Tentang Rumah

169 32 8
                                    

Rumah keluarga Lim ini memang besar, cukup luas kalo mau bikin lapangan sepak bola. Dulu, Bunda sama Papa memang sengaja bikinin rumah yang gede banget, mengingat anaknya aja ada lima. Besok kalo pada mudik bawa keluarga masing-masing, bisa muat semua gitu lho.

Tapi sekarang tinggal berlima doang, rasanya masih agak sepi. Makanya, rumah ini kadang beralih fungsi jadi kost-kostan atau motel.

Kadang sebulan ada 4-5 temen-temen Lim yang nginep di situ. Mereka punya beberapa kamar kosong, jadi enak banget buat nginep.

Rumah ini nggak tingkat, tapi memanjang membentuk L. Ada rumah-rumah kecil di belakang, sebagai gudang dan tempat peralatan. Dulu Subin ngiri sama temennya yang punya rumah tingkat. Tapi sekarang nggak, mau tingkat apa nggak, tetep dia stay di kamar dan nggak keluar-keluar.

Selain gudang, ada juga kolam ikannya. Agak gede. Dulu, kalo kolam lagi nggak ada ikannya, cowok-cowok pada masuk ke dalem buat berenang, walau baru semenit aja udah nyampe ujung ke ujung, tapi tetep aja seneng. Apalagi pas cuaca lagi panas-panasnya, enaknya sambil minum sirup dingin.

Di sisi lain, ada semacam taman kecil dan tempat duduk dari kayu. Sekarang sudah diganti ayunan gede beratap besar, jadi bisa molor disitu. Tempat kesukaannya Youngmin kalo weekend.

Ada dinding pembatas dengan rumah tetangga. Dindingnya ditumbuhi tanaman merambat yang cukup lebat. Awalnya, tumbuhan liar itu mau dibabat sama Bang Jebi, tapi akhirnya malah ditambahin tanaman yang bener-bener tanaman mahal yang juga merambat sama Nayoung.

"Biarin aja Bang, biar seger matanya liat ijo-ijo," katanya.

Ke samping rumah, ada garasi yang muat satu mobil dan 5 motor. Yap, masing-masing punya motor sendiri. Motor gede ada dua punya Jebi sama Youngmin. Yang dua motor bebek, biasa dipake Sejun atau nggak Subin. Ada satu lagi motor matic, kadang dipake Subin atau Youngmin kalo mau beli galon sama gas. Nayoung jarang-jarang pake motor, males panas-panas katanya. Paling sering naik busway atau KRL, kadang di jemput Minhyun.

Mobil ini jarang keluar, paling kalo dipake Jebi keluar kota. Ngomong-ngomong, mereka jarang juga ya jalan-jalan sekeluarga? Kayanya besok Jebi mau mikir-mikir pengen ngajak adik-adiknya jalan kemana gitu, sekali-kali.

Kamar di rumah ada 10, termasuk punya mereka berlima dan kamar almarhum Papa sama Bunda. Banyak ya? Tapi Papa tetep bersikeras bangun 10 kamar, siapa tau cucunya nanti sampe se-RT jumlahnya.

Kamar yang ada di depan adalah kamar kosong, biasanya tamu yang agak jauh tidur di situ. Agak ke dalam, ada dua sisi, kanan dan kiri ruang tengah. Yang sebelah kanan ada barisan kamar Jaebeom dan Youngmin. Yang sebelah kiri, ada kamar Sejun, Subin, dan Nayoung. Kamar mandi ada dua, satu di dekat ruang tengah, yang lain ada di dapur. Mereka lebih sering pakai yang di dapur. Memang yang di dalam tujuannya buat tamunya, tapi Sejun juga sering pakai, apalagi kalau yang belakang sudah diakuisi Nayoung, padahal dia udah telat kuliah.

Pelataran mereka lumayan luas, dengan konblok berlubang yang dalamnya ada rumput biasa dan di pojok deket pagar ada pohon rambutan. Tiap musim rambutan, pada rame-rame di depan teras, metik rambutan dan makan rambutan. Sisanya dikasih ke tetangga atau disimpen buat suguhan tamu.

Ada satu area yang mereka namai ruang kerja. Itu ada di samping rumah, belakang garasi. Di sana ada meja buat gambar sketsa bangunan, meja belajar biasa, dan meja tamu beserta kursi-kursi kecil. Biasanya Bang Jebi bawa temen-temennya ke situ, karena tempatnya agak terbuka dan dekat dengan taman kecil mereka yang rindang, enak banget buat rapat kecil. Youngmin juga dulu sering ngegambar di situ, makanya ada meja gambarnya.

Oh iya, soal rumah yang dijadiin kost-kostan, sebenarnya 'para tamu' itu cuma numpang nginep 1-2 malam saja. Walau ada yang paling lama tuh hampir seminggu, temennya Sejun, Soonyoung sama Wonwoo.

Tamu yang sudah biasa main atau deket sama keluarga Lim biasanya tidur di kamar kosong yang ada di dalam. Pas di ruang tengah, ada dua lorong, ke kanan dan kiri. Yang kanan mengarah ke perpustakaan kecil dan ruang komputer (dulu ruang bermain) dan yang kiri itu kawasan kamar-kamar kosong, juga kamar Sejun dulu ada di situ.

Dulu, kamarnya Bang Jebi itu adalah kamar orang tua mereka. Baru beberapa tahun lalu, waktu Bang Jebi mulai kerja, dia pindah ke situ. Lalu, kamar Jebi dipakai Sejun, karena dia nggak mau sendirian di samping kamar-kamar kosong. Dia emang takut sama hal-hal mistis.

Setelah ruang tengah, ada ruang makan dan dapur yang hanya di sekat dengan tirai hiasan berbentuk kerang-kerang laut. Yang beli itu dulu Youngmin, nggak tau deh ide dari mana.

"Bagus tau, bagus," ujar Youngmin saat kakak-kakaknya mengomentari tirai itu. "Daripada gue pulang nggak bawa apa-apa, ntar lagi komen, 'karya wisata cuma bawa badan doang lo?' gitu."

"Ya nggak usah beli beginian juga kali," sahut Bang Jebi. "Ngabis-abisin duit. Lagian, mau dipasang dimana? Lo beli rail-nya sendiri ya, gue nggak mau tau."

Youngmin cuma bisa pasrah.

Ruang makan dan dapur tidak bersekat, hanya dibatasi meja pantry. Dapurnya tidak terlalu besar, lebih luas ruang makan. Meja makan mereka berbentuk bulat, jadi kalau makan sebelah-sebelahan. Di sebelah kanan ada kulkas yang lumayan besar, isinya makanan Sejun dan Subin (makanan satu rumah sih sebenernya, tapi yang doyan ngemil tuh mereka berdua). Sebelahnya ada lemari makan buat nyimpen alat makan. Kalau kalian masuk dari depan, belok ke kiri ada kamar mandi belakang.

Ruang tengah terdiri dari sofa satu panjang dan dua sofa single berwarna abu-abu, meja yang sepaket sama sofa, dan televisi berukuran 40 inch. Nggak ada home theater sih, tapi kadang mereka suka nobar film pake proyektor, kebetulan dindingnya dicat putih dan karena memang bangunan ini lumayan tinggi ke atas, jadi Bang Jebi berinisiatif beli proyektor.

Terakhir, ruang tamu. Ada dua area, sebelah kanan seperangkat sofa (mirip dengan di ruang tengah) berwarna hitam dan sebelah kiri seperangkat meja kursi kayu model rumah-rumah betawi. Gatau kenapa kudu ada dua begitu, mungkin biar besok kalau anak-anaknya udah punya cucu, bisa muat buat arisan trah kali. Ruang tamu memang lumayan luas, dengan kipas dinding, lemari display (isinya foto-foto mereka semua dari lulusan TK sampai wisuda) dan foto keluarga. Iya, Subin-nya masih kecilllll banget, emesh.

Setiap minggu, ada jadwal bersih-bersih. Mbak Nana ngelap-ngelap barang-barang, Subin menyapu semua lantai, Sejun yang ngepel, Mas Paca bersihin kamar mandi, dan Bang Jebi nyuci mobil dan semua motor yang sering dipakai.

Di rumah bernomor 46 ini, mereka berlima hidup dan tumbuh bersama. Mungkin besok suatu saat nanti ada yang pergi, entah untuk kerja atau merajut keluarga baru, tetapi Rumah Kita tetap akan terbuka bagi seluruh anak-anak Lim.

























Semoga bisa mendapat gambaran rumah Lim ya ^^

Rumah Kita [Lim's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang