"Eh Hayoung!"
Sudah kesekian kalinya selama seminggu ini kakak-kakaknya begitu, menggodanya dengan menyebut nama Hayoung. Hayoung itu tetangga mereka juga, jadi Sejun pasti langsung serangan jantung pas denger namanya. Kalau-kalau cewek itu tiba-tiba muncul di depan rumah, mau taruh mana mukanya?
"Ah, rese lo Bang!" Keluhnya sambil melempar bantal sofa. Bang Jebi kena bantal itu, lalu memungutnya dan ikut duduk di sofa, masih sambil tertawa keras.
"Deg-degan ya Jun? Nggak papa kali, kan lo ganteng, bangun tidur aja udah ganteng. Macam Prince Charming."
Dia mendengus kasar, tidak menganggapi godaan Jaebeom lagi.
Tapi Tuhan ternyata sayang banget sama Sejun.
Jebi menoleh ke pintu depan saat mendengar suara orang mengetuk pintu dan langsung menyenggol kaki adiknya, "Jun, bukain sana!"
Sejun bangkit berdiri dengan wajah kesal. Moodnya benar-benar jelek karena semingguan ini digodain terus. Ia melangkah gontai ke depan dan saat pintu terbuka, matanya langsung gatel, dia mengedipkan mata berkali-kali.
Oh Hayoung ada di depan rumahnya, berdiri di depannya.
Cewek itu tersenyum begitu melihat Sejun yang membukakan pintunya, "Eh, elo Jun."
Sejun cengo beberapa saat. Matanya langsung beralih ke arah lain.
"Pagi-pagi udah ke sini aja lo," Sejun gemes. Masa suaranya kedengaran bergetar? Dia nahan gugup bukan nahan tangis kali ah. Hayoung terkekeh pelan dan menunjuk sesuatu yang dibawanya.
"Ini gue disuruh nganterin oleh-oleh Bang Sehun buat Bang Jebi," Hayoung melongok ke dalam rumah. "Bang Jebi mana?"
Tindakan Hayoung tadi membuat jarak mereka sedikit lebih dekat. Walau begitu, itu sudah cukup membuat Sejun pusing.
"Oh, mau gue panggilin?" Oke, suaranya sudah tidak gemetar lagi.
Gadis itu mengangguk dua kali. Sejun segera berbalik badan dan akan menghampiri abangnya saat tiba-tiba feelingnya jadi tidak enak.
Ah mampus gue.
Ia menggigit bibir bawahnya. Masa mau bilang Hayoung ke sini nyariin Bang Jebi? Dengan bilang Hayoung saja, sudah pasti minggu penuh penderitaan akan diperpanjang dan semakin suram. Tapi, apa ada pilihan lain?
Apa boleh buat?
"Bang Jebi, ada tamu."
Jebi mengalihkan pandangannya dari televisi, "Siapa?"
Sejun mengambil napas dulu dan bilang, "Hayoung."
Muka Bang Jebi langsung nge-freeze.
"Dicariin Hayoung, cepetan!"
Detik berikutnya, Jaebeom langsung sadar dan mengangguk. Sebelum melewati Sejun, wajahnya langsung berubah menggoda adiknya, pertanda yang tidak baik untuk Sejun.
Hayoung masih menunggu di depan saat keduanya keluar dari ruang tengah.
"Kok nggak lo suruh masuk sih, Jun?" Bang Jebi pura-pura marah, padahal nggodain doang. Sejun tambah kesel deh, mana senyum-senyum terus lagi Bang Jebi.
"Nggak papa Bang, cuma mau nganter ini doang trus balik kok," kata Hayoung. Ia langsung menyerahkan tas kertas bewarna hitam pada Jaebeom. "Ini titipan Bang Sehun, hari ini udah balik ke rumah jadi nggak sempet mampit ke sini."
Jaebeom menerimanya dengan senang hati. "Oit, yang ditunggu-tunggu. Makasih ya, Hayoung," ia melirik bayangan Sejun yang ada di belakangnya. "Bener nggak mau masuk dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita [Lim's]
FanficDi rumah no. 46 dengan pohon rambutan di halamannya, the story begin Lim's family Semi-baku, some harsh words, crack pairs ☑️ Jalan cerita berkelok-kelok ☑️ Typos ☑️☑️☑️ Welcome to our unexpected universe!