4th: Melarikan diri dan awal perjalanan

141 29 26
                                    

Khii'dar adalah ras yang unik. Mereka tidak seperti ras N'as atau O yang tidak berbulu dan dapat berkeringat. Sekujur tubuh mereka tertutupi bulu bercorak tutul atau loreng yang beragam. Wajah mereka pun nampak selayaknya kucing. Dengan bibir belah tengah, mata yang tajam, dan telinga berbulu yang kerap kali bergerak ketika berbicara.

Bahasa menjadi budaya khas kaum Khii'dar yang paling banyak mempengaruhi alur perkembangan dunia. Bunyi dan cara penulisan mereka tidak begitu sulit dipahami ras lain dan diketahui, dahulu kala para Khii'dar dikenal sebagai pedagang pengembara yang membeli dan menjual berbagai barang dari pegunungan utara hingga gurun di selatan.

Istilah penamaan ras yang kerap digunakan pun berbuntut dari lidah para pedagang itu. Dan setiap ras dapat dipahami secara umum hanya dengan mengetahui makna dari abrefiasi kata dalam istilah itu.

Sosok Azalia yang merupakan manusia dengan kemampuan tertentu seperti yang ia sebut itu bukannya sesuatu yang asing di telinga Louise. "N'asdar." Menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Azalia yang manusia dan dapat berubah wujud menjadi hewan.

Perwujudan yang sering kali disalahsangka kaum pagan di berbagai wilayah sebagai inkarnasi Dzat Yang Maha Agung. Entitas yang paling sedikit diketahui dan sering kali dilirik gereja sebagai bentuk keji dari kerasukan iblis.

Jika diingat dari kemunculannya kala itu, tidak salah lagi jika gagak yang melesat melewati panahnya seakan-akan dalam sekejap berubah menjadi wanita cantik dan memijakan kaki di sebelah Louise.

"Begitu lah kalian menyebut kami." Balas Azalia.

"Jadi benar kamu itu manusia yang dapat berubah menjadi hewan, seperti yang dikatakan orang-orang pagan itu?"

Bahunya yang mungil itu ia angkat. "Tidak tahu. Aku tidak ingat pernah menetas dari telur, tapi aku juga tidak ingat pernah disusui ibuku. Ah-! Tapi, ibu memang pernah bilang dia yang melahirkan dan menyusuiku."

Suara ledakan yang amat besar berbuntut dengan bangunan yang bergetar agaknya mengejutkan keduanya sedikit.

Teriakan orang-orang dan suara besi yang saling bergesekan pun dapat terdengar hingga saat itu.

"Lantas, maksudmu dengan yang tadi?"

"Begitu ya begitu. Tidak ada maksud lain. Ketika wanita yang mengucapnya lebih dulu, seharusnya kamu sebagai laki-laki merasa malu."

"Aku bahkan baru mengetahui namamu beberapa saat yang lalu." Segala yang bertumpuk di kepalanya membuat leher terasa begitu berat. Secara feklek, ia pun memijati bahunya. Kemudian agak meninggikan arogansi. "Perang 100 tahun ini tentu tidak ada yang tidak mau mengakhirinya. Aku sendiri menjadi korban langsung dari itu dan hasilnya adalah ini. Akan tetapi, itu ya itu dan ini ya ini. Walaupun kamu berusaha menyatukannya dalam satu konteks, ajakanmu itu agaknya membuatku bingung."

Mendadak ia menurunkan intonasi. "Apa yang membuatmu, yang bahkan tidak sekali pun mengucap kata padaku sebelumnya sampai berkata demikian? Apa tujuanmu padaku? Dan apa untungnya untukku? Aku hanya anak petani yang dijual sebagai tahanan perang. Tidak lebih dan tidak kurang."

Azalia memang memiliki kesan yang unik dalam berbagai hal. Dari penampilannya saja sudah memikat. Caranya berbicara dan tingkah lakunya yang seperti tidak bisa diam di satu tempat itu pun menjadi pesonanya sendiri. Begitu kekanak-kanakan, namun secara jelas ia melempar kata-kata yang berat.

Dara berambut hitam itu memeluk tirai yang dikenakannya, lalu menatap lurus pada Louise. "Ini bentuk sederhana dari alasanku."

Tirai yang diberikan Louise secara spontan ketika mereka berlari dari Arena. Lembar kain besar yang cukup untuk setidaknya menutupi bahu hingga lututnya.

Land of PromisingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang