Bab 9 - Menjelang Fajar

194 24 5
                                    


"Kok lo diem aja sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok lo diem aja sih?"

Gue bergeming. Asli! Nggak bohong. Sekarang kaki gue membeku. Gue nggak bisa latihan kalau kayak gini caranya.

"Ham, kenapa lo diam saja?" ulang Almira yang membuat gue tersadar.

"Ah! Iya," jawab gue seperti orang linglung. Almira menyunggingkan senyumnya. Wah ada tanda – tanda sesuatu ini. Almira Cuma mau ngerjain gue doing, 'kan?

Lo tahu pemanasannya ngapain? Lari keliling sekolah, masa?. Emang kalau dia latihan bela diri kayak gini juga?

"Lo yakin nyuruh gue keliling sekolahan dua kali puteran? Sekolah kita ini kan gede, Al--"

"Emang iya! Kenapa? Masalah dengan metode gue?" sergah Almira cepat. Hadeuh turutin aja deh apa yang dia mau. Daripada ngambek, gue lagi kan yang kena.Gue selalu percaya cewek selalu benar. Mungkin ini jalan terbaik gue yang dipilihkan sama Almira.

Xava yang merasa jadi nyamuk mendesah pelan. Kasian juga si Xava, apa suruh dia balik aja kali yak? Gue panggil Xava agak keras biar dia mendengarkan. Tapi tetap saja, tak ada respon dari cowok berpipi tirus itu. Ia masih sibuk mengotak - atik ponselnya.

"Va," panggil gue untuk yang terakhirnya. Ini orang tuli apa gimana? Kok nggak ngedengerin panggian gue? Almira menepuk pundak gue pelan, katanya biar dia saja yang manggil Xava.

Perasaan gue kok nggak enak, ya?

Plak

Tonyoran Almira di paha Xava membuat gue bergidik. Pasti sakit..
Kalau gue jadi Xava, gue pastiin gue bakalan habis ditangan Almira.

"Lo dipanggil sama Ilham tuh. Emang lo nggak denger?"

Xava tampak terperanjat, hampir aja ponselnya terjatuh. Gue sebenernya nggak kasian sama Xava, gue kasian sama ponselnya yang mau jatuh. Pasti mahal harganya.

"Gue nggak denger apa - apa," ucap Xava sambil mengedikkan bahu.

Yaudah, gue langsung bicara to the point aja sama si Xava. Nggak usah banyak cincong.

"Lo balik aja ke kamar. Gue mau latihan," titah gue. Xava mengernyit. Dia heran, kenapa gue mau usir dia? Padahal yang menyuruh Xava ke sini tuh gue sendiri. Xava mengerucutkan bibirnya kesal.

"Yah, Ham. Kok gitu sih? Berarti lo gak jadi traktir gue dong?"

Haha. Ada - ada aja Xava. Kan dia mau nemenin gue, ya tentu saja dong gue traktir. Di bawah dua ribu tapi. Wkwkwk. Ngakak banget sumpah pas Xava mengerucutkan bibirnya. Kayak bebek kalau lagi manyun.

"Jadi dong, cuma gue takut kalau lo nunggu gue sampai selesai, nanti lo bosen," ucap gue. Xava pun menggelengkan kepalanya kuat sebagai jawaban. Katanya dia nggak bakal bosen selama ada traktiran. Gila ya?! Gue kira dia tulus nganterin gue. Pada kenyataannya? Ah, nggak usah dibahas. Nanti gue kesannya drama.

ALMIRA : JANGAN PAKSA MEMBENCIMU (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang