Ryandrien POV
Aku memegang tangan istriku yang sedang bersandar di dadaku. Tanganku yang ia remas mengatakan bahwa dia sangat kesakitan mengelahirkan jagoan kecilku.
"Ayo sayang kamu pasti bisaa sedikit lagii."
Dia masih mengenjan dengan sekuat tenaga. Keringat yang membanjiri seluruh badannya membuatku tahu bahwa perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya sungguh berat.
Wanita ini, wanita yang sedang berjuang melahirkan anakku ini adalah wanita yang dari pertama aku menjumpainya secara tidak aku ketahui ternyata dia telah mencuri hatiku.
Aku ingat bagaimana saat pertamakali kami bertemu di kelas. Guyonan terhadap teman temannya membuatku tersenyum, tak lupa senyuman yang manis miliknya menghiasi wajahnya membuat hatiku berdesir.
Wanita itu juga suka kepada anak kecil tanpa melihat status anak siapa anak kecil tersebut. Seperti saat itu ada kunjungan ke luar kampus untuk kelasnya dan aku melihat wanita itu mengajak main anak kecil yang ternyata anak dari pengemis. Dia tertawa dan membuat anak kecil tersebut tertawa, dan dia juga memberikannya uang dengan berkata.
"Nih jajan sanaa yang banyak. Jajannya yang bikin kenyang ya!"
Entah mengapa aku merasa jika dekat dengannya membawa good vibes untukku dan mungkin juga teman temannya.
Aku juga suka saat dia akting tersenyum di hadapanku ketika aku mengerjainya di kelas dengan di suruh inilah dan itulah. Aku tahu dia sebenarnya sebal tapi dia berusaha pura pura tersenyum padahal dia pasti sebal sekali. Dan jujur aku selalu menahan diri untuk tidak tertawa saat dia melakukan hal pura pura iklas dan tersenyum itu, karena terlalu terlihat di buat buat dan itu menggemaskan untukku.
Belum lagi saat dia menggodaku, tapi aku tahu dia hanya bercanda. Karena teman temannya selalu meledek dia yang mengidolakanku, jadi dia selalu sengaja pura pura menggodaku agar temannya senang. Kurang ajar memang anak satu ini haha, dasar anak unik.
Sampai suatu saat Sasha, tunanganku bilang bahwa wanita itu atau Raia ternyata adiknya. Sasha menjejaliku dengan segala ucapannya tentang aku anak yang kurang ajar, anak yang egois, dan anak yang suka mengambil hak oranglain. Dan jujur otakku tercuci dengan itu.
Maka dari itu di kelas aku selalu memarahinya, dan mengerjainya dengan soal soal yang lebih rumit daripada yang lainnya. Dan soal untuk nilainya yang D memang itu hasil murni tanpa campur tangan isengku. Tapi memang ku akui mengapa dia bisa sampai nilai D karena seperti yang ku bilang, jika di kelas aku selalu membedakan soal untuknya dan teman temannya.
Kalau sampai rector tahu tentang hal ini mungkin aku bisa di pecat, bisa saja sih nilai dia ku manipulasi agar nilainya seperti teman temannya yang lain. Tapi entah aku kerasukan apa dan berfikir biarlah nilainya seperti itu karena jika tidak seperti itu aku tidak akan bisa mengajar dia lagi. Dan bahkan tidak bisa melihatnya dikelas.
"Kalau kamu Namanya siapa?"ucapku kepadanya.ya tentu saja aku pura pura lupa.
Bagaimana bisa aku melupakan Namanya bahkan senyumnya pun sampai sekarang masih melekat di ingatanku. Padahal sudah satu smester berlalu tanpa bertemu dengannya.
"Raia Shelsaraya Adzky pak" ucapnya sesopan mungkin dan senyum yang dipaksakannya yang mulai mode on.
Tahan tawa mu Adrien. Kamu harus terlihat berwibaawa.
"kamu kesini langsung dari rumah eh atau kos?" aku menanyakan pada satu mahasiswa yang duduk sejejer dengan raia.
"kalau kamu?"kini giliran raia yangaku tanya.
"sa.."
"oh iya, kamu dari rumah kan? Yang rumahnya butuh waktu tempuh satu jam kan ke kampus?" ucapku dengan wajah tenang tapi sepeertinya malah seperti meledek karena akhirnya senyum jahilku kini muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should i ?
Любовные романыMenikahi seorang Ryandrien Wijaya alias dosen charming di jurusanku ternyata tak sebahagia apa yang aku bayangkan. Ryandrien yang pertama kali aku temui sangat berbeda dengan sifat aslinya. Dan aku benci situasi saat ini. Saat aku hanyalah pengantin...