"Ughh Risa! Lu mau nanya ampe berapakali sih. Itu elu Clarisa Fantasia Sasono manusia absurd yang gw kenal yang ngeselin tapi galak, Temen sebangku gw. Puas lu?"
"Ih Sasaa! Gagitu!"
"Apaan lagi sih Rii ya tuhann. Gw ga lupa ingatan astagaa. Masa jatoh dari tangga gara gara kedorong si rangga aja lupa ingatan. Ini aja ni lebay sampe harus masuk rumah sakit sama di perban segala elah."
"Ihh ga gituu!"
"Apasih auah."
Aku berdebat dengan Risa. Dengan hal hal yang itu itu saja berulang ulang. Kenapa sih dia? Datang datang tiba tiba melow. Tidak seperti Risa yang ku kenal biasanya dia galak namun baik.
"Permisi." Suara bariton itu datang dari pintu masuk ruang rawat inapku. Aku tidak tahu siapa dia. Mungkin rekannya papa?
Ia masuk dan mengobrol dengan papa dan mama di dekat jendela. Aku mengalihkan pandanganku pada risa. Biar ku tebak pasti dia sedang memperhatian orang tadi. Karena ku akui memang dia itu tampan, mukanya ke barat baratan, dan kalau ku tebak mungkin usianya saat ini 31 tahunan.
"Lu tuh ngedip kalau liat cowo ganteng. Jangan ngasi liat tatapan sedih lu gitu deh. Mana ada dia tertarik kalau mata lu sayu gitu. Lagian jangan sama om om. Kita cari yang seumuran aja lah saa. HAHAHAHA." Ledekku sambil berbisik ke telinganya dan mendapatkan pukulan di punggungku.
"Lu tuh ya. Suami lu dateng sambut kek apa kek. Itu suami lu! Di bilang om om. Malah nuduh gw ngeliatin lagi ih!."
"Paan si masih SMA juga gw. Mana mungkin nikah helaww."
"Lu tuh mahasiswa yang lagi nyusun skripsi dodol! Inget inget dehh. Mau SMA aja teross."
"Ah auah rese dari tadi bilangnya gitu terus."
"Risa, Kenapasi lu kesini ga sama dika? Emang dia gatau gitu gw masuk RS? Emang si udah putus. Tapi dia ga ada gitu rasa kasian sama gw sebagai mantannya." lanjutku pada risa yang mendapat jawaban pelototan dari risa.
"Matanya mau keluar jangan melotot melotor takutt bangett. HAHAHAHA. Lagian apaan sih melotot melotot. Masih marah gw bahas mantan setelah gw nangisin kebodohan gw ya luu. kalo dia kesini gw ajak balikan deh bener!"
Bukan jawaban yang ku dengar dari risa melainkan dari pria bersuara bariton itu yang terdengar. Dan senyuman papa dan mama yang seperti canggung.
"Kan! Lu sih bahas bahas mantan."
"Ya maap sih ri. Namanya juga anak muda."
Mama menghampiriku dengan pria itu. Mereka tersenyum kearahku dan aku menyiratkan wajah seperti berkata 'siapa?' Pada mama dan tak lupa membalas senyumanku sesopan mungkin kepada pria itu karena dia lebih tua dariku.
"Ini adrien. Ryandrien datang untukmu nak."
"Ah iyaa. Terimakasih karena telah menjenguk saya ya om." Ucapku sesopan mungkin dan menunduk sesopan mungkin seperti yang mama dan papa ajarkan kepadaku saat berbicara ke yang lebih tua.
---
Aku kira risa bohong padaku ternyata benar aku sudah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Ahh aku bingung mau menulis apalagi di skripsiku.
Aku membaca semua yang aku tulis di laptopku ini. Semua tugas tugasku sebelum sebelumnya. Dan untungnya otakku yang pintar ini bisa mencerna semua yang sebelumnya ku kerjakan itu.
"Apa gw harus jatoh lagi aja ya biar tiba tiba di masa depan kek sekarang gini. Abisnya perasaan gw kemarin jatoh dari tangga deh di SMA terus bangun bangun udah jadi mahasiswa yang lagi skripsian. Siapa tau tar gw jatoh bangun bangun gw dah sukses."
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should i ?
Roman d'amourMenikahi seorang Ryandrien Wijaya alias dosen charming di jurusanku ternyata tak sebahagia apa yang aku bayangkan. Ryandrien yang pertama kali aku temui sangat berbeda dengan sifat aslinya. Dan aku benci situasi saat ini. Saat aku hanyalah pengantin...