Bagaimana rasanya menyimpan perasaan begitu lama, namun kita tak pernah tahu apa yang diinginkan hati. Sudah terlalu sering terluka, mengata tak kunjung jera?
[ Taegyu ] [ School life! au ]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅊ Semesta ㅊ _______
Sepertinya ia ingkar pada janjinya sendiri untuk tak lagi membuka lembaran yang sudah kusut tentang Semesta yang kembali memenuhi harinya. Ia membuka lembaran terakhir dirinya mengukir tulisan yang menyakitkan untuk diingat.
Lentera kembali mengukir tulisan disebelah laman terakhirnya dengan senyuman.
Langit memang indah, tetapi Semesta lah segalanya. Ia indah namun menyakitkan, tetapi juga sangat hangat. Sebagaimanapun ingin menjauhi Semesta, distraksinya tak bisa dilawan. Ia sangat menuntut untuk tak dihiraukan.
Kini segalanya kembali, aku memang jahat pada sang langit, tetapi hati memang tak bisa berbohong bagaimana hari - hari yang rindu akan memori bersamanya. Menghentikan diriku untuk menipu diri sendiri mengatakan semuanya baik - baik saja tanpa Semesta.
Padahal kita semua tahu, kita tak akan lernah bisa hidup tanpa adanya Semesta, bukan?
— Lentera, kembali inginkan Semesta.
Ia menutup bukunya, menyimpan dengan lebih tersusun dibandingkan yang tadi. Sesikit membersihkan debu yang menempel pada sampul cokelat miliknya.
Lentera sudah berfikir seribu kali, ia akan mengikuti kata hatinya. Mengakhiri hubungan nya dengan Nathaniel memang keputusan yang tepat, pemuda itu memang akan sakit pada awalnya, tetapi rasa sakit itu akan berganti. Ia cukup peka terhadap Binar yang kembali mendekati Nathaniel. Mereka akan sangat serasi jika bersama.
Baru saja dirinya ingin memikirkan tentang Semesta, sosok itu sudah datang menyapanya dengan sedikit menarik tas miliknya kebelakang, hingga tubuh kecil itu sedikit terhuyung ke belakang.
" Selamat sore, Lentera. "
Lagi dan lagi, jantungnya bekerja keras disaat sore hari. Semesta memang benar - benar ingin membuat dirinya mati apa?
" S-selamat s-sore Semesta... "
" Sudah mau pulang? Biar gue yang antar, mau? " Semesta tersenyum sambil menyelipkan poni yang lebih tua ke belakang agar tak menutupi manisnya, tetapi ia tak sadar dengan kelakuannya itu dapat memporak porandakan pertahanan Lentera, jika tidak mengingat rasa malu nya. Ia tak yakin jika dirinya tak akan pingsan melihat Semesta yang sangat manis itu.
" Gak usah Ta, gue mau minjem kak Lenteranya sebentar, ada bisnis tiga m nih bareng dia. Duluan aja deh lu, sorry ya ganggu kencan kalian. " Nathaniel datang menepuk bahu Semesta, tersenyum tipis sambil menggenggam tangan Lentera yang terkejut dengan Nathaniel.
Pemuda itu membawanya ke sebuah kafe kopi kesukaannya, harum khas kopi yang menyegarkan membuatnya teehanyut apalagi dengan lagu yang ia sukai kini sedang diputar. Nathaniel masih terdiam tersenyum sambil menggenggam tangannya.
" Kita mau ngapain Than? "
" Kak, putus yuk? " Ia sedikit terkejut dengan yang dikatakan Nathaniel, ia mengusap kedua matanya untuk menyadarkan dirinya apakah ini mimpi atau tidak. Dan ternyata ini bukanlah mimpi.
" K-kenapa?"
" Jadi pacar Lentera gak seru, enakan jadi temen aja. Lagian aku tau, bahagianya kakak bukanlah aku. Wajah kakak saat bersama Semesta dan Nathaniel itu berbeda sekali loh kak. Kamu gak bisa beebohong. " Ia menunduk merasa bersalah pada Nathaniel, pemuda itu sangat baik padanya.
Ia merasa kejam sekali mematahkan hatinya, padahal tadi ia sudah menganggap tak apa. Sepertinya ia belum siap untuk melihat ekspresi Nathaniel yang tampak sedikit kecewa itu.
" Maaf Than.... "
" Gapapa, jadi temen Lentera lebih seru. Bahagia sama Semesta ya kak? Kalau dia nakal bilang sama aku, biarku tendang aja bokong tepos nya itu. " Ia memaksakan dirinya untuk terkekeh kecil agar Lentera tak terlalu menyalahkan dirinya, tetapi jika boleh jujur ini adalah tindakan yang sulit untuk dilakukan Nathaniel. Hatinya bagai teriris dan diberi tetesan asam pada bagian yang teriris dan luka. Sangat sakit. Namun tak apa, asalkan Kentera bahagia. Ia tak apa - apa ' kan?
" Maaf dan terimakasih Nathan, aku bener - bener jahat ya? "
" Kamu gak jahat kak, memang sedari awal pintu hatimu terkunci. Nathan juga tak pernah menjadi pemilik kunci itu, jaga diri ya kak? Nathan mau pulang, mami pasti khawatir anak bujang nya belum pulang. Ah, tenang aja. Aku udah nyuruh Semesta buat nyusul. Jangan canggung sama aku loh ya? Bye! "
Nathaniel bergegas menghidupkan motornya, menjauhi Lentera yang tampak sedikit menangis. Ia tak bisa lama - lama disana, jika ia masih disana Nathan tak yakin dirinya akan rela melepaskan Lentera. Ia sekilas melihat Semesta yang baru saja sampai dan langsung masuk kedalam kafe itu. Semoga saja mereka semakin dekat setelah ini.
Dan benar saja, Semesta yang baru saja tiba langsung disuguhkan dengan Lentera yang menangis sesenggukan, tanpa menunggu lama ia langsung memeluk pemuda itu. Memberikan kehangatan dan menenangkan Lentera tanpa sepatah kata, hanya diam. Namun bisa dirasakan jika Semesta seakan - akan mengatakan kata - kata penenang untuk Lentera.
-ΦΦΦ-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.