Wanita di depanku ini kini melempar semuanya yang ada di meja maupun di dinding. Aku tidak tahu dia sebenarnya wanita atau monster.
Tak lupa teriakannya yang galak seperti dinosaurus mengamuk di film powerpuff girl yang sering aku tonton. Ingin rasanya tertawa namun ku tahan. Seperti sedang di beri tontonan keriburan gratis.
Aku suka keributan ini.
Apalagi saat orangtuaku membelaku di banding wanita di depanku ini yang ternyata adalah kakakku.
"Lu tuh mikir! Pantes lu senyum senyum di saat sekarang hah?!"
Aku tak tahan lagi, aku tertawa. Kehamilan ku ini membuatku malah lebih bersabar dari pada sebelumnya, karena sebelumnya aku di pancing sedikit pun pasti akan berbalik marah. Seperti kataku, aku berprinsip seperti air.
Dan harus ku bilang kehamilanku malah membuat humorku jongkok. Aneh bukan? Tertawa karena hal kecil. Apalagi sekarang tertawa di saat menegangkan.
"Aww." Dahiku rasanya sakit sekali karena wanita itu melemparkan pecahan vas bunga dan untungnya hanya mengenai dahi kiriku. Untung saja tidak terkena mata.
Harusnya aku marah meluap luap saat ini dan menghabisinya. Tapi entah kenapa aku hanya ingin memakinya sedikit saja. Efek samping hamil ini sungguh aneh.
aku merasakan kepalaku pusing dan merasa ada aliran air yang keluar dari keningku, sepertinya aku berdarah.
"Sasha! Kau ini apa apaan?!"
Kini suara bariton yang sudah hampir sebulan tidak aku temui itu membuka suaranya.
Aku memang tidak tinggal bersamanya lagi dan memutuskan untuk pulang kerumah, dan dia tidak ada sedikitpun rasa bersalah dari raut wajahnya ketika aku temui.
dia merindukanku? Sepertinya hanya mimpi. Dan hal hal indah yang kemarin dia lakukan? Sepertinya itu hanya akting saja atau hanya pelampiasan saja. Menyedihkan sekali memang aku ini.
Setelah kejadian sasha datang ryandrien mendiamiku dan tidak sama sekalipun berbicara padaku setelah dia bilang aku sebaiknya pulang ke rumah orangtuaku.
Habis manis sepah di buang. Itu pas dengan aku sepertinya. Dan untung saja perkuliahanku sedang libur jadi aku tidak perlu menghindarinya jika bertemu.
Aku sangat membencinya. Dan aku tidak mau memberitahu keberadaan anak ini kepada siapapun kecuali orang yang memang benar benar aku percaya. Orangtuaku saja tidak aku beritahu.
Dan soal sasha, dia adalah kakakku. Papa dan mama memiliki sasha ketika mereka kelas 1 SMA akhir, kemudian meninggalkan sasha di bidan. Sedih memang, namun kisah sedih itu apa pantas aku juga harus kena imbasnya di perlakukan seperti sangat bersalah oleh sasha?
"Lu pencuri! Lu pengganggu!" Sasha kembali memakiku sambil melempar piala yang aku dapatkan ketika TK karena lomba menggabar. Untung saja tidak mengenaiku.
Cukup. Aku mulai emosi.
"Lu denger baik baik sekali lagi kalo lu merasa tuli sebelumnya. Mama sama papa punya lu saat mereka masih kelas 10. Lalu mereka putus ketika kelas 11. Kuliah baru balikan lagi sampe lulus. Setahun lulus baru nikah. Tiga tahun setelah nikah baru punya gw. Terus yang jadi masalah kenapa lu nyalahin gw untuk idup lu? Harusnya lu salahin hiduplu kenapa lahir pas mereka masih sekolah bangsat!!"
Pertama kalinya aku mengucapkan kata kasar di depan orangtuaku. Karena aku benar benar emosi. Aku biasanya sangat menjaga bahasaku di depan orangtuaku. Namun sekarang aku muak, dan keluarlah kata kata itu.
Dia menjambak rambutku.
Aku tidak mau kalah dengan menggit tangannya. Dan dia hampir menendang perutku.
Demi tuhan aku tidak mau sama sekali kehilangan bayi di dalam perutku. Maka dari itu aku tidak bilang pada orangtuaku dan ryandrien karena takut mereka menyuruhku mengugurkannya.
Aku sudah sangat mencintai apa yang ada di rahimku apalagi ketika pertamakali merasakan pergerakannya. Aku ingin mengutuk diriku sendiri yang waktu itu menyuruh kekasih zidan menggugurkan bayinya ketika dia kesana kesini mencari Zidan untuk meminta pertanggung jawaban.
Wanita itu menangis ingin mempertahankan bayinya dan aku mengganggapnya sangat alay. Karena ku kira masih belum jadi apa apa masa udah sayang sama yang masih terbentuk seperti bayi kacang kecil.
Dan kini aku merasakannya sendiri. Jika aku keguguran karena tadi dia berhasil menendangku. Akan kupastikan dia tidak akan hidup dengan aman.
"Nama lu ga pantes buat lu taugak?! Itu harusnya nama yang dipake buat anak pertama. Dan itu harusnya gw! Sedangkan gw? Sampe sekarang aja gw gatau nama jelas gw siapa. Dan lu! Dengan enaknya nama yang harusnya milik gw terpampang jelas jadi namalu!."
"Ya itu sih derita lu ya. Gw gada urusan tuh. Nasib lu jelek aja kali ya terimain aja." Aku mengucapkan kata itu dengan beberapakali mendelik. masa bodo jika terlihat menyebalkan karena dia harus menerima itu.
Dan soal nama itu dari awal dia menemui orangtuaku dia selalu meributkan masalah itu juga. Karena katanya nama yang ku pakai ini adalah nama yang akan di pakai untuk anak pertamanya dan jal ini tercatat di buku harian mama yang di tinggalkan di bidan saat itu dan kemudian buku itu oleh bidan di berikan kepada sasha.
Orangtuaku mencoba menenangkan kesekian kalinya sasha. Padahal sebelumnya orangtuaku sudah menjelaskan bahwa ketika kuliah mereka mencari sasha tapi tidak ketemu. Dan baru bertemu ketika mereka akan menikah.
"Sasha, dia udah gantiin sementara kamu ketika kamu kabur saat sebentar laginya akan nikah. Dia merelakan masa depannya untuk kamu. Dia harusnya masih bisa masuk pramugari karena statusnya jadi tidak bisa. Itu demi membantu kamu. Kami yang menyuruhnya. Masih kurang apa lagi adik kamu?" Kini mama bersuara sambil menangis.
Ahh iya, impianku jadi pramugari setelah lulus kuliah gagal. Setelah menikah dan nanti berceraipun statusku bukan single lagi tapi janda haha menyedihkan.
Dan jika aku mengingat ternyata pernikahan pengganti ini tujuannya seperti ini sempat membuatku marah kepada orangtuaku. Namun aku mau tidak mau harus menerima ini, karena jika aku tidak mengalami ini mungkin saat ini aku tidak di pertemukan dengan bayi di kandunganku ini.
Dan soal ryandrien ternyata dia tahu soal semua ini. Mungkin dia melakukan semua ulah seperti marah marah dan memakiku sebelumnya karena dendam padaku karena hal ini. Hahaha memikirkannya membuat aku semakin membencinya.
"Dia ga pantes nerima semua fasilitas yang kalian kasih karena sebetulnya itu fasilitas harusnya punya gw!"
Dinosaurus itu kembali marah. Kapan tenaganya habis sih. Mau bagaimanapun pasti orangtuaku akan membelaku, bukan karena aku anak tersayangnya dan dia bukan.
Tapi karena bahasan yang dia bahas memang dia bersalah. Masa menyalahkan aku memakai fasilitas yang orangtuaku berikan? Masa menyalahkan aku mengapa terlahir dan malah menyebutku pengganggu. Kan gila.
"Kan gw udah bilang. Berati nasib lu emang nasib buruk. Terimain aja elah." Aku mengucapkan hal itu dengan nada yang menyebalkan kembali.
Ryandrien melirik ke arahku seperti kecewa dan kesal karena kata kataku. Aku memamerkan senyum jahatku padanya. Dia kira aku tidak bisa jahat juga?
"Udah ah mending turun ke kamar dari pada di sini. Bahasannya itu itu terus ga jelas lu muter muter ga ada intinya."
Aku pun berjalan meninggalkan keributan itu dan menuruni tangga. Dan soal darah di dahiku sepertinyaa sudah mulai mengering tapi masih seperti mengalir.
'Bug'
Dia memukul kepala belakangku dengan barang apalah itu aku tidak tahu. Membuatku jatuh terguling di lantai mengenai kepalaku. Aku terbaring lemas. Pandanganku mulai kabur. Perutku rasanya sangat sakit.
Aku mendengarkan seseorang meneriaki namaku. Itu suara adrien. Untuk apa bajingan itu mendrama pura pura perduli denganku sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should i ?
RomanceMenikahi seorang Ryandrien Wijaya alias dosen charming di jurusanku ternyata tak sebahagia apa yang aku bayangkan. Ryandrien yang pertama kali aku temui sangat berbeda dengan sifat aslinya. Dan aku benci situasi saat ini. Saat aku hanyalah pengantin...