part 16 : hello baby

1.1K 47 1
                                    

"Rii gerah banget gak si malem ini. Sumpah ya gw gerah banget, sampe sampe tidur ga nyenyak. Udah gitu sakit banget pinggang gw. Dan sekarang lemes banget gw ngapa ngapain sumpah."

"lu kayak orang hamil aja sih sa. Hahahaha."

"ih sumpah rii serius ini. Apa mungkin karena gw kecapean aja ya? Abisnya belakangan ini pa ryan nyuruh nyuruh gw mulu. Mana permintaannya aneh aneh. Udah gitu masa gw di marahin dikit dikit gara gara pecicilan doang. Menatang mentang orangtua gw kenal dia."

"Namanya juga suami lah sa. Maunya manja manja siaga gituu hahaha."

Ugh dia mulai lagi meledekku dari sebrang telefon sana dengan bilang ryandrien adalah suamiku. Pria menyebalkan itu memang setelah aku mulai masuk kuliah Kembali permintaannya makin aneh aneh. Belum lagi dia yang selalu minta di temaiku saat dia mengalami gejala muntsh muntah. Untung saja sudah tidak ada lagi drama mual mual dan muntah muntah itu lagi.

Dan sekarang sekarang mentang mentang aku hanya mengurus skripsi skripsiku karena mata kuliahku tinggal Menyusun Tugas Akhir dia malah jadi se enaknya menyuruhku ini itu. Belum harus ke ruangannya dengan alasan tolong bantu cek tugas anak tingkat satu lah. Tolong bantu cek data data inilah itulah. Untung saja ada benefitnya aku mendapat sedikit uang saku. Memang tidak seperapa sih namun lumayan juga untuk jajan.

Tapiiii, jujur melelahkan sekali. Harus kekampus walau tidak ada jadwal itu sangat berat untukku. Belum lagi kakiku sekarang gampang lemah, dan aku sangat mudah kelelahan.

"atau mungkin mau haid aja kali saa. Tapi kalo lu hamil juga gapapa sih gw seneng seneng aja mau punya ponakan aww. Hahahahaha"

"ledek terus gw rii ledek. Eh tapi ya Ri..?

"kenapa kenapa sini ngomong sini."

"sejak gw lupa ingatan gw belum haid ri."

Aku terdiam sebentar setelah bicara tadi. Kalau iya benar aku hamil bagaimana kata orangtuaku? Aku hamil anak siapa? Orangtuaku paasti kecewa denganku. Aku meneteskan air mataku.

"eh eh eh saa jangan nangis. Udah udah jangan di pikirin. Lu juga jangan ngelakuin hal hal aneh sebelum gw dateng ya saa. Gw otw ke rumah lu ya. Udah jangan di pikirin saa." Ucap risa khawatir dari sebrang sana

Jika benar aku hamil, bagaimana ini? Bagaimana jika orang orang di kampus tahu? Bagaimana kata tetangga aku hamil tanpa suami? Bagaimana orangtuaku pasti kecewa sekali.

Memikirkan semua itu membuat aku menangis. Aku bingung jujur. Aku berdiri didepan cermin besar di kamarku dan membuka sedikit bajuku yang memperlihatkan perutku yang mumbuncit.

"ah engga engga.ini Cuma buncit aja gaa hamil."

Aku mengelus ngelus perutku dan merasakan gerakan gerakan di perutku yang membuatku makin stress.

"engga engga raia. Ini Cuma masuk angin kok kayak biasa juga perut kan emang selalu kayak ada yang gerak kalau lagi ga enak perut."

Aku merebahkan badanku di Kasur. Memejamkan mataku untuk menenangkan diri.

"saa. Lu gapapa kan?" sosok itu masuk kekamarku. Dan aku memeluknya entah kenapa aku jadi secengeng ini.

"udah sa gapapa gapapa. Sorry banget but I think u should do this sa" risa memberikan alat yang disebut testpack kepadaku.

Tanpa basa basi aku langsung mengambilnya dan mencobanya. Setelah selesai aku langsung keluar dan tak melihatnya terlebih dahulu dan langsung memberikannya kepada risa.

"saa. Kayaknya kita perlu ke dokter kandungan deh sa. Karena gw yakin ini bukan Cuma baru satu atau dua bulan aja."

aku terduduk lemas di kasurku. Apa aku ternyata hamil? Tapi bagaimana bisa? Aku menangis tentu saja. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Risa membawaku pergi ke klinik terdekat untuk memeriksa kandungan. Dan Ketika namaku di panggil dokter menyuruhku merebahkan badanku di Kasur yang disediakan.

Aku tidak tahu apa yang risa bicarakan dengan dokter itu, aku tidak peduli. Yang harus aku lihat sekarang bayinya. Sudah umur berapa dia di kandunganku?

Dokter memberikan gel yang aku tidak tahu apalah gel itu, dan mulai menggunakan alat USG itu ke perutku.

"nih bayinya ya mam. Dilihat ini usianya sudah 6 bulan menuju 7 bulan ya mam. Di usia ini lemak, kulit, dan tulang sudah mulai terbentuk. Mam banyak berjalan kaki, dan berendam air hangat. Jangan lupa juga makan makanan yang bergizi seperti ikan salmon. Dan di usia ini juga bayi sudah punya pola tidur, dia juga bisa cegukan, sudah bisa berkedip, dan bisa merespon melalui suara. Jadi mam harus berucap yang bagus bagus aja ya."

Usianya sudah 6 bulan? Kelepasan sekali aku. Kemana saja aku selama ini? Jadi selama ini Gerakan Gerakan di perutku itu dari bayi ini? Aku kira hanya perutku saja yang bermasalah astaga.

"kata teman mam, mam lupa ingatan ya?" ucap dokter itu dengan hati hati.

Aku mengangguk, entah perasaan sedih dan takut yang tadi aku rasakan rasanya meluap begitu saja entah kemana. Yang aku rasakan sekarang malah Bahagia dan bersyukur. Apalagi Ketika melihat tangan kecilnya sedang mengepal ngepal.

"tapi dok mengapa saya tidak kelihatan seperti hamil yang sudah 6 bulan ya? Apa bayinya sehat?" rasa khawatir akan Kesehatan anakku pun muncul.

"tiap orang beda beda kok mam. Ada beberapa orang yang hamil 9 bulan malah baru terlihat seperti hamil. Dan ada juga yang baru hamil trimester satu langsung terlihat. Dan sepertinya mam baru terlihat hamilnya nanti saat kandungannya mulai 8 sampai 9 bulan. Kondisi bayinya sangat sehat mam. Mam jangan lupa minum vitamin, dan jangan makan obat obatan atau alcohol, dan makan yang sehat."

Aku tersenyum Bahagia melihat Kembali ke arah monitor USG.

"mam mau dengar detak jantungnya? Siapa tahu bisa membantu mam supaya pulih ingatannya." Ucap dokter itu dengan sangat ramah.

Aku membalasnya dengan anggukan.

Dokter itu membesarkan suara detak jantung bayiku ini. Dan terdengar detak jantungnya. Aku menangis senang mendengarnya. Dan di waktu yang bersamaan aku mengingat semuanya. Semua kejadian yang aku alami sebelumnya. Seperti roll film di kepala ku yang berputar.

"riii, gw ingat semuanya rii. Gw ingat siapa ayah bayi ini dan kenapa bisa terjadi seperti ini rii." Aku meneteskan aur mataku Kembali.

Anak ini membantuku, sangat membantuku memulihkan ingatanku dengan baik dan kepalaku tidak berasa sakit sama sekali.

Dan aku ingat siapa ayah dari anakku ini. Dia Ryandrien Wijaya. Yang ternyata adalah suamiku. Dan sekarang aku mengerti alas an mengapa dia selalu menegurku jika terlalu pecicilan. Ternyata dia tahu kehadiran buah hati kecil di perutku ini.

Why Should i ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang