Bab 22 - Kembali

84 7 3
                                    

GUYS, JANGAN LUPA FOLLOW WP AUTHOR DULU YA, DENGER LAGU SAMBIL BACA KUYY. HAPPY READING.

Ternyata hal yang paling menyedihkan seumur hidup gue adalah memilih ego daripada yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata hal yang paling menyedihkan seumur hidup gue adalah memilih ego daripada yang lain. Kenapa gue ga melihat ke belakang agar tahu kalau ada yang sedang menunggu gue dalam hidupnya. Gue tertawa getir ketika melihat Arumi dan Kak Baron berpacaran di cafe tadi. Paling juga sebentar lagi akan putus. Sangat menyedihkan.

Gue mengejar langkah Almira yang semakin menjauh. Gue tidak akan membiarkan orang yang gue cintai kenapa - napa, minimal sampai pesawatnya take-off, sekedar memastikan dirinya baik - baik saja.

"Ngapain lo ngikutin gue? Lebih baik, lo urus saja si Rio bikin onar di sekolah kita. Urus saja Rio, jangan mikirin gue lagi," tangkas Almira sebelum gue berkata - kata.

Almira berjalan maju lagi, pergelangannya telah gue cegat sebelum dirinya benar - benar pergi ke Jepang. Apa pun yang terjadi, gue selamanya akan cinta sama lo, Almira. Sepeser kata saja gue tidak bisa mengungkapkan perasaan gue. Almira tertegun ketika melihat gue mencegat langkahnya.

"Al, lo jangan marah sama gue lagi, ya? Ini bunga tulip merah buat lo," ucap gue sambil mengeluarkan bunga tulip yang tadi gue sembunyikan di dus cantik. Sekiranya guebisa, gue akan terus memegang bunga ini seperti menggenggam agar Almira tidak dapat pergi di hati gue.

Almira meraih bunga tulip merah yang gue beri. Senyum Almira mulai mengembang sedikit demi sedikit. Anggap saja itu adalah perminta maaf gue karena gue sudah melanggar perjanjian gue dan Almira. Sekalian, itu adalah arti dari kalau gue sayang sama orang yang bernama Almira Azzahra Putri Ayu.

"Ilham, lo resek banget, ya? Niat gue buat marahin lo jadi nggak jadi deh," ucapnya. "Gue suka bunganya, hmmmmmmm, yang perlu lo tahu sekarang, gue nggak bisa membenci manusia kayak lo. Gue-- sudah lah, lupakan omongan gue tadi. Yang gue omongin itu hanya omong kosong. Jangan diingat lagi," lanjut Almira dengan nada tulus.

Mendengar perkataannya, hati gue mencelos begitu saja. Cinta datang dari mana saja, meski telat juga tak apa. Gue bahagia kalau perasaan gue terbalas.

Mengucapkan kata itu membuat pipi Almira merah bagaikan tomat. Sangat lucu. Jika gue lihat kembali, dia sangat imut untuk dipandang. Almira tersenyum samar pada gue,dirinya meninggalkan tempat ia berdiri lantas pergi meninggalkan gue.

"Gue .. sa-yang lo."

Suara gue mulai pelan karena mengetahui bahwa ini adalah tempat umum. Hey! Sadar diri gue, ini di b.a.n.d.a.r.a. Banyak orang yang melihat gue dan Almira. Almira kini berdiri di loket antrian. Selama di Jepang, lo jangan lupain gue, Al. Kalau lo ketemu Doraemon, bilang ke dia, pinjam baling - baling bambunya. Gue mau terbang tinggi bersama Almira. Jangan ajak Doraemonnya, kita berdua saja. Hahah. Gue ketularan gombal sama Kak Baron kali, ya? Semenjak gue berkawan dengan Kak Baron beberapa menit yang lalu, gue jadi lebih pandai gombal.

"Jangan nagis lo, anak gengster masa nangis," cerca cowok dengan rambutnay yang mengembang. Gue menoleh ke arah sumber suara. Kak Baron? Kok bisa ada di sini? Kak Baron menyentuh bahu gue.

ALMIRA : JANGAN PAKSA MEMBENCIMU (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang