Bagaimana rasanya menyimpan perasaan begitu lama, namun kita tak pernah tahu apa yang diinginkan hati. Sudah terlalu sering terluka, mengata tak kunjung jera?
[ Taegyu ] [ School life! au ]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅊ Semesta ㅊ _______
( + ) Sebelum baca ini, coba baca ulang bagian ke delapannya dong :") serius mungkin kemarin karna aku gagal fokus atau gimana, yang seharuanya jadi bagian ke sembilan malah ke bagian 8, kalau kalian udah baca bagian ini kemarin, tinggal skip aja. Aku bakal double up deh :D
Serius malu banget hadeh bego emang.
_______
Lentera berjalan sambil berlompat - lompat kecil, membayangkan malam yang telah ia lewati sambil berbelanja dengan Semesta, yah walaupun mereka lebih banyak diam. Tapi tak apa! Yang penting mereka bersama.
" Uuuuu kayanya ada yang berbunga - bunga, abis ngapain kak? " Nathan yang baru saja tiba dan melihat pemuda yang ia taksir sejak kecil itu berjalan dengan senang.
" Keeepo~ eh tapi - tapi! Kemarin kan hari terakhir festival malam dideket rumahku, terus aku ketemu Semesta! Seneng banget tau! Ternyata kita tetanggan, waah! Kenapa selama ini aku gak tau ya? " Pemuda itu mengubah tatapannya, ia senang Lentera yang tampak senang. Namun rasanya menyakitkan karena alasan pemuda itu bukanlah dirinya, melainkan Semesta.
" A-ah... Beruntung banget semesta satu komplek sama kak Lentera, apa Nathan harus pindah juga ya? "
'Puk! ' Yang lebih tua memukul lengannya jengah, apa - apaan Nathaniel itu. Suka sekali mengganggunya.
" Rusak suasana aja dih. "
" Loh kenapa? Bagus dong, kalau aku pindah? Jadinya kak Lentera tinggal deket pangeran! "
" Hah... Mimpilah terus? Padahal ada Melati yang suka sama dia, kenapa gak ganggu Melati aja? "
Ia membiarkan Lentera berjalan lebih dulu, hanya dengan melihat punggung kecil pemuda itu saja sudah membuatnya senang.
' Seharusnya kakak bilang itu ke diri sendiri, udah ada aku ngapain sama Semesta.... '
Ia meninggalkan Lentera dan memilih untuk mengambil waktu sendiri, sepertinya udara rooftop memiliki nilai magis tersendiri yang dapat membuat dirinya merasa lebih baik. Setidaknya Nathaniel cukup berusaha dengan baik, jika Lentera tak menyerah dengan cintanya. Maka ia juga harus begitu, dilihat dari respon Semesta yang buruk, mungkin saja Lentera akan menyerah. Ia harap begitu.
Walaupun akan memberi luka yang menyakitkan bagi Lentera, setidaknya nanti akan ada dirinya yang dapat menyrmbuhkan luka itu.
ΦΦΦΦ
Lentera memberikan kotak makanan yang ia buat tadi pagi, ia sangat senang sekali dan bersemangat memikirikan Semesta yang menyicipi makanannya dengan senyum tipis, ia meletakkan diatas meja pemuda itu, tak lupa memberi sticky note. Namun kali ini ia memberi tanda namanya.
Bahkan dengan bodohnya ia tak peduli jika saja Semesta mengetahui dirinya lah yang menulis semua sticky note karena tulisan Lentera tak berubah semenjak sekolah menengah pertama.
Ia bersembunyi dibalik pintu saat Semesta masuk kedalam kelas mereka, jantungnya berdetak sangat kencang. Takut - takut jika yang lebih muda menolak sarapannya.
" Oooy! Ta! Widih dapet kotak roti nih, lo kan udah makan. Bagi gue ya ya ya? Thanks Mesta! " Dengan tak sopannya Rangga— Sahabat putih pucat Semesta. Mengambil alih dan membawa kabur bekal buatan Lentera, ia sangat kesal. Bagaimana bisa roti yang ia buat susah payah dan membuat tangan kecilnya terluka yang diperuntukan untuk Semesta malah diambil pemuda itu.
Bahkan Semesta tampak tak peduli, ia bahkan membiarkan sticky note yang Lentera tempelkan terjatuh ke lantai. Pemuda itu benar - benar tak menghargai seseorang. Itu salah satu sifat yang ia benci dari Semesta.
Lentera memungut lembar sticky note itu, merobeknya hingga menjadi kepingan kecil. Namun itu juga bukan murni kesalagan Semesta, jika saja Rangga tak mengambil miliknya pasti pemuda itu sudah memakan rotinya. Ah benar - benar hari yang buruk!!
Bahkan itu terus berlanjut, saat jam olah raga. Semesta yang berkeringat dan tampak sangat kehausan, Lentera berlari hingga dirinya terjatuh. Namun apa? Ia terdului oleh kakak kelas nya, sangat menyebalkan. Apalagi saat melihat senyuman manis yang diberikan Semesta kepada Amalia. Lentera rasanya ingin menangis saja, ia ingin membuang air putih dingin yang sengaja ia beli untuk Semesta. Tetapi tak jadi karena Nathaniel duluan mengambilnya. Entah darimana pemuda itu datang, seperti hantu saja.
" Kenapa dibuang? Sayang loh kak, negara kita masih banyak yang kekurangan air bersih. Kakak udah ada masa malah dibuang? " Lentera tak bergeming, ia menatap datar lapangan, tak sengaja melirik Semesta yang sedang dicubit gemas oleh Amalia.
" Dasar jelek, gak suka. "
" Ngomong ke aku? " Nathaniel melirik yang lebih tua dengan bingung, Lentera itu sedang memperhatikan apa? Semesta? Sibodoh itu?
" Gatau!! Mau ke uks aja, capek. Ijinin aku ya? " Ia berlari menuju ke uks, ingin tidur saja rasanya. Hatinya lelah, Semesta benar - benar membuatnya kesal. Kali ini, Lentera rasanya ingin mencubit keras pipi putih susu milik Semesta.
' Lagi - lagi Semesta, dasar bodoh. '
Nathaniel menuruti Lentera, ia berjalan mendekati guru yang tampaknya sedang mengambil absen. Nathaniel hanya sekedar memberitahu guru itu, lalu pergi menuju kelasnya. Sekedar informasi saja, Nathaniel hanya meminta ijin pergi ke kamar mandi. Namun sepertinya ini sedikit kelamaan.
Sedangkan Semesta sedikit mengkhawatirkan Lentera, mengapa pemuda manis itu bisa sakit? Tadi ia terlihat tak apa? Apa ia kembali kelelahan seperti terakhir kali? Semesta terlalu asyik memikirkan Lentera, hingga tak sadar Amalia yang menjadi kekasihnya itu telah memanggilnya beberapa kali.
-ΦΦΦ-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.