25

231 6 0
                                    

"Aya, woy budeg et dah!" teriak Erza

Raya menoleh,"Apaan sih za?" Cewek itu menyamakan langkah kaki mereka seirama.

"Hem–– gw pengen ngomong sesuatu sama lo" bisik erza di telinga raya.

Ia mengerutkan dahi,"ngomong aja sih za sekarang, keknya serius banget?" Emang kenapa si?"

Erza menghentikan langkahnya seraya menggelengkan kepalanya,"tapi engga disini ra"

"Yaudah maunya dimana?" Tanya raya

"Hem di kafe depan sekolah aja mau gak?"

"Oke– tapi emang lu mau ngomong apa sih gw jadi keponih" sergah raya. Tapi erza tak menjawab dan menarik tangan raya menuju kelasnya.

°°°

Damar memutar-mutar ponsel di tangannnya otaknya melayanh entah kenapa, di kepalanya ia memikirkan gadis tersebuy dan kejadian dimana ia mengaku kalau ia menyukainya. Cukup lega setelah bicara tapi...
"Woy bengong aja lu" tegur Alby, ia mengambil duduk di samping

"Apaansih" ketus damar, ia memutar bola matanya jengah dan mentap temannya satu ini.

"Santai, tumben si raya kaga nyamperin lu" tanya alby,

Ia mengangkat bahunya acuh,"bukan urusan gw"

Alby berdecak sebal sahabatnya ini terlalu dingin sampe mengesampingkan egonya,"masa lo mau terus-terusan gak mau ngakuin kalo lu suka sama dia mar"

Damar mengehela nafas kasar,"gak semuanya bisa diungkapin segampang itu" tegasnya penuh penekanan

"Mau sampe kapan lu rahasiin perasaan lu sama dia, apa mau nunggu dia di embat sama yang lain? Bro dia tuh banyak yang nyukain, lu gak boleh nyianyiain kesempatan" alby bicara panjang lebar menasihati kawannya, mereka sifatnya sama tapi sifat dingin damar terlalu berlebihan.

Damar tak pernah memperlihatkan  sakit, sedih ataupun senang dengan baik. Ia tak ahli dengan itu semua, semua kepedihan ia simpan sendiri hingga tak ada siapapun yang mengetahuinya. Alby dan nizar pun hanya bisa menghiburnya tapi tak bisa merasakan apa yang di rasakan oleh damar.

Rasa-rasanya ia menjadi pria yang tertutup.

"Gw gak tau harus gimana"

Alby menepuk bahu damar,"lo harus jujur sama perasaan lo dan gimana lo harus jalanin kedepannya, itu juga lu harus bijak dalam mengambil keputusan dan tanggungjawab bro" saran alby, yah teman terbaik dan sangat memberi motivasi adalah alby. Walaupun damar tak pernah berbagi duka tapi alby selalu tau perasaan yang damar rasakan.

"Thanks bro."ucap damar,

"Sama-sama kan sebagai sahabat emang kita harus saling membantu" celetuk alby, laki laki itu tertawa namun damar hanya bisa tersenyum.

Ia tau apa yang harus di lakukan.

Tepat dengan bel masuk telah tiba.

Beberapa jam kemudian
Bel pulang sekolah telah terdengar keseluruh penjuru sekolah,
Semua siswa/i berbondong-bondong meninggalkan perkarangan sekolah. Mereka saling bergerombol untuk pulang bersama.

Raya dan teman temannya keluar dari kelas bersama berjejer nguasain jalan, hhh hadeh. Mereka bagaikan princes yang dikagumi oleh para kaum adam dan memiliki banyak fans sudah tak diragukan sepopuler itu mereka tapi tak pernah membedakan siapapun itu.

Damaraya✓(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang