___
Dilihat dari mana pun, perawakannya tidak salah lagi, adalah seorang manusia. Kulit putih kecokelatan, iris biru khas manusia utara, tingginya yang relatif pendek, dan bentuk wajah yang agak membulat. Hanya telinganya yang kontras mengatakan dirinya bukan dari ras yang sama dengan Louise. Atau setidaknya, sebagian.
Atmosfer pun mereda. Hembusan angin terhenti sekilas. Dan raut Clarissa pun merenggang seiring emosinya yang perlahan dipadamkan.
Lirikan tajam diberikan pada Louise dengan maksud yang lelaki itu tidak pahami. Kemudian tudungnya pun kembali dikenakan, menutupi satu-satunya ciri yang membedakan dirinya dengan Louise.
Obara menghela nafas berat. Menepuk pundak anak gadis itu, lalu melanjutkan kata-katanya yang sempat tertahan. "Maaf, biar hamba ulangi sekali lagi."
Ia mengarahkan gadis itu agar menghadap Louise dengan tegap. Meski sedikit, Louise dapat melihat telinga lancip si gadis di antara helai rambutnya yang panjang. Pandangan merendah dalam dua arti.
Obara menyambung. "Nama anak ini Clarissa Hatheway. Meski sekilas, hamba yakin anda tahu betul mengapa itu tadi dapat terjadi."
Louise mengangguk atas ucapan Obara. "Lantas maksudku dipertemukan dengannya?" lanjut Louise bertanya.
"Ya. Sebenarnya..." Obara tertahan untuk sesaat. "Kemarin malam, anak ini ditemukan mencuri emas mentah dari seorang pedagang mineral keliling. Dia hampir dihakimi oleh masa, sayangnya dia terlalu baik untuk menjaga dirinya sendiri. Anda tahu? Tiga laki-laki dewasa terluka karenanya. Dan hingga prajurit kota turun tangan, tidak seorang pun sanggup menyentuhnya. Anak ini menyerah dan mengembalikan emas yang ia curi. Kemudian dibawa ke gereja atas perintah langsung dari Garrick."
"Jadi memang ulahnya. Ya?" Ucap Louise diikuti kekehan.
"Begitulah." Obara pun sedikit mendorong si anak manusia yang tentunya membuat Clarissa nampak tidak senang akan itu. "Hamba yakin ada yang anda ingin katakan. Tidak? Dia di depan anda adalah yang hamba maksud fajar tadi."
"Dia?" ulang Clarissa.
Obara pun mengangguk sebagai respon. Jika ada satu hal yang menarik perhatian gadis manusia itu selain dari fakta bahwa ia dan Louise berasal dari ras yang sama, adalah rupa tangan kanan lelaki beruban itu yang sepenuhnya tertutup lengan baju. Panjang yang seharusnya cukup untuk menampakkan lengan seseorang. Dari asumsi itu saja, Clarissa sudah paham.
Louise di lain pihak hanya menatapnya datar. Ada sedikit kesan yang mengingatkan sosok Clarissa dengan Azalia, meski secara gamblang mereka sangat berbeda. Cukup mengusik benak untuk seorang yang masih terpaku masa lalu.
"Memangnya ada urusan apa pencuri sepertimu mencari aku? Jika kamu hendak membuat tanganmu berakhir seperti milikku, dengan senang hati kukabulkan sesuai yang tertulis dalam kitab." tawar Louise dengan senyum simpul menghiasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Land of Promising
ФэнтезиPernah kah kamu mendengar puisi di kala perang? Ketika darah bersimbah dan prajurit menari-nari atas kemenangannya, lalu menyanyikan himne tentang tanah yang menjanjikan. Yang mati akan dibiarkan termakan oleh gagak dan yang selamat akan dibawa bers...