Hari Senin kembali tiba, tetapi hari ini sangat spesial, pake karet 2.
Dikata nasi goreng kali ah.
Hari ini adalah hari pertama Sejun magang.
"Udah kek, gausah senyam-senyum gitu. Horor tau nggak?" Youngmin mendorong wajah Sejun ke arah berlawanan darinya.
Dayoung, yang agak kaget karena muka kakaknya tiba-tiba nongol di depan matanya, langsung membalas mendorong wajah Sejun ke arah Youngmin.
"Iywa nggwak uswah guwenya dwiunywel-unywel jugwa kwalik," suara Sejun jadi terbenam karena kedua pipinya dibejek-bejek kakak dan adiknya. Keduanya lalu menarik tangan dari wajah Sejun.
"Kalo mukaku kelipet gara-gara kalian, awas ya," ancam Sejun sambil memijat-mijat pipi. "Nggak bakal aku mintain traktiran."
"Udah, makan dulu. Ntar telat," sebelum anggota keluarga lagi mengajak gelut Sejun karena perkataannya tadi, Nayoung yang barusan kelar dandan, langsung memotong. "Hari pertama masa telat."
"Kak, kalo magang ntar lo tau nggak bakal ngapain?" Tanya Subin penasaran.
"Nggak tau," jawab Sejun polos sambil mengangkat bahu. "Disuruh-suruh kaya di drakor-drakor kali."
"Magang mungkin masih ada pelatihan awal-awalnya," timpal Youngmin. "Mana lo juga bisa aja dipekerjakan jadi pegawai tetap. Ngomong-ngomong, lo masuk bagian apaan?"
Jebi, yang dari tadi diam sambil menyesap kopi instannya dengan santai karena pagi ini nggak kerja, langsung beralih pada Sejun, "Sebenernya lo magang dimana sih? Gue nggak tau."
"Itu... Di..." Ketiga kakak dan dua adiknya mengangguk bersamaan, menunggu jawabannya. "Di... INBS."
Dayoung mengerutkan dahi, lalu menoleh pada kakak-kakaknya, "INBS...?"
Youngmin mengingat-ingat kata yang familiar dengan nama perusahaan tadi. Begitu ingat, ia langsung berseru dan menabok bahu Sejun, agak keras.
"Widih, hebat lo! Itu kan stasiun berita yang masih baru, kan? Kantornya cuma 500 meter dari kantor gue!"
Semua langsung memasang raut wajah kaget sekaligus kagum dan senang. "Lo bakal jadi reporter? Jurnalis??"
Sejun mengangguk, sambil senyum malu-malu tokek. Subin ketawa, karena Sejun sekarang lucu banget. Biasanya 'kan gatau malu.
"Pantesan pas itu lo bangga banget kaya abis dapet penghargaan nobel," gumam Jaebeom. "Kok bisa kepikiran lo masukin lamaran di sana?"
"Awalnya iseng," kata Sejun. "Pas ada yang acara itu lho... Perusahaan pada ke kampus dan buka stand itu, hah itu, lupa namanya... Ada pamflet terbang terus keinjek. Gue baca, kok kayanya bagus. Stasiun tv ini 'kan terbilang baru banget, mungkin saingan gue masih sedikit 'kan? Jadi gue tanya-tanya aja."
"Gue bawa pulang formulir gitu dari standnya, trus isi dan lampirkan CV. Wawancaranya pas hari apa ya itu? Pokoknya abis kuliah, langsung ke kantornya..."
"Kok nggak ketemu gue?" Potong Paca.
"Yaelah, ngapain? Udah bau keringet, masa telat juga?" Jawab Sejun. "Memang kompaninya tuh bebas banget. Beberapa anak lain juga sama kaya gue, barusan kelar kuliah. Yaudah, gue wawancara aja. Eh keterima."
"Buset, enak banget kamu," kata Nayoung. "Mbak pernah nganggur hampir 3 bulan sebelum masuk kantor sekarang."
"Dan kalo lo masih nggak dapet kerjaan waktu itu, udah gue jadiin lo vokalis band, Na," ujar Bang Jebi. "Btw, ini udah jam 7.15."
Seketika semuanya langsung ngebut makan, minum dan langsung menyambar tas dan bawaan masing-masing.
"Day, gue anter aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita [Lim's]
FanfictionDi rumah no. 46 dengan pohon rambutan di halamannya, the story begin Lim's family Semi-baku, some harsh words, crack pairs ☑️ Jalan cerita berkelok-kelok ☑️ Typos ☑️☑️☑️ Welcome to our unexpected universe!