Bagaimana rasanya menyimpan perasaan begitu lama, namun kita tak pernah tahu apa yang diinginkan hati. Sudah terlalu sering terluka, mengata tak kunjung jera?
[ Taegyu ] [ School life! au ]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅊ Semesta ㅊ _______
Setelah kejadian antara uks dan Lentera, bukannya semakin dekat mereka terlihat semakin menjauh. Entah mengapa Semesta tiba - tiba bersifat acuh dan tak peduli dengan Lentera, namun pemuda itu tak pantamg menyerah. Ia selalu mendekati Semesta, tak peduli seberapa keras dirinya dijauhkan.
Bahkan seperti saat ini. Lentera sudah bersusah payah memberi air minum nya pada Semesta, namun tak di acuhkan oleh pemuda itu. Semesta pergi meninggalkan air minum yang terdapat sticky note seperti kotak makan nya dulu.
Tak hanya itu, saat Lentera memanggilnya Semesta berpura - pura tak dapat mendengar Lentera. Ia lewat begitu saja. Seperti saat ini, Lentera sedang menyemangati Semesta yang sedang melempar bola basket nya hingga masuk kedalam ring. Ia bersorak paling keras sibandingkan yang lain akan tetapi Semesta tampak sangat kesal dengan hal itu. Ia menarik pergelangan Lentera membawanya dan menyudutkannya pada lorong sudut loker.
Tentu saja Lentera terkejut dengan sikap Semesta, ia menatap pemuda itu takut, Semesta sangat mengerikan saat ini. Memang nya apa salah dirinya hingga Semesta tampak kesal dan sangat kesal padanya?
" Bisa gak berhenti berlebihan ke gue? "
" M-maksud Semesta apa—"
" LO KIRA GUE GATAU? LO SUKA KAN SAMA GUE? yang ngasih semua sticky note bodoh itu lo kan? " Semesta memukul loker tepat disamping wajah Lentera, membuatnya semakin takut. Ia tak berani melirik Semesta.
" A-aku... "
" Berhenti suka sama gue, berhenti berharap lebih. "
" T-tapi... "
" Gue udah punya pacar Lentera! Dan gue gak akan pernah bisa suka sama lo. Lo tau itu kan? "
" Tau!! Tapi pe-perasaanku gak bisa bohong, aku... Aku yakin pasti suatu saat—"
" Suatu saat itu gak akan pernah ada, percuma lo suka sama gue kalau gak akan pernah dibalas. " Semesta berjalan menjauh dari Lentera setelah mengatakan hal itu, ia tau Lentera sedang menangis isakan itu bahkan terdengar jelas pada kedua telinganya.
Namun ia harus melakukan ini, agar Lia tak salah paham dan juga Lentera tak semakin tersakiti karena perasaannya. Karena ia tak akan pernah bisa membalas Lentera. Menurutnya, tetapi ada sebagian hatinya yang merutuki perbuatan Semesta pada pemuda manis itu.
Akan tetapi ia mengingat ucapan Samudra saat dirinya bercerita perihal Lentera dan juga Amalia. Ia lebih memilih Amalia dibandingkan Lentera, karena ia bahkan baru mengenal Lentera.
' Apa yang gue lakuin udah bener'kan ya? '
ΦΦΦΦ
Lentera berlari tak tahu arah, sengaja membolos karena sungguh. Suasana hatinya tak kunjung membaik, ia sebenarnya sudah memprediksi ini akan terjadi. Tetapi tetap hatinya tak siap.
Entah kebetulan ataupun memang akan terjadi, hujan turun dengan sangat deras. Membiarkan air hujan mengkamuflase air mata Lentera yang turun dengan deras. Baju nya sudah basah kuyup, sambil memegang buku yang selama ini selalu ia tenteng. Buku tentang Semesta, seseorang yang sudah mematahkan dan menghancurkan hatinya. Lentera menulis sesuatu pada buku itu, mungkin saja untuk terakhir kalinya.
Pada hati yang bersedih, tuan Butala pun ikut bersedih dengan menurunkan air matanya menyelimuti dengan dingin memeluk hati yang patah. Membiarkan kesedihan terbawa oleh butiran hujan, Semesta kini aku menyerah. Terimakasih atas segalanya.
— Akhir dari perjuangan yang semu, Lentera.
Ia menengadahkan wajahnya agar menyentuh butiran hujan itu, rasa dingin nan menyejukkan. Namun tak dapat membuat hatinya ikut merasa baik.
Lentera merasakan seseorang tengah nemeluknya, ia teekejut memberontak ingin melepaskan pelukan sosok asing itu.
" Begini aja dulu kak, jangan gerak. Nangis aja, Nathan ada disini sama kakak. "
Saat itu juga air matanya jatuh kembali, ia berputar menghadap yang lebih nuda memeluk tubuhnya erat. Menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Nathaniel. Pemuda itu membalas pelukannya dengan erat, mengusap belakang kepala Lentera agar dapat menenangkannya.
" Sakit.... "
" Tau, makanya lain kali kalau Nathan bilangin jangan ngeyel. Mukamu jelek kalau nangis tau kak. "
'Bugh! ' Ah walaupun sedang tersedih, pukulannya masih terasa menyakitkan juga ya, Lentera? Nathaniel meringis memegang lengan malangnya, jika saja dirinya tak jatuh hati pada Lentera mungkin pemuda itu sudah ia buang ke palung terdalam.
" Mbuh! Sana aja kamu gak kenal Nathaniel. "
" Idih lagi sedih juga bisa - bisanya itu maung keluar lagi? "
" A-APA!? h-huks, awas ya kamu ya Nathan nanti Lentera pukulin! " Ia berlari mengejar yang lebih muda telah dulu menyelanatkan diri, dengan sesenggukan dan sisa tangisan yang ada, Lentera berlari menangkap Nathaniel. Setidaknya perasaannya sedikit membaik karena candaan pemuda itu.
-ΦΦΦ-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.