"Raia Shelsaraya Adzky?" Ucap seorang lelaki dengan suara baritonnya. Tak lupa dengan senyuman manisnya, ah tidak itu adalah senyuman yang sangat sangat manis.
"Hadir pak." Akupun menjawab ketika namaku di panggil sambil mengacungkan tanganku, tak lupa aku pun memamerkan senyum terbaikku.
Hari ini adalah hari pertama dimana semua siswa yang mulai berkuliah berubah status menjadi mahasiswa atau biasa di sebut Maba. Begitupun dengan aku, aku seorang mahasiswa baru di kampusku.
Letak kampusku pun cukup jauh dari rumah, mungkin ada 1 jam waktu tempuhnya untuk bisa datang ke kampus baru ku ini. Jadi disini aku hanya memiliki 1 sampai 2 orang teman saja yang berasal dari sekolahku dahulu di jurusanku ini.
Bisa di bilang aku mengeluarkan diriku dari zona aman teman temanku terdahulu untuk mencari teman teman baru. Soal teman ku yang sejurusan berasal dari sekolahkupun kami tidak saling kenal, malah baru kenal ketika di kampus.
Setelah melewati beberapa acara orientasi seminggu kebelakang ini akhirnya aku merasakan masuk kelas untuk yang pertama kalinya. Dan di jadwal yang di berikan oleh kampus ini mengatakan bahwa hari ini hanya pengenalan dengan dosen wali.
Dosen wali bukan seperti wali kelas yang mengurusi segala kepentingan muridnya. Namun hanya membimbing dalam pemilihan mata kuliah dan mendata dimana atau matakuliah mana yang mahasiswa itu lebih berpotensi.
Dosen wali tidak terlalu peduli jika mahasiswanya tidak masuk kelas atau membolos alias skip. Kecuali memang dosen tersebut memiliki sifat care.
"Hmm, kamu dipanggilnya Raia? Tapi ini bagus ya namanya. Raia nya pake i tapi di belakangnya Shelsaraya pake y. Bisa di jadikan referensi buat nanti kalau saya punya anak ya." Guyonan dari Pa Ryandrien selaku dosen sekaligus dosen waliku pun terdengar begitu manis.
"Okay semuanya sudah diabsen ya? Ada yang terlewat? Jika sudah semua Saya disini mengucapkan selamat datang di dunia kampus, dan kalianpun berganti panggilan dari siswa menjadi mahasiswa. dan maha tersebut menjabarkan bahwa kalian sudah semakin dewasa dan tidak berperilaku sebagai siswa SMA lagi. Yang males malesannya di buang ya, yang leha lehanya di buang, yang main mainnya dikurangi." ucapnya kini mulai tegas.
Tegas saja tetap ganteng. Mamanya ketika hamil Pak Ryan ngidam apa ya?
"Saya Ryandrien Wijaya sebagai Wali dosen kalian, yaitu kelas H. Jika ada hal hal yang harus di konsultasikan silahkah kalian bisa hubungi saya, konsultasi di sini berupa yang berhubungan dengan kampus. Seperti mata kuliah yang harus di ambil, mata kuliah keatas yang bisa di ambil lebih cepat, atau mungkin mengulang matakuliah dan sebagainya. Semua itu bisa di konsultasikan kepada saya. Dan mungkin cukup sekian penjelasakan dari saya, dan kelas saya tutup hari ini karena tidak ada mata kuliah karena hari ini masih masa pengenalan. Sekali lagi kelas saya tutup, dan selamat sore." lanjut dosen waliku yang adalah dosen muda nan memiliki paras tampan itu keluar dari kelas.
Sejak hari itu aku menetapkan dia Ryandrien Wijaya sebagai orang yang ku puja dan ku kagumi.
Hanya memujanya bukan berarti jatuh hati bukan? bisa di bilang aku akan menjadi fansnya mulai hari ini dan selanjutnya.
"Ya tuhan kalau setiap matakuliah di suguhkan dosen dosen berparas tampan seperti pak ryan sepertinya aku akan semangat untuk kuliah."
"Abis dapet cuci mata kali ya ni cewe." Ucap teman baru ku Ferdi. Dia teman yang baik, sebagai lelaki dia melindungi teman wanitanya.
"Eh sumpah ya ga munafik tapi pak ryan ganteng bangatt cuy."
"Masih ganteng juga gw kok."
"Idihh malas bangat."
"Kalau ga salah pak ryan ini udah ada cewe Ray, jadi lu harus mundur ya. Yang sabar ya raiaa."
"Oya? Biarin aja ah sebelum jalur kuning melengkung kan? Haha"
"Gila bener bener ni orang." Ucapan Ferdi membuatku tertawa
---
"Ray! Raiaa! Di cari tuh sama pa ryan."
Pa ryan mencariku? Hmm mimpi apa aku semalam?
"Oh iya? Dimana pa ryan nya put?" Ucapku pada putri temanku
"Di ruangannya. Katanya di tunggu di ruangannya. kayaknya nanyain tugas lu deh abisnya tadi ngomongin tugas gitu."
"Oh okeyy. Thankyouu ya putt."
"Tapi hati hati Ray, dia kayaknya lagi unmood banget."
Ini rejeki untukku atau malah musibah ya? Ah masa bodo. Yang penting aku akan bertemu idola kuu.
Aku berjalan melewati lorong untuk menuju ke ruangan pa Ryan. Melihat beberapa kaka tingkatku yang sepertinya akan bimbingan untuk skripsi dengan pak Ryan. Namun raut wajah mereka semua, mengapa muram dan ada beberapa yang menangis dan emosi.
Apa se Unmood itu hari ini pa Ryan?
Ketika aku akan membuka pintu ruangan tiba tiba pintu ruangan terbuka. Itu kaka tingkatku yang baru saja beres bimbingan sepertinya. rautnya seperti frustasi.
akan kah aku juga keluar dari ruangan pa ryan juga dengan raut frustasi? Tapi kan aku hanya menemui sesuai yang di intruksikan.
"Permisi pak, maaf mengganggu. Kata putri bapa mencari saya ya?"
"Ah iya duduk di situ." Dengan rautnya yang menurutku tegas namun seperti galak juga.
Namun dia tetap tampan. Aku tak berlebihan tapi jujur. Apa aku terlalu tenggelam dalam pesona idola ku ini?!
"Ada apa ya pak?"
"Tugas yang saya berikan kemarin yang kamu kenapa tidak ada. Tapi di sini kamu sudah submit."
"Maaf pak saya sudah mengirim tugasnya kok."
"Kalau ada saya ga akan manggil kamu kesini raia." Ucapannya kali ini cukup mengerikan untukku
"Tapi pak" belum selesai aku berbicara pak ryan memotongnya dengan menggebrak mejanya dengan tangan.
"Kalau saya bilang ga ada ya ga ada Raia. Sekarang kamu maunya bagaimana?"
"Saya akan mengirim tugasnya lagi pak, meski konsekuensinya saya mendapat nilai nol."
"Saya tidak akan memberikan nilai nol. Saya akan memberikan nilai sesuai isi tugasnya karena kamu sebelumnya submit dalam tepat waktu. Jangan berbicara seperti meremehkan dosenmu Raia." Ucapnya ketus. Jujur dia sangat mengerikan.
Dia seperti bukan Ryandrien. Apakah ini aslinya Ryandrien Wijaya? Padahal sebelum sebelumnya saat aku salam dan berniat sedikit modus tidak apa apa. Hanya sedikit menyindir dan hal itu menurutku masih wajar wajar saja.
Tapi hari ini? Ah mungkin dia sedang unmood saja. namun jujur aku saat ini sudah tidak ingin mengidolakannya kembali. Jika alasannya karena dia tadi membentakku jawabannya ya dan tidak.
Ya untuk karena aku tidak terlalu menyukai seseorang yang sedang marah dengan oranglain namun melampiaskannya juga ke orang yang tidak bersalah. Dan ya juga untuk mengapa atau apa susahnya berbicara dengan santai saja bukan?
Tidak untuk masa karena di sentak saja aku langsung membencinya, pikiranku tidak sechildish itu.
Akupun izin pamit keluar dari ruangan. Aku yakin dia hanya sedang unmood mungkin besok akan baik baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should i ?
Storie d'amoreMenikahi seorang Ryandrien Wijaya alias dosen charming di jurusanku ternyata tak sebahagia apa yang aku bayangkan. Ryandrien yang pertama kali aku temui sangat berbeda dengan sifat aslinya. Dan aku benci situasi saat ini. Saat aku hanyalah pengantin...