❝ 제 10 회 ❞

974 187 16
                                        

ㅊ Semesta ㅊ_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semesta
_______

Ternyata ia tetap tak bisa beristirahat,  pikirannya tetap tak jauh dari Semesta. Memang kehadiran pemuda itu sangat sulit dihilangkan,  bahkan membawa dampak besar bagi dirinya.

Lentera mengingat kembali apa yang telah terjadi diantara mereka,  bagaimana dua insan yang sebelumnya tak pernah berinteraksi kini semakin dekat,  ah atau hanya pemikiran Lentera saja? Apa Semesta tak pernah merasakan sesuatu padanya?  Tentu saja tidak, Amalia lebih sempurna dibandingkan dirinya. Apa yang ia inginkan? 

Bahkan saat dirinya menutup mata pun,  bayang - bayang Semesta masih membayang,  bagaimana suaranya terdengar jelas. Seperti sekarang,  ia mendengar pintu terbuka. Dan suara Semesta yang memanggil namanya. Ah sepertinya halusinasi akan Semesta itu benar - benar terjadi. Bahkan ia mendengar kembali suara itu memanggil namanya.

" Lentera? Ra? "  Masih tak ada jawaban yang diberikan pemuda itu, Semesta mengernyitkan dahinya. Apa Lentera separah itu sampai tak bisa mendengar panggilan seseorang? Anak itu memang tampak pucat dan berkeringat dingin.

Tetapi yang sangat anehnya,  Semesta bukanlah seseorang yang biasanya peduli dengan seseorang bahkan mengunjungi orang itu sampai ke uks. Semesta yang ini memang patut dicurigai. Bahkan ia menempelkan telapak tangannya mengukur suhu Lentera,  membuat pemilik dahi itu terlonjak kaget. 

" Wah,  halusinasi ku tingkat tinggi. Sampe imajinasi ku bisa nyentuh.... " Ia terduduk sambil menatap horor Semesta,  pemuda itu sama terkejutnya dengan reaksi berlebihan Lentera.

" Lo kenapa? Ini gue,  Semesta. Lo gak apa - apa kan,  Lentera? " Saat ia ingin menempelkan kembali telapak tangannya pada dahi Lentera, tangannya ditepis pelan. Pemuda itu masih menatap horor dirinya.

" S-semesta beneran k-kan? Bukan—"

" Bukan apa? Lo kok jadi gini? Beneran sakit? Apa perlu gue bawa ke rumah sakit? "

Lentera mengerjapkan matanya, menyadarkan dirinya. Ia bahkan menyubit pipinya sendiri agar sadar,  namun ini semua asli. Ia merasakan sakit pada lengan yang dicubit,  Semesta benar - benar disini. Hanya untuk Lentera?

" Enggak apa - apa! Tadi aku... Aku cuma pusing dikit kok Ta,  k-kamu bukannya ikut olahraga? "

" Nggak, nemenin lo. Kali - kali ada apa - apa. Kesian ntar uks jadi berhantu. " Dengan bodohnya Lentera hanya mengangguk mengerti,  tetapi beberapa menit kemudian ia menatap kesal Semesta. Apa - apaan itu? Pemuda itu sedang menyumpahi dirinya mati?

" Hih! Maksud kamu aku mati gitu?! Jahat banget doa nya dih. Gak temenan sama Semesta. " Bibirnya maju dan melengkung kebawah,  pipi merah muda nya mengembung lucu,  bohong jika Semesta tak merasa gemas dengan pemuda dihadapannya ini. Fakta yang ia baru ketahui, Lentera itu tua dua bulan daripada dirinya. Namun mengapa sikapnya seperti anak umur dua tahun?

" Lah gue gak doain lo mati kok. Sayang ntar uang jajan gue keluar karna nyumbang bela sungkawan sama bawa beras,  beras mahal. "

" Dih,  bodoamat Semesta. " Ia tersenyum tipis saat Lentera merajuk lucu,  jujur pemuda itu lebih manis dibandingkan pacarnya kini.

' Apa - apaan dih yang gue pikirin? Gak boleh gitu, gue udah punya pacar. Lentera cuma teman gue. Iya,  sebatas teman. Tak lebih. '

Oh benarkah? Lalu mengapa dirinya terlalu perhatian kepada Lentera?  Mengapa pemuda itu selalu ada dalam pikirannya akhir - akhir ini. Seharusnya tak boleh begitu,  Semesta tidak seharusnya memberi harapan palsu pada Lentera. Tapi menghindari pemuda itu adalah suatu kemustahilan bagi Semesta kini.

Tanpa ia sadari, dirinya sudah mulai nyaman dan membutuhkan sosok Lentera sedikit demi sedikit. Menyingkirkan nama Amalia dari ruang hatinya. Atau memang ia tak pernah menyukai gadis itu?  Entah lah,  ia bahkan tak tahu tentang hatinya kini.

Semua terasa kacau dan salah, satu hal yang ia ketahui. Lentera itu sudah lama suka padanya,  dan Semesta seharusnya tak pernah membuat perasaan pemuda itu semakin besar dan harapan kosong.

Jika ditanya bagaimana dirinya mengetahui tentang Lentera yang menyukainya. Oh ayolah dari sticky note dan kertas catatan itu sangat mirip tulisannya, dan dari sikap Lentera kepadanya.

Soal tadi pagi,  ia memang sengaja membiarkan Rangga mengambil kotak makanan yang diberikan Lentera. Katakan dirinya kejam,  Semesta memang tak peduli dengan itu. 

Ah atau memang berpura - pura tak peduli?


-ΦΦΦ-

ㅊ S E M E S T A ㅊ___________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

S E M E S T A
___________

©prjvatelifeu.

ㅊ SEMESTA ㅊTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang