"Kau tau apa yang ingin sekali kukatakan padamu?"
Taehyung mendongak, menaikkan satu alisnya seiring desah Yoongi yang terdengar amat penat.
"Aku menyesal karena sudi menjadi temanmu."
Satu kalimat itu tak diindahkan Taehyung. Ia justru gelengkan kepala sembari mendengus geli. Jemarinya masih sibuk dengan selembar kertas di atas meja yang jauh lebih menarik atensinya dibandingkan sahabatnya sendiri.
"Tinggal kau yang tandatangan," Taehyung menggeser kertas itu ke arah Yoongi. Kedua tangannya kini terlipat di depan dada, "Sebaiknya kau baca dan pahami apa yang tertulis di sana sebelum kau menandatanganinya."
Yoongi hela napas berat, "Sejak kapan kau menyiapkan ini semua, huh?"
"Sejak aku memikirkan bahwa tidak ada cara selain ini."
"Ibumu sudah tau?"
"Aku tak pernah merahasiakan apapun darinya."
"Dan beliau setuju?"
Taehyung berdecak, "Tidak terlalu. Karena dia pikir sebaiknya aku menyerah saja daripada memaksakan keadaan yang sangat tidak memungkinkan."
"Ah, aku setuju dengan pemikiran Ibumu."
"Tapi aku tidak karena aku sudah membuatkan surat kontrak untuk kita."
Yoongi mendecih kesal. Diambilnya kertas berisi perjanjian kawin kontrak di atas meja itu dan dibacanya perlahan. Alisnya menukik, dahinya mengernyit lantaran ada beberapa poin yang sedikit tak ia pahami.
"Tidak ada kontak fisik selain di depan orang lain yang mengetahui pernikahan kita, dan kita boleh menjalin hubungan dengan orang lain selama kontrak berjalan?" Yoongi mendengus, "Jadi maksudmu kau akan meninggalkanku jika kau sudah menemukan jodoh aslimu sendiri begitu?"
"Baca poin di bawahnya. Aku sudah menuliskannya secara jelas."
Yoongi kembali pada surat perjanjian itu dan lagi-lagi ia mengernyitkan dahinya.
"Jika salah satu di antara kita sudah menemukan pilihan hati yang sebenarnya, boleh memutuskan kontrak sebelum batas waktu yang sudah ditentukan," Yoongi hela napas pendek, "Tae, kau sungguh ingin mempermainkan pernikahan ya?"
"Jika kau memahami kondisiku sekarang, maka kau tidak akan menafsirkan demikian, Yoongi," Taehyung mengambil pulpen dan mendekatkannya pada Yoongi. "Sudahlah, ayo tandatangani itu."
Yoongi bergeming, matanya masih sibuk menatapi kertas dan Taehyung secara bergantian. Hatinya terasa bimbang jujur saja. Ia tak memahami kenapa ia harus menuruti kemauan Taehyung yang terkesan konyol ini. Yoongi merasa jika dirinya melakukan kawin kontrak dengan Taehyung, maka secara tidak langsung ia sudah membantu Taehyung menipu keluarganya sendiri hanya demi mendapatkan warisan. Dan hal itu terdengar sangat jahat. Yoongi sampai kapanpun tak akan membenarkan hal ini.
Tapi di sisi lain, sebagai kawan baik yang mengerti keadaan Taehyung, Yoongi menyisihkan sebagian empatinya. Ia ingin membantu, meski apa yang dilakukannya ini ilegal dan bisa jadi melanggar hukum. Bagaimana jika suatu saat ada yang mengetahui soal kawin kontrak ini? Apakah Taehyung batal mendapatkan warisannya? Atau yang lebih parah, mereka berdua sama-sama dijebloskan ke penjara atas kasus penipuan?
Yoongi menggeleng keras, mencoba menghapus segala kemungkinan buruk dalam kepala. Kembali matanya tertuju pada surat perjanjian itu, membaca ulang setiap poinnya sebelum beranikan diri membubuhkan tandatangannya sendiri di atas sana.
"Kita akan selamanya menjadi teman baik, Yoongi. Aku sahabatmu, kaupun sahabatku. Tidak akan ada yang berubah dari kita. Ini hanya- hanya sebuah skenario drama yang harus kita jalani selama satu tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me, Yoongi! (Taegi) ✔
FanfictionKetika Yoongi ditawari pernikahan kontrak dengan teman sekampusnya sendiri. "Ayolah, hanya satu tahun!" "Apa kau gila?! Jangan main-main dengan pernikahan, Taehyung!" "Kumohon! Bantu aku ke luar dari situasi ini! Sebagai gantinya, aku akan memberi...