ganteng-ganteng gila."
"Iya, kasian."

"Apa lo liat-liat!"

"Eh.. eng.. enggak kak, maaf."

Davin melanjutkan jalannya berniat menuju ke kelas.

"Tapi kalau dipikir-pikir harusnya gue ngga ngebentak segitunya sama Satya." Davin menyesal dan meninju udara.

"Bodo amatlah, ntar minta maaf ke dia."

Di ujung lapangan basket, Thalia tak sengaja melihat Davin.

"Davin!" Thalia berlari ke arah Davin.

"Apa?"

"Ah.. nggak papa kok. Btw, gue cuma mau sampein sesuatu sama lo. Puisi gue, Lolos vin!"

"Wahh.. selamaaat. Gue bangga sama lo." Davin mengacak gemas rambut Thalia. Mereka saling bertatapan dan saling membatu di tempatnya.

Sedangkan di lain tempat, Satya melihat dengan jelas adegan tersebut di pagar pembatas Rooftop. Tanpa sadar ia mengepalkan erat tangannya.

"Hufft, bodo lah. Bukan urusan gue."

Satya kembali ke tempat semula dan kembali mendengarkan musik.

"Hh.. bolos aja deh gue." Satya memejamkan matanya dan mulai menuju ke alam bawah sadar.

_'Satya Satya!' Panggil seorang wanita._

'Apaan sih? Ganggu gua ajh deh' bentak Satya, sambil berbalik.

Saat melihat siapa wanita yang memanggilnya, ia pun kaget dan langsung merubah nada bicaranya.

'Eh elo Tha. Kirain siapa. Ada apa lo kesini?' tanya Satya.

'Gue mau ngasih tau lo sesuatu' Kata Thalia.

'Ngasih tau apa?'

'Gue sama Davin pacaran. Jadi, lo stop ya gangguin gue. Gue mau jaga perasaan pacar gue'

BUKKK

Satya terjatuh dari sofa tempat ia tidur. Nafasnya tersengal, wajahnya penuh keringat.

"Syukurlah cuma mimpi," katanya masih dengan nafas tersengal.

"Eh ngapain gue seneng pas tahu itu cuma mimpi?"

"Mimpinya gak jelas banget anjir," tambahnya lagi lalu beranjak bangun dan duduk di sofa tadi.

"Gue kenapa sih?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Au ah, mending lanjut tidur," sambungnya lagi sambil merebahkan dirinya di sofa.

***

Matahari sudah mulai turun, itu tandanya hari mulai sore kegiatan belajar mengajar sudah dihentikan dan para murid akan pulang. Tapi tidak dengan Satya yang sekarang masih asik berkelana di alam bawah sadarnya.

Satya terbangun karena perutnya terasa lapar.

"Duh laper nih," suara serak khas bangun tidur itu menggumam.

Satya menggaruk kepalanya, "Jam berapa sih sekarang?" Satya melihat jam yang melingkar manis di tangannya.

16.00

MusicopoeticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang