Chapter 3

5.7K 466 28
                                    

Deringan ponsel berhasil membuka kedua mata Rosé yang terpejam, kepalanya sedikit pusing ketika rentinanya dipaksa siap menerima cahaya yang masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deringan ponsel berhasil membuka kedua mata Rosé yang terpejam, kepalanya sedikit pusing ketika rentinanya dipaksa siap menerima cahaya yang masuk. Belum lagi, suara deringan itu belum juga berhenti mengusik indra pendengarannya.

Rosé sedikit kebingungan ketika melihat dirinya berada ditempat yang berbeda, ditambah adanya beberapa infus yang menempel sempurna dipergelangan tangannya, pun juga dengan adanya Jimin yang terlihat tengah terlelap pulas disampingnya—semakin menambah rasa penasarannya akan hal apa yang baru saja terjadi ketika dirinya tak sadarkan diri.

Dia menggeleng cepat ketika deringan ponsel itu kembali menganggu waktu berpikirnya, buru-buru Rosé mengambil benda pipih itu, dan secara tak sadar Rosé menerima panggilan dari sang penelepon diseberang sana.

"Siang pak, maaf menganggu waktunya, terkait rapat yang dijadwalkan siang hari ini, apakah benar bapak ingin mengreschedule-nya?"

Rosé menatap nanar ke arah Jimin, lalu segera ia alihkan saat suara itu memanggilnya lagi

Sebenarnya ingin sekali Rosé membangunkan Jimin, dan memberi tahu akan hal itu.Tapi ia masih sangat takut, Jimin terlalu menakutkan untuknya

"Pak.."

Rosé mengigit bibir bawahnya, dirinya sangat bimbang sekarang, antara membangunkan Jimin atau membiarkannya saja

"Pak Jimin, apa anda ada disana?"

Wanita itu menghembuskan nafasnya kasar, dengan perlahan ia membangunkan Jimin

Membuat sang empu perlahan tersadar dari mimpinya tadi, "Kamu sudah siuman?"

Tak ada jawaban dari Rosé, wanita itu hanya diam lalu memberikan benda pipih itu kepada pemiliknya

Jimin tak mengambil ponselnya, melainkan menarik Rosé ke dalam dekapannya

"Apa masih sakit?"

Tubuh Rosé membeku, terlebih saat Jimin memeluk tubuhnya begitu erat seperti saat ini

Dengan pelan, Rosé mendorong tubuh Jimin. Membuat pria itu menatap tajam ke arahnya

"Gua capek!"

Rosé kembali membaringkan tubuhnya, mengistirahatkan sebentar dirinya yang sedari tadi dipaksa untuk kuat

Padahal kenyataannya, ia begitu rapuh

Rahang Jimin kembali melunak, tangannya secara spontan terulur untuk membelai lembut surai wanitanya

Ia lihat ponselnya sejenak, sebelum akhirnya Jimin memutus panggilan itu secara sepihak dan meletakkannya diatas nakas

"Istirahat, saya akan temani kamu disini"

"Ga perlu!"

"Kamu kenapa menolak saya terus, hah? Jangan buat saya marah, Rosé! Menurutlah!"

Air mata Rosé luruh, dengan sangat berani. Ia menatap nyalang ke arah Jimin, "Kenapa memangnya? Mau marah? Ya marah aja!!!"

STUCK WITH YOU | Jirosé ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang