Siapkan camilan dan tetes mata. Part ini panjang sepanjang kasihku pada Seungsik :)
Jadi, setelah makan malam yang canggung-canggung itu, Bang Jebi nyuruh mereka tetap duduk di tempat. Sambil nunggu Nayoung yang cuci piring bareng Sejun (iya, dia diseret lagi, disuruh kerja rodi HAHA), Bang Jebi mulai bertanya pada Dayoung.
"Dayoung, kamu mulai kuliah lagi kapan?"
Youngmin, yang masih duduk-duduk santai sambil minum air putih, tersedak saat mendengar perkataan Jaebeom. Bahkan Subin hampir tertawa kalau tidak ingat Jaebeom ada di dekatnya. Keduanya beradu pandang dengan satu pikiran yang sama.
Merasa ada yang aneh dengan kedua adiknya yang lain, Jaebeom menoleh dengan wajah curiga. "Kenapa kalian berdua?"
Keduanya kompak menggeleng, sambil menahan suara ketawa. Abisnya lucu. Bang Jebi nggak pernah sama sekali bicara pakai 'aku' dan 'kamu', apalagi 'saya'. Baru denger 'kamu' aja rasanya aneh banget.
"Kenapa sih, Bin?" Mbak Nana yang barusan balik dari dapur, menepuk bahu Subin yang bergetar. Sejun menyusul dan duduk di tempatnya semula.
"Kalian kenapa sih?"
Youngmin yang ketawanya jebol duluan. Saking ngakaknya, Sejun sampai menggeser kursinya dan menutupi wajahnya agar tidak terkena percikan air suci.
Jaebeom ngerasa ini nggak bagus. Dia menatap Paca datar.
"Mbak nggak denger sih. Tadi Bang Jebi..." Subin terhenti sebentar ketika mata Jaebeom beralih kepadanya. "...ngomong pake 'kamu'."
Nayoung mengerutkan dahi, namun tak lama ikut tertawa geli. Sejunnya sudah ngakak duluan, sekarang ikut tabok-tabokan sama Youngmin.
"Emang selucu itu ya? Gue cuma pake 'kamu' doang udah kaya peserta stand up comendy gini."
"Bang, lo nggak ada pantes-pantesnya pake aku-kamu,"
Jaebeom tambah ngambek. "Minta dipites ya yang namanya Lim Sejun!"
Sejun langsung ampun-ampun, tapi masih ketawa.
Jaebeom berusaha mengalihkan kembali pembicaraannya ke jalur yang benar, balik lagi ke Dayoung, "Dayoung? Belom jawab Abang."
Suara tawa-tawa tadi mulai berhenti saat Bang Jebi kembali bertanya pada Dayoung. Dayoung, yang daritadi hanya diam sambil memikirkan hal lain, akhirnya menjawab, "Besok pagi udah kuliah lagi."
Jaebeom menghela napas diam-diam. Untung jawabnnya nggak pendek-pendek lagi.
"Dayoung kuliah dimana sih?" Nayoung ikut menimbrung. Dayoung menyebutkan nama kampusnya.
"Wah, kalo kampus itu nggak searah ya sama kampusmu, Bin?" Nayoung menyenggol tangan Subin. Subin hanya mengangguk.
"Terus besok yang bisa nganterin Dayoung siapa ya?" Cetus Jaebeom. Semuanya saling tukar pandang.
"Eh, nggak usah repot-repot! Dayoung bisa aja naik busway ke kampus."
Jaebeom menggeleng tegas. "Kamu 'kan masih baru di sini, belom tau jalan-jalannya, mana-mananya. Ntar nyasar gimana?"
"Atau pake ojek online?"
"Ck, ojek online nggak bisa masuk ke sini pagi-pagi," karang Jaebeom. Sebenarnya, dia cuma nggak mau Dayoung berangkat sendiri. Ya gimana, takut aja gitu.
Dayoung menyerah. Kelihatannya kakak tertua yang baru dia kenal ini nggak mau dibantah. Apalagi kakak perempuan satu-satunya ini, seperti pemegang kekuasaan tertinggi di rumah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita [Lim's]
FanfictionDi rumah no. 46 dengan pohon rambutan di halamannya, the story begin Lim's family Semi-baku, some harsh words, crack pairs ☑️ Jalan cerita berkelok-kelok ☑️ Typos ☑️☑️☑️ Welcome to our unexpected universe!