❝ 제 20 회 ❞

910 162 9
                                    

 ㅊ Semesta ㅊ______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semesta
______

Lentera dan Semesta semakin dekat setiap harinya, mereka pun tau apa tujuan dari Nathaniel memutuskannya. Anak itu berkorban demi dirinya dan Semesta, ia sempat memarahi Nathaniel setelah mengetahui itu. Namun pemuda itu hanya tersenyum padanya.

" Percuma kalau kita tetep pacaran kak, aku memang punya dirimu tapi bukan hatimu. Aku udah berusaha mencari kunci yang pas tapi apadaya, kunci yang pas itu sedari dulu bukan punyaku. Itu punya Semesta, yaudah aku mundur. Jadi jangan merasa bersalah, aku mundur juga karna sadar diri kak, hehehe. "

Ia menghela nafas, menatap makanan didepannya tak minat. Seharusnya Lentera bahagia karna Semesta mengajaknya untuk pergi berjalan - jalan. Tetapi ucapan Nathaniel selalu mengusiknya.

" Ra, gak dimakan? " Ia tersentak, tersenyum menatap pemuda yang ada dihadapannya, Lentera tak seharusnya begini. Ia tak boleh menyia - nyiakan pengorbanan Nathaniel, bukan?

" Nggak, ini aku mau aku makan kak Ta. Cuma lagi mikirin sesuatu aja... "


" Mikirin Apa, Ra? "

" Masih merasa bersala-"


Lentera terdiam, ia terbelalak kaget saat merasakan bibirnya tengah bersentuhan dengan milik Semesta. Ia terpaku tak tahu harus berbuat apa, ini terlalu cepat, bukan? Lentera seharusnya menolak, ia seharusnya memukul atau mendorong Semesta. Namun hati dan jalan pikirannya tak sejalan, ia terdiam dan menutup matanya. Perlahan air mata nya lepas dari salah satu manik matanya, Semesta yang terkejut akhirnya mengakhiri ciuman mereka.


" Ma-maaf... Aku... g-gak sengaja, Ra m-maaf... " Ia mengusap air mata Lentera, menatap sendu yang lebih tua. Iya, dia sudah tau tentang berbedaan dua bulan dirinya dan Lentera.

" A-aku gak apa Ta.... " Suaranya lirih, ia menunduk enggan menatap Semesta yang melihatnya dengan tatapan khawatir, lagi - lagi dirinya membuat orang lain seperti itu ya? Sebelumnya Nathaniel lalu Semesta.


" Ra, terkadang jadi gak apa - apa itu baik, kamu boleh melihatkan kelemahan mu ke aku, tapi jangan yang lain.... " Ia mengusap puncak kepala Lentera, membawa pemuda itu berada di pelukannya.

Lentera sangat nyaman, rasa nyaman itu tak bisa ia temukan dari Nathaniel. Hatinya yang kejam itu sudah sedari lama memihak Semesta. Namun pikirannya tetap tak sejalan dengan hatinya.

" A-aku... " Ia terdiam, tidak. Lentera tak boleh mengatakan hal yang membuat pemuda itu sakit hati, ia menghapus sisa air matanya menatap Semesta dengan tersenyum.

ㅊ SEMESTA ㅊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang