Ada yang Baru

136 30 1
                                    

Hari yang biasa di rumah keluarga Lim. Weekend di musim kemarau yang tidak jelas, pagi panas malam hujan. Sejun sedang menatap luar rumah dari teras depan rumah.

"Ngapain sih? Berdiri di situ kaya patung selamat datang,"

Sejun menoleh saat suara abangnya mengganggu konsentrasinya.

"Ck, gangguin aja nih Bang Jebi. Lagi ngeliat awan."

Bang Jebi mencibir dari belakang Sejun, "Halah, gaya amat. Emang ada apa di awan?"

"Gatau, putih semua."

"Nggak beres semua kalian tuh," tiba-tiba Nayoung ikut keluar dari rumah. Ia menatap pohon rambutan yang ada di pojok halaman, dekat pagar rumah. "Rambutan kita masih ada yang keluar. Emang ini masih musim rambutan ya?"

Jaebeom menggeleng pelan, "Gatau deh, pohon rambutan lain udah nggak ada buahnya."

Sejun ikut menatap pohon rambutan besar yang tertiup angin kecil, "Bahkan pohon yang tumbuh di sini juga tidak beres."

Kedua kakaknya tertawa geli.

"Ntar diabisin aja, Bang Jebi sama Paca yang ambil ya?" Tukas Nayoung. "Kalo sisa banyak, Sejun tolong anterin ke rumah Hayoung."

"Dah dah, Hayoung maneh," gerutu Sejun. "Subin nggak disuruh?"

"Heh, lu tuh dibantuin biar deket juga," sahut Jaebeom gemas. "Sebenernya lo beneran suka nggak sih?"

"Ya beneran!" Seru Sejun. "Cuma deg-degan aja gitu kalo ketemu mah. Sejun nggak mau mati muda gara-gara jantungan ketemu crush."

"Kagak ada kasusnya orang mati jantungan karena jatuh cinta," sambung Mbak Nana sambil mengusak rambut belakang Sejun. "Bukannya malah asik tuh kalo ngerasain deg-degan gitu? Ada sensasi lain aja."

Sejun dan Nayoung masih meneruskan percakapan mereka ketika ponsel Jaebeom bergetar dari dalam sakunya. Ia mengambil ponselnya, masih sambil tertawa mendengar kedua adiknya bergurau. Namun wajahnya langsung berubah saat membaca sesuatu dari layar ponselnya.

Ia cepat-cepat berdiri, kedua adiknya menoleh karenanya.

"Mau kemana, Bang?" Tanya Sejun. Jaebeom hanya menoleh sebentar, lanjut jalan ke dalam rumah. Sejun menatapnya aneh, kini beralih pada Nayoung yang ikutan heran.

"Abang kenapa sih, Mbak? Mukanya serius banget."

"Masalah kerjaan kali," Nayoung mengangkat bahunya pelan. "Eh, kita mau makan apaan ini?"

"Ahh, gataulah," ucap Sejun sambil membaringkan dirinya ke lantai yang dingin. "Bosen, belinya itu-itu mulu."

"Ya gimana, mau masak juga nanggung," ujar Nayoung. "Kamu sih, dibangunin pagi buat nemenin ke pasar malah ngebo lagi!"

Sejun tertawa kecil, "Capek Mbak. Tidur pagi banget soalnya."

"Mabar lagi?"

"Bukan," Sejun diam sebentar. "Itu... Apa? Hggg..."

"Chatingan? Sama siapa?" Nayoung memajukan tubuhnya lalu mengisyaratkan tangan kanan dan kirinya sebagai Hayoung dan Myungeun.

"Bukan," elak Sejun. "Mereka mah udah tidur."

"Terus ngapain?" Tanya Nayoung gemas.

"Nonton drakor."

Hening mengisi waktu setelah Sejun menutup mulutnya. Nayoung menatapnya agak lama, lalu mengalihkan perhatian pada hal lain.

"Yaelah, kirain ngapain."

"Soalnya seru, jadi...."

Sejun tidak jadi meneruskan kata-katanya karena Bang Jebi kembali muncul keluar, dengan baju rapi, jaket kulit, dan rambut gondrong yang dikuncir kecil.

Rumah Kita [Lim's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang