Bab 25 - Masalah

91 8 2
                                    

HUAAAAAA, GUYS THANKS FOR YOUR SUPPORT! SEBELUM BACA, KALIAN FOLLOW DULU AKUN AUTHOR! ENJOYY.

HUAAAAAA, GUYS THANKS FOR YOUR SUPPORT! SEBELUM BACA, KALIAN FOLLOW DULU AKUN AUTHOR! ENJOYY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo bisa bantuin gue, 'kan?" pecah Almira dari keheningan yang menyelimuti.

Gue tersentak kaget. 

"Eh? I-iya, Al. Gue bakal usahain buat lo," jawab gue gelagapan.

Tutt.

Sambungan telpon dimatikan Almira begitu saja. Gue perlahan melepaskan ponsel dari telinga gue. Apa memang ada hubungannya dengan Rani ? Rani yang kayaknya selalu cari cara untuk ngerecokin Almira ? Lagi pula gue masih di Australia nih.  Hmm..Gue minta tolong rekan kerja gue aja kali, ya? Gue perlu barang bukti yang kuat dalam kasus ini.

"Eh bro, lo kan lagi di Indonesia,  bisa minta tolong nggak?  Gue ga bisa gerak banyak karena gue lagi di Australia, bantuin nanganin kasus si bos," kata gue ke orang di ujung telepon sana, "Untuk kasus yang di Indonesia ini,  gue mau minta lo buat cari barang bukti yang kuat terkait dalam kakaknya si-client. Info lebih lanjut, gue bakal chat lo aja, ya? Dimas Wijaya kan anaknya baik, jadi gue minta tolong," ucap gue sedikit membujuk.

Bagi yang belum tahu, yang tadi gue telpon itu Dimas. Dia orang Indonesia juga kayak gue, kakak tingkat yang kuliahnya udah beres di Australia. Kebetulan dia buka kantor hukum di Indonesia. Seinget gue, kakak tingkat yang ada di Indonesia itu ada tiga. Dimas, Tama, dan Yizuku. Cuma, gue mau minta tolong Dimas aja buat bantuin. Dua yang lainnya lagi sibuk menangani kasus mereka masing - masing. 

Jemari gue menari di atas layar ponsel dengan gesitnya. Sebuah pesan sebagai petunjuk dia untuk melacak siapa yang melakukan penekanan terhadap Kak Adam, apakah benar Kang Adam punya hutang? Apakah ini ada hubungannya dengan Rani.  Demi Almira, gue akan selesaikan kasus ini. 

Gue yang merasa kecapekan, segera balik ke apartemen gue dekat kampus. Yap, selama di Australia, gue emang tinggal di sana. Gue membuka kunci kamar gue. Setelahnya, gue menjatuhkan diri di kasur empuk kamar gue. 

Gue capek ngurusin semua client Mr. Jer. Kalau Mr. Jer sakit atau izin, semua urusan beralih kepada gue. Belum lagi yang rada rese. Ditempa kayak gini, gue tambah pinter sih,  Terus ini lagi, kasus Kak Adam. Untung gue punya rekan kerja macam Dimas. Dimas itu alim-alim, penurut, jadi gemes deh. 

Gue menatap langit - langit kamar. Tak ada apa - apa sih, cuma gue seneng aja kalau melihat langit - langit kamar. Kalau gue melihat ke atas, gue jadi ingat masa - masa SMA dibenak gue. Gue rindu dengan indahnya masa putih abu - abu. Di sisi lain, gue juga masih benci sama episode ujian dengan Pak Bambang. Gue nggak lagi deh mengingat - ingat kembali. Ihh, ngeri.

ALMIRA : JANGAN PAKSA MEMBENCIMU (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang