"Jun, katanya ada kuliah kamu. Kok nggak berangkat juga sih?"
Sejun menoleh ke jam dinding di ruang keluarga, "ADUH LUPA! MBAK, CARIIN KUNCI MOTORKU DONG!"
Nayoung terpaksa harus ikut ribut mencari kunci padahal yang mau kuliah bukan dia.
"Kunci yang mana sih, Jun? Adanya yang matic doang."
"Ah, masa pake matic sih? Keselip kali Mbak, cari yang bener."
"Etdah, anak kurang ajar," gumamnya. Meski kesal, tapi tetap mencari kunci motor bebek kesayangan Sejun sekali lagi.
"Kalo punya motor tuh dijagain kuncinya! Yang repot siapa kalo ilang? Mbak lah!" Omel Nayoung setelah 3 kali bolak-balik mencari.
"Maap Mbak, tapi kan..."
"Udah, nggak usah ngeles," sergah Nayoung. "Mulai besok masih ribut nyariin kunci motor, Mbak sita sekalian motornya!"
"Wah, kenapa nih?" Youngmin yang barusan balik dari bayar listrik menatap keduanya bergantian. "Kaya abis perang melawan negara api."
Sejun baru mau mengeluh saat matanya menangkap gantungan kunci yang sangat dikenalnya, berada di genggaman Youngmin. Langsung saja dia mendekat dan menyambar kunci itu.
"Walah, dibawa Mas Paca to?"
"Lo bawa motor bebek Sejun, ya?" Todong Nayoung. "Daritadi berdua ribut nyariin ini kunci!"
"Lah, kemaren Sejun bilang nggak ada kuliah," Youngmin membela dirinya. "Ya gue pake aja motornya."
"Dospemku ndadak kasih kabarnya," Sejun melirik layar ponselnya. Kedua kakak kembarnya hanya melihati Sejun yang wajahnya berubah.
"Kenapa?" Tanya Nayoung.
"Kirain telat," ujar Sejun. "Ternyata dospemku bilang nggak bisa datang, minggu depan baru balik dari Kalimantan."
Nayoung mendengus keras, sambil menghentakkan kaki, kembali ke dapur. Youngmin berdecak sambil geleng-geleng kepala.
"Yawla, nasib adek gue..."
Sejun ikutan kesal juga, duduk di sofa sambil meremin mata. Abangnya ikut menyusul setelah beres-beres dan ganti baju.
"Btw, Subin mana?"
"Masih tidur, ntar juga bangun," sahut Nayoung. "Kalo laper juga dateng anaknya."
Yang baru dibicarakan langsung muncul dari kamarnya, sambil garuk-garuk kepala dan ngelap sisa-sisa iler kecil di ujung mulut.
"Mbak, laper."
Nayoung menyodorkan sepiring nasi goreng buatan Bang Jebi tadi pagi, "Awas pedes, Bang Jebi yang bikin soalnya."
Subin meraih toples kerupuk dan mengambilnya banyak-banyak, soalnya bakal pedes banget buat dia nih nasi goreng.
"Bang Jebi kemana, Mbak?"
Nayoung menoleh pada Subin, lalu menjawab, "Katanya mau keluar sebentar, gatau kemana."
Subin manggut-manggut saja dan melanjutkan makannya, dengan Nayoung yang ikut duduk di depannya sambil makan kerupuk. Dua anak cowok Lim duduk di depan tv, masih sempet nonton Doraemon.
Suara deru mesin mobil terdengar sayup-sayup tak lama setelah Subin menyelesaikan makannya. Mereka semua menoleh ke arah pintu, kecuali Sejun yang main hape sendiri.
Itu Bang Jebi, masuk dengan gayanya sambil nenteng sekresek buah-buahan, "Titipan lo nih, Na."
Karena Nayoungnya jauh, yang mengambil kresek jadinya si Youngmin. Baru dia mau komentar, matanya menyadari sesuatu yang berbeda dari wajah abangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Kita [Lim's]
FanficDi rumah no. 46 dengan pohon rambutan di halamannya, the story begin Lim's family Semi-baku, some harsh words, crack pairs ☑️ Jalan cerita berkelok-kelok ☑️ Typos ☑️☑️☑️ Welcome to our unexpected universe!