chapter 16

28 2 0
                                    

"Hallo assalamualaikum"

"Hallo nay, papa kamu nay"

"Papa kenapa"

"Kamu kerumah sakit sekarang, nanti alamatnya Tante share"

Tut Tut Tut..

Naya segera berlari menuju kamar untuk memberitahu suaminya, sepanik apapun dia harus tetap izin pada suaminya.

Setiba di kamar suaminya sedang terfokus pada laptop

"Kak aku izin ke rumah sakit ya" ucap Naya dengan wajah cemasnya menghampiri suaminya lalu meraih tangannya

"Assalamualaikum" salam Naya yang masih tak ada balasan dari Fauzan.

Untuk saat ini yang ada di pikiran hanya keadaan ayah nya, dia tidak mau terlalu memikirkan sifat suaminya yang berubah seperti ini, yang dia tau dia harus segera sampai kerumah sakit, dengan cepat dia berlari menuju garasi dan mengeluarkan motor matic nya untuk segera melajukan

Kegiatannya berhenti saat tiba tiba ada bunyi klakson di balik gerbang

"Ayo nay bareng Abang aja, gak baik bawa motor sendiri kalau lagi cemas begini"

Tanpa pikir panjang Naya segera berlari memasuki mobil Hanif dan segera melaju, dan tanpa mereka tau ada seseorang yang melihat kejadian yang begitu cepat namun terasa lambat baginya, tangannya mengepal melihat semua itu

Didalam mobil Naya tak henti hentinya menangis membayangkan bagaimana keadaan sang ayah

"Ya Allah lindungilah papa, Naya belom siap kehilangan papa, ya Allah ampunilah dosa orang tuaku" doanya dalam tangis yang sungguh memilukan

Bagaimana tidak dirinya sudah kehilangan sang ibunda tercinta apakah dia akan sanggup untuk merasakan kehilangan Yanng kedua kalinya

"Ma doain papa baik-baik saja ya, Naya masih ingin sama-sama papa" hiks.. isakan yang sungguh membuat yang mendengar nya turut merasakan kepedihan itu

Sesampainya di rumah sakit Naya segera turun dan berlari tergesa-gesa menuju UGD karena tadi dirinya di beritahu bahwa sang ayah di larikan ke UGD

Disana susah tampak terlihat wanita berumur 10 tahun diatasnya

Fika sang ibu tiri sudah duduk tertunduk di kursi tunggu yang tepat berada di samping pintu UGD

"Dimana papa"

"Nay... Papa kamu masih di dalam"

"Kenapa papa bisa sampai kayak gini kenapa" nada bicaranya sudah meninggi

Belum sempat Fika menjawab pintu ruangan tampak terbuka menampilkan dokter yang lengkap dengan kostumnya

"Keluarga pak Surya"

"Saya anak nya dok, papa saya kenapa dok" dengan rasa yang tidak sabar ingin mengetahui keadaan sang ayah

"Pak Surya mengalami serangan jantung ringan, jadi saya harap kepada keluarga agar tetap bisa menjaga pak Surya agar keadaan lingkungan tetap tenang sehingga bisa membantu kesehatan jantung untuk pak Surya, kalau begitu saya permisi dulu pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat inap, permisi" jelas sang dokter panjang

"Hey, apa yang kamu lakukan hingga papa bisa terkena serangan jantung seperti ini" tanya Naya pada Fika dengan geram karenanya papanya bisa masuk rumah sakit

"Jaga bicaramu Naya, dimana sopan santun mu terhadap orang tua, papamu memang sudah tua jadi ya wajar jika penyakitan" ucap Fika tak mau kalah

"Kau... Kalau papaku sudah tua kenapa kamu mu menikah dengan nya, ow aku tau kau hanya mengincar hartanya bukan, ku peringatan kan padamu bahwa kau hanya istri siri yang tidak tercantum hukum negara jadi jangan harap kau bisa mendapatkan harta itu" ucap Anaya tersenyum sinis

"KAU.. " geram Fika mendengar Naya sangat lancang padanya

"Udah Aya, sekarang kita masuk keruang papa aja ya, papa sudah di pindahkan keruang inap" ucap lembut Hanif menengahi pertengkaran ini, ya dia tau bahwa pak Surya menikah lagi dengan wanita di hadapannya ini

Naya menurut saja dirinya juga sedang malas harus beradu mulut dengan wanita tak tau diri itu, dirinya muak dengan wanita bermuka dua dan jika di tanya apakah papanya tau bahwa dirinya tak pernah akur dengan istri papanya ini tentu saja jawabannya tidak, wanita itu sungguh pandai membalikkan fakta yang membuat Naya harus mengalah bukan karena dirinya kalah, hanya saja dirinya tidak ingin papanya terus kepikiran

"Dek kamu udah kasih tau suamimu kalau papa masuk rumah sakit?" Tanya Hanif pelan

"Em tadi aku udah pamit kok bang" jawab Naya memasuki ruang inap sang ayah dengan pelan dia membuka pintu

Dilihatnya sang ayah tampak terbaring lemah, dulu tubuh tegap nya yang selalu memeluknya saat dirinya bersedih ketika selalu di jahili teman teman nya, papanya lah yang selalu membelanya

Tapi sekarang apa yang di lihatnya, seorang lelaki gagah yang hanya terbaring dengan alat alat medis yang melekat di beberapa titik di dada bidannya yang dirinya sama sekali tidak mengetahui nya apa nama beda itu yang dirinya tau itu alat bantu agar papanya cepat sembuh

Bagai tersayat belati hatinya hancur melihat pahlawan nya tak berdaya di hadapannya

Naya menarik lemah kursi yang ada di samping bangkas tempat ayahnya terbaring

Digenggamnya tangan sang ayah,tanpa dirinya minta cairan bening sudah membasahi pipinya

"Paa, Naya sayang sama papa, papa cepet sembuh ya naya nanti sama siapa kalau papa sakit siapa yang meluk Naya kalau Naya di jahili temen-temen Naya, kak Fauzan sepertinya berubah pa, bahkan dia tidak senang Naya lulus sidang" lanjutnya dalam hati, dan tetesan air mata nya tak dapat dia bendung lagi

"Papa tau gak sekarang Naya sudah sarjana, Naya akan jadi guru pa, bentar lagi Naya wisuda, papa harus sembuh ya biar nanti bisa hadir di wisudanya Naya" dia hanya membiarkan air matanya membasahi pipinya tak ada niat untuk menghapus nya

Hanif yang menyaksikan itu hanya terdiam merasakan betapa hancurnya wanita kesayangannya setelah ibunya ini, tanpa berniat mendekati dia membiarkan anak dan ayah berinteraksi walau hanya Naya lah yang sedari tadi berbicara

Dirinya hampir lupa mengabari suaminya bahwa dirinya akan menjaga papa nya dirumah sakit

Diliriknya wanita yang sedang duduk manis di sofa dengan sini

Jarinya segera mencari nama kontak yang akan di hubungi nya setelah dapat segera iya menghubungi nya

Tut. ...Tut.....Tut...

Hanya terdengar nada sambung di ponselnya tanpa ada yang menjawab nya

Panggilan sudah ke 22 tapi tidak satu pun panggilan yang diangkat suaminya

Kemana suaminya kenapa tidak mengangkat panggilan nya, akhirnya dia memilih mengirim pesan kepada Sabilla adik iparnya, memberitahu bahwa dirinya sedang di rumah sakit menemani sang ayah

"Kak kamu kemana..... Hiks..







Fauzan kenapa ya

Luka AnayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang