Chapter 8

32 8 4
                                    

Seketika, bayangmu dengannya melintas di benakku. Hawa panas menjalar di seluruh tubuh. Entah kenapa denganku. Inikah yang namanya cemburu?

-Satya-

***

Satya bersemangat menuju kelas Thalia guna mengucapkan Terima Kasih dan memberinya sebuah coklat. Ya kali nggak ada buah tangan. Walaupun hanya coklat, seenggaknya ada yang dibawa. Ia melihat di dalam kelas hanya ada beberapa anak yang ada.

"Eh bentar. Lo Nindy kan? Temennya Thalia?"

"Hah? O.. o.. i.. iya. Kenapa ya?"

"Thalia nya ada?"

"Thalia tadi ada kok. Gue baru dari Toilet. Jadi gatau dia dimana. Ada yang perlu disampein?"

"Ohh enggak. Yaudah deh nanti aja. Makasih ya."

"Iya, sama-sama."

Setelah memastikan Satya jauh dari kelasnya, Nindy berteriak

"OMG....... Satya tahu nama gue anjer!!! DEMI APA WOY!," teriak Nindy heboh.

Thalia terjingkat karena Nindy berteriak di dekat telingnya.

"Lo gila?! Yakali lo teriak di telinga gue."

"Sorry sorry. Lo tiba-tiba muncul sih mana gue tahu. Nih ya, asal lo tahu. Satya tadi kesini dan dia tahu nama gue dong. Omaigatt. Gue seneng."

"B aja kali."

"Itu kejadian langka Thaliaaaa!!," teriak Nindy histeris.

"Lo nya aja baperan," kata Thalia dingin.

"Lo mah gitu. Btw, tadi dia nyariin lo. Lo darimana?"

"Gue dari perpus, balikin buku. Ngapain dia nyariin gue?"

Nindy hanya mengangkat kedua bahunya.

"Gak jelas emang," bisik Thalia pelan.

Thalia duduk di bangkunya, Dia masih melamunkan apa yang di katakan temannya barusan.

"Si Satya ngapain nyari gue, apa gue ngelakuin kesalahan?" bisik Thalia heran.

"Heh! Ngelamun aja lo," ucap Arkan, teman sekelas Thalia.

Alih alih menjawab ucapan Arkan, Thalia malah membuka novelnya dan mulai membaca. Arkan sudah tahu bagaimana kebiasaan Thalia, kalau diajak ngomong kadang ga ngebales.

"Arkan, daripada lo dicuekin Thalia, mending bantu gue ambil buku dong di Ruang Guru. Banyak soalnya," ucap Nindya yang ternyata memperhatikan interaksi mereka sedari tadi.

Arkan mengangguk saja ajakan Nindy. Dan berjalan mendahuluinya sambil melirik sedikit ke arah Thalia.

***

"Eh abang Satya darimana aja? Gavin kangen tau bang," ucap Gavin saat melihat Satya dari balik koridor kelas.

"Kepo," jawab Satya singkat.

"Bang sat jangan gitu sama Gavin," rengek Gavin.

"Bodo gak peduli."

"Gue boleh ngomong kasar gak?," tanya Gavin menahan amarah nya.

"Boleh, gak gue larang," kata Satya santai.

"Sayaaanngg!!," teriak Gavin tepat didekat telinga Satya.

"Ilih ilihh itu coklat buat dede ya bang?," sambung Gavin sambil melihat tangan Satya yang membawa sebatang coklat.

Satya terdiam dengan telinga yang berdengung akibat teriakan Gavin yang cukup kencang.

MusicopoeticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang