Si Kembar

140 25 0
                                        

Lim Nayoung dan Lim Youngmin, nama keduanya pasti sering banget jejer-jejeran, nggak mau pisah. Sudah takdir dari dalam perut Bunda.

Kalau kalian kira kembaran ini rukun dan saling menyayangi, kalian salah. Setiap hari adalah battle ground buat kembar Lim.

"Na, plislah, celana setelan gue yang biru tua dimana sih? Kan gue udah bilang, besok mau pake itu buat rapat sama klien."

"Ya mana gue tau. Paca, gue nggak 24 jam di rumah dan ngurusin semua cucian kalian, ya. Gue juga kerja! Cari aja di tumpukan laundry yang barusan dianter tuh, kali disana."

Akhirnya, yang disuruh ngubek-ubek tumpukan laundry ya si Sejun.

"Halah, kalo ribut yang repot akhirnya aku," gerutu Sejun, hampir setiap hari. SETIAP HARI.

Ya, tidak ada satu hari tanpa suara keduanya, entah bertengkar, entah tertawa, atau ngomel ke saudaranya yang lain.

Walau setiap hari adaaa saja keributannya, sekali-kali mereka juga bisa nempel banget kaya perangko dan surat.

"Na, katanya daerah deket kantor lo ada penjambretan, ya?"

Nayoung menoleh ke pintu kamarnya yang sedikit terbuka, menampilkan Youngmin yang menyembulkan kepala dari luar.

"Iya tuh, kemaren. Katanya dipukul juga. Ck, padahal cewek lho, kok tega banget, ya?"

Youngmin diam sejenak, lalu masuk ke kamar kembarannya. "Besok, lo gue antar-jemput aja deh."

"Lah, kan jam pulang kita beda, Paca." Nayoung menatap Youngmin bingung. "Kadang lo pulang duluan, kadang gue yang duluan. Ntar ngerepotin lagi, harus tunggu-tungguan. Nggak usahlah."

Youngmin mendecakkan lidahnya. "Ya terus lo mau naik busway, jalan dari halte ke rumah? Nggak ya, gue nggak mau lo kenapa-napa."

Nayoung menatap kembarannya yang tampak kesal, duduk di kasurnya, masih menatapnya galak. "Apalagi Minhyun lagi dinas ke luar negeri. Bang Jebi lagi, pulangnya lebih malem. Pokoknya, gue jemput lo pulang, titik."

Kelihatannya, Paca bener-bener serius dengan pernyataannya. Tapi Nana nggak mau Paca jadi repot gara-gara dia. "Kenapa nggak nyuruh Sejun atau Subin aja? Kan mereka udah pulang tuh biasanya."

"Nggak. Mereka nggak bisa apa-apa kalo ketemu pencopet. Mereka juga bakal nggak mau tiap sore ke depan kantor lo,"

Dan bener aja, keduanya nggak mau.

"Aduh aduh, Sejun tuh sibuk, Mas. Revisin mulu."

Halah, revisian apa? Dia sibuk pdkt sama cewek aja.

Subin lagi, dia hanya menggeleng. Nayoung juga jadi nggak tega kalo beneran nyuruh Subin jemput dia.

"Jangan deh, nanti Subin diculik."

Subin melotot kesal. "Subin nggak sekecil itu, kali!"

Kedua kakak kembarnya hanya menatapnya datar. "Sekali bayi, ya tetep bayi."

Ya sudah deh, mulai hari itu, setiap hari kerja, Youngmin boncengin Nayoung ke kantor. Temen-temen kantor sampai keheranan liat Youngmin, ya secara gitu emang gen Lim 'kan cakeup semua.

"Itu siapa lo, sih?" Tanya salah satu rekan kantornya yang belum kenal siapa Youngmin.

Nayoung hanya mengangkat alis, tidak menjawab.

"Pacar lo ya Na?"

Nayoung kaget, pengen membantah sekaligus ketawa kencang.

"Kenapa? Suka, ya?"

Si teman itu tersipu malu. "Ganteng, sih. Tinggi lagi. Putih juga, kaya model."

"Hm, dia udah mau nikah, sih."

Rumah Kita [Lim's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang