Bagaimana rasanya menyimpan perasaan begitu lama, namun kita tak pernah tahu apa yang diinginkan hati. Sudah terlalu sering terluka, mengata tak kunjung jera?
[ Taegyu ] [ School life! au ]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅊ Semesta ㅊ ________
Lentera sudah memutuskan untuk tidak berhubungan dan menulis sesuatu yang bodoh tentang Semesta lagi, walaupun hatinya belum terbiasa. Terlebih lagi melihat kemesraan Semesta dengan Amalia.
Buku itu, ia simpan dibawah tumpukan buki dilokernya, tak akan pernah ia sentuh lagi. Dibiarkan dengan keadaan lembab, seperti keadaan hatinya yang masih lembab dan terasa perih oleh luka yang diberikan Semesta.
Ia berjalan menggandeng lengan Bian, pemuda itu sudah memasuki dua minggu masa kehamilan, yang untung saja tak ada morning sick yang mengerikan seperti diceritakan oleh internet.
" Bian, beneran mau ke taman bermain? Nanti kalau dede ryan nya keluar gimana? "
" Ih ya nggak bakal lah. Bodoh banget sih masa tiba - tiba langsung brojol gitu aja, biasain pas belajar biologi tuh jangan molor. "
" Dih sensian gak asik, lagian males banget aku jadi nyamuk. Udah ada kak Samudra tuh aku mau pulang aja. " Bian menahan lengannya, ia menatap Lentera dengan memohon seperti induk anjing, iya kan temanya itu sudah mau jadi mama.
Dengan pasrah Lentera ikut dengan mereka, tetapi untung saja Nathan ingin ikut juga. Alhasil mereka tampak seperti sedang double date.
Sesampainya disana mereka berpisah, Lentera mengajak yang lebih muda untuk menaiki roller coaster. Sebenarnya Nathan takut, tetapi demi Lentera ia ikut. Walaupun sebelumnya ia berdoa agar tak kehilangan nyawa nya saat roller coaster yang curam itu berputar seratus delapan puluh derajat.
" Ih Nathan buka matanya dong! Liat nih aku aja sambil lepasin tangan! Ayo buka mata, belom jalan juga. "
" Gak gak gak! Mati entar mati! Gak mau mati belom macarin kak Lentera!"
" Leb— AAAAAA!!! "
" YATUHAN AMPUNI DOSA NATHAN YATUHAN TOLONG TOLONG BERHENTI PELANIN WOI PUSING ASTAGA BERENTI TURUNIN GUE, GAMAU MATI! BELOM BAHAGIAIN PAPI MAMI, SUKA NAKALIN KAKAK BELOM MACARIN LENTERA! " Nathan berteriak lantang sambil memeluk lengan Lentera, demi apapun ia ketakutan setengah mati. Ia tak akan pernah ingin menaiki ini lagi.
Sedangkan Lentera hanya tertawa melihat kelakuan yang lebih muda, jika begini Nathaniel terlihat lucu?
" Hahahaha lepasin tangannya dong coba naikin keatas, buka mata ayo ih gak ngeri kok! Nathaniel penakuuut. "
" BODOAMAT! GA MAU MATI TOLONG— APANYA GAK NGERI?!! JANTUNG JANTUNG MAU KELUAR TOLONG KAK JANTUNGKU MASIH BERDETAK GAK? KAK BILANGIN MAMI SAMA PAPI KALAU NATHAN SAYANG MEREKA SAYANG SAMA KAK GABRIEL JUGA, CINTA LENTERA JUGA. YATUHAN JANGAN MANGGIL PENCABUT NYAWA DULU, UTANG SAMA MAS MAMAN MASI ADA. "
Bahkan setelah selesai menaiki wahana, Nathaniel terdiam lemas, kakinya seperti tak bertulang. Ia terduduk lemas di tempat duduk yang tak jauh dari wahana itu.
" Aduh beneran koleps anak orang! Nathan mau apa? Lentera beliin air putih dulu ya? Tunggu disini, apa perlu telfon kak Samudra aja? "
" T-telfon aja.... " Sautnya lemah, bahkan perut terasa seperti berputar, seperti kepalanya. Ia menahan rasa mual yang sangat teramat, dan memegang erat telapak tangan Lentera. Ah kalau tau begini, ia tak akan mengusulkan Nathan untuk naik bersamanya.
Setelah menunggu lama Samudra dan Bian, mereka tiba dengan membawa air putih dan membawa tiga churros yang Lentera perkirakan itu untuk mereka bertiga.
" Si anjir gitu doang udah tumbang? Mau langsung pulang aja gak Than? Kek nya lo pucat banget, Lentera aja kaga apa - apa. " Mendengar ejekan Samudra, Nathaniel yang harga dirinya lebih tinggi dari siapapun itu merasa direndahkan.
" Gue gak apa - apa, yok naik yang lain kak. Prank an doang. " Lentera menahan lengannya, menarik Nathaniel hingga jatuh terduduk kembali, anak ini benar - benar keras kepala. Bahkan dirinya masih lemas begitu, dan juga wajahnya masih sangay pucat.
" Apanya yang prank? Pucat gini! Jangan bandel! Tunggu dulu, aku beliin makanan—"
" Gausah Ra, udah gue sama Bian beliin. Kasihin aja buat bayi lo satu ini. Kesian dia, kek nya pucat banget. "
Dengan terpaksa Nathaniel memakan churros itu, dibantu oleh tatapan tajam dan omelan Lentera. Mereka menghabiskan waktu hingga senja, dan berkumpul untuk melihat kembang api yang cantik.
" Kembang api nya cantik ya Than? "
" Nggak ah, cantikan Lentera kemana - mana seriusan. "
" Dih gombal bisaan."
" Kak, masi gamau nerima Nathan? Udah nyerah ' kan? " Nathaniel berbalik, memegang telapak tangan yang lebih tua, mengelus jemari lentiknya dengan lembut. Lentera menoleh, ia ikut menggenggam tangan Nathaniel.
" Beri aku waktu dulu ya Nathan? "
-ΦΦΦ-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.