ㅊ Semesta ㅊ
_____" Semesta minggir deh, kenapa sih suka banget ganggu akhir - akhir ini? Ditanya malah gak dijawab. " Ia jengah dengan sifat Semesta yang tiba - tiba kembali mengusiknya bahkan disaat dia dengan Nathaniel tiba - tiba ia ingin berbicara dan mengajaknya untuk berbicara berdua. Tetapi akhirnya tetap sama, Semesta masih bungkam hanya terdiam melihat Lentera yang pergi setelah itu.
" Bisa ngomong sebentar? "
" Iya udah ngomong aja, kenapa sih Ta? Ada apa? " Semesta menghela nafas gugup, entah kenapa sangat tak tahu malu ia berusaha untuk memberitahu Lentera jika ia mulai menyukai pemuda itu.
" Bilang gue gak tahu malu. G-gue... "
" Kamu apa? Kenapa? "
" Gue gatau apa yang terjadi sama gue, tapi yang gue yakin semakin gue ngejauh atau buat lo menjauh dari gue. Semakin gak nyaman, gue... Gue kayanya gue mulai suka sama lo. "
Lentera mematung, tak tahu harus menanggapi bagaimana, seharusnya ia senang jika belum bersama Nathan. Namun ini semua sudah berbeda, ia sudah melepaskan Semesta. Lalu dengan mudahnya pemuda ini bilang ia menyukai dirinya? Apa Semesta sedang bercanda?
" Kalau ini cuma lelucon, gak lucu tau Semesta. Udah ya? Aku udah ada janji sama Nathan. " Ia hendak menjauh dari Semesta, namun lengannya ditahan.
" Gue gak lagi bercanda! Lentera. "
Lentera terkekeh kecil, membalikkan badannya menghadap Semesta.
" Lalu? Apa? Setelah kamu bilang ini terus mau mu apa? Aku bakal ngejar kamu kaya orang tolol lagi gitu? "
" Gue—"
" Kamu apa? Kalau maksudmu untuk itu, maaf semuanya udah terlambat Ta. Aku udah menyerah atas dirimu, kamu terlambat. Sangat terlambat, jangan nyuruh aku buat berjuang lagi untuk kamu. Karna itu gak akan pernah terjadi lagi, aku permisi dulu. "
Lentera berlari, air matanya mengalir tanpa ijinnya. Tidak, perasaannya ini salah. Ia tak boleh jatuh kembali pada Semesta. Ia sudah melepaskan dirinya.
Tepat sekali ia melihat Nathan, tanpa berpikir dua kali Lentera langsung nemeluknya. Menenggelamkan kepalanya pada bahu Nathaniel, ia tampak bingung entah apa yang telah terjadi pada Lentera. Bahkan ia menangis terisak.
" Ra? Kenapa? Mau cerita? Kak? "
" Seharusnya aku gak deket dia lagi... N-nathan aku harus gimana, aku gak mau jatuh lagi sama dia... " Ia megerti kemana arah pembicaraan pemuda itu, lagipula kemarin ia berbicara dengan Semesta. Sangat dikejutkan, pemuda itu ternyata juga memiliki perasaan pada Lentera. Hanya saja dia terlalu bodoh untuk menganggap perasaan itu hingga melukai Lentera.
Nathaniel diletakkan pada posisi yang membingungkan, keduanya sama - sama suka, bahkan Lentera tak bisa menggeser Semesta dari ruang hatinya. Ia memang seharusnya menyerah. Mereka sangat membingungkan.
" Udah, sst... Kak jangan nangis lagi, ada Nathan disini kan? Kita bicara pas udah tenang aja ya kak? Lihat aku coba. Tatap mataku kak. " Nathan mendongakkan wajah yang lebih tua, menghapus jejak air matanya.
" Jangan pernah nangis lagi, ok? Mau pulangkan? Aku antar ya? "
Selama perjalanan pulang mereka masih berdiam, hanya angin sebagai saksi bisu perasaan mereka berdua. Bahkan sesampainya di pagar rumah sederhana milik Lentera, Nathaniel hanya tersenyum mengusap puncak kepala yang lebih muda.
" Udah jangan dilanjutin nangis nya ya kalau aku pulang? "
" Iya... "
" Pergi dulu kak, jangan rindu ya? "
Letera hanya membalas dengan senyuman, menunggu hingga sosok Nathaniel sudah tak terlihat lagi.
ΦΦΦΦ
" Pagi? "
Lentera terperanjat, Semesta tersenyum tipis sambil membawaka tas si manis.
" S-semesta? Balikin tas ku! "
" Kalau gak mau? "
" Aku gak mau bercanda Semesta! "
" Kamu pendek, gak akan bisa ngejar."
Ia berlari dengan tas Lentera, meletakkannya didekat bangku Semesta. Menunggu pemilik tas datang hingga Lentera muncul dari balik pintu dengan tatapan jengahnya, mengambil kembali tasnya yang berada pada tangan Semesta.
" Candaan mu gak lucu. "
" Gak mau ngelucu juga. "
" Terus mau mu apa? "
" Lentera, mau gue lo. "
-ΦΦΦ-
ㅊ S E M E S T A ㅊ
____________©prjvatelifeu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ㅊ SEMESTA ㅊ
FanficBagaimana rasanya menyimpan perasaan begitu lama, namun kita tak pernah tahu apa yang diinginkan hati. Sudah terlalu sering terluka, mengata tak kunjung jera? [ Taegyu ] [ School life! au ]