Bagaimana rasanya menyimpan perasaan begitu lama, namun kita tak pernah tahu apa yang diinginkan hati. Sudah terlalu sering terluka, mengata tak kunjung jera?
[ Taegyu ] [ School life! au ]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅊ Semesta ㅊ _______
Semesta,
Aku lelah, ingin berhenti. Tapi kenapa perasaan tak rela ini semakin kuat? Hari ini tak ada yang bisa ku curahkan, entahlah terlalu kecewa dengan diriku.
Hingga kapan aku begini? Bukankah seharusnya aku menyerah saja?
Ia menutup bukunya, menoleh kearah Bian yang bersiap - siap. Temannya itu sudah berdiskusi dengan Samudra, dan pemuda itu berinisiatif untuk membawa Bian tinggal bersamanya. Bagaimanapun Samudra harus berada didekat Biansyah mulai sekarang.
Membuat Lentera kembali merasa sepi, ayah dan ibunya jarang sekali pulang. Alasannya selalu sama, sibuk dengan urusan mereka di kampung. Ia ditinggalkan begitu saja dengan sepupunya, yang mereka hanya sesekali akur itu.
Tak ada yang bisa ia ajak bicara, mengapa semua orang selalu meninggalkannya sendiri? Dan juga sepupunya itu akhir - akhir ini suka menginap dirumah temannya.
" Hati - hati Yan, kak? Jaga temanku! Awas kalau ryan ku kenapa - napa! " Iya, Lentera bahkan sudah memberi julukan untuk anak mereka berdua, ia terinspirasi dari bonek ryan nya. Jika ditanya alasannya apa itu karena sejak dua hari yang lalu Bian suka sekali memeluknya seperti boneka ryan. Semoga saja anak nya laki - laki, agar nama itu dapat dipakai.
" Iyaaaa! Masuk gih, udah maleeem. "
" Siap mama! " Keduanya tertawa, hingga mobil Samudra melaju meninggalkan halaman rumah Lentera.
Lalu, sekarang ia harus apa? Sangat bosan, lihatlah sepupunya tak kan pulang kembali. Pasti ia menginap dirumah sahabatnya.
Apa Lentera berjalan - jalan sebentar? Sepertinya didepan perumahan ada sesikit festival makanan disana. Ia jadi rindu dengan jajanan saat sd, telur bakso dan telur gulung. Ah! Ia jadi lapar.
Lentera berjalan menuju festival yang sudah tak terlalu ramai, pasalnya ini hari terakhir festival itu, hingga ia bisa puas membeli apapun tanpa mengantri panjang.
Membeli manisan, gulali, telur gulung dan es teh kantong. Tangannya penuh dengan jajanan, tapi itu masih kurang baginya, ia ingin beli ini dan itu. Tapi takut jika uangnya tak cukup, Lentera menghela nafas menatap tak puas belanjaannya, ia mendirikan semua jajanannya pada bangku taman, menimang apa yang akan ia makan terlebih dahulu.
Tetapi sebuah tangan mengambil telur gulungnya, memakan setusuk. Lentera ingin marah, namun tertahan saat melihat siapa pelakunya. Itu Semesta, ia tersenyum sangat tipis saat Lentera hampir saja memarahinya.
" Semesta? Kenapa disini? Itu punya ku.... "
" Kenapa? Gue gak boleh disini? Ini komplek perumahan gue. " Oh berarti sebelum ini mereka bertetanggaan.
Oh...
Sebentar,
Oh?!!!!!
' Uhuk uhuk! '
" Lo gapapa? Makan nya hati - hati kek. " Ia mengerjapkan matanya berulang kali, ah mungkin saja dirinya berhalusinasi saat Semesta bilang ini komplek rumahnya.
" I-ini komplek—"
" Iya, kenapa dah? "
" A-aku juga!! "
" Oh. " Balasan dari Semesta membuat mereka jadi sangat hening. Pasalnya Lentera tak tahu harus berkata apalagi. Pemuda ini sangat ahli dalam membunuh pembicaraan, membuat orang canggung dengan balasan singkatnya.
Kali ini Lentera jadi ingin memaki pemuda itu agar berhenti bersikap menyebalkan. Tapi ia urungkan, memangnya siapa dia berani sekali menyentuh wajah Semesta?
Baahkan hingga ingin pulangpun tak ada pembicaraan yang dimulai oleh mereka berdua, Lentera asyik menghabiskan jajanan nya agar cepat kembali ke eumah hangatnya.
' Tetangga. ' Satu kata itu mampu menghapuskan segala kesedihannya selama dua hari ini, ia bahkan lupa dengan dirinya yang menangis di rooftop karena Semesta.
Ia tersenyum - senyum, sesekali Lentera berlompat riang, malamnya benar - benar indah. Sepertinya tuhan tak mau membuatnya bersedih terus, ah sekarangkan Lentera jadi tak mau berhenti untuk mengejar Semesta. Ia yakin sekali pasti bisa mendapatkan hati pemuda itu.
Tanpa ia ketahui, ternyata Semesta memang sengaja membuat dirinya jatuh dalam pesonanya, ia tahu tentang Lentera yang selalu mengirimnya Sticky note, ia akui. Lentera benar - benar pemberani, jika ia jadi Lentera— ah itu tak akan terjadi lagipula.
-ΦΦΦ-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.