Chapter 12

21 5 0
                                    

Satya dan Thalia tersenyum kikuk seperti kepergok melakukan hal yang tidak-tidak dihadapan mereka. Davin meneguhkan hati dan berusaha tersenyum.

"Sorry ganggu lo pada. Mama Satya bawa cemilan. Makan gih." Davin berusaha tegar dan kembali bermain PS bersama Gavin.

"Nih, lo makan Tha."

"Eh, iya. Ini Mama lo bikin sendiri?"

"Iya, Mama gue suka masak. Jadi sering bikin cemilan."

Suasana kembali canggung. Diantara mereka tidak ada satupun yang berbicara.

"Ehmm Tha? Lo mau jalan-jalan? Sekitaran komplek sini aja sih."

"Boleh-boleh. Tapi lo? Nggak sakit?"

"Gapapa, udah baikan nih. Gue butuh udara segar aja."

"Ayok deh."

Thalia berjalan mendahului Satya. Sedangkan Satya, ia sedang mencari Hoodienya untuk dikenakan saat jalan bersama Thalia.

"Lo mau kemana Sat kok siap-siap?" Kepo Gavin sambil sesekali melirik ke arah Satya.

"Cari udara seger aja gue. Di Taman deket sini."

"Oh oke," sahut Gavin mendengar ucapan Satya.

Setelah selesai bersiap, Satya pun langsung pergi bersana Thalia.

"Gue pergi dulu ya Dav, Gav," pamit Satya

"Iya, hati hati lo. Jangan sampe pingsan lagi," pesan Davin.

"Gue kuat kok, enggak kek si setan ono."

"Siapa?"

"Itu tuuuuhh," tunjuk Satya lewat matanya.

"Iya, bang Satya jangan pingsan lagi. Nanti dede khawatir sama abang," ucap Gavin.

"Telat anjir, udah gue jawab tadi."

"Gue ngingetin. Kan tadi lo pingsan. Lemah," ceplos Gavin.

"Eh apaan? Gue ga pingsan ya!" Bantah Satya.

"Iya dah, terserah bang Sat aja."

Satya tak mempedulikan ucapan Gavin.

"Ayo Tha," ajak Satya sambil menarik tangan Thalia.

Melihat tangan Satya dan Thalia bertautan, membuat hati Davin sedikit tersayat.

"Lo kenapa Dav? Cemburu ya liat mereka? Utuk utuk adek gue udah besar ternyata."

"Apaan sih lo, ngawur tau gak!"

"Lu kagak bisa bohong sama babang ganteng yang satu ini bep."

"Najis!"

"Sini sini peluk."

"Ogah!"

"Wooyyy lu berduaa ajak gue napa?! Gue takut diapa-apain si setan!!"

"Udah, dede Davin jangan sedih. Kan ada bang Gavin disini," ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Jijik gue sama lo!"

****

Sementara sekarang, Satya dan Thalia sudah mulai melangkahkan kaki mereka ke jalanan komplek. Sejuk, sepi yang terdengar hanya langkah kaki mereka sambil sesekali Satya menunduk, menghela nafas.

Kok jadi diem-dieman gini? batin Satya berbisik.

"Tha, kita duduk di Taman sana aja yuk."

"Yuk."

Mereka pun duduk di salah satu bangku taman, tidak terlalu pojok juga tidak terlalu di tempat sepi. Dari tempat mereka, sangat pas sekali melihat pemandangan yang ada di Taman tersebut. Pegunungan nampak jelas. Bahkan, rasanya sungguh indah saat dapat melihat Sunrise atau Sunset dengan pasangan. Eh, pasangan?

MusicopoeticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang