Why Hurt?

169 19 33
                                    

Setelah bell pulang sekolah berbunyi, Taeji dengan cepat langsung memasukan semua bukunya kedalam tas.

Taehyung yang melihat tingkah perempuan di sampingnya inipun mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa yeoja chinggu terburu buru seperti itu??" Tanya Taehyung sebari bangkit dari duduknya.

Taeji melirik, kemudian tersenyum dengan manisnya.

"Aku buru buru karena aku akan pergi bersama Jimin" Jawab Taeji kemudian merangkul tas merahnya di pundak.

Taehyung yang mendengar itu membulatkan matanya, kemudian menggeleng.

"Aniya aniya... Yeoja chinggu harus pulang bersamaku" Ucap Taehyung buru buru menggangdeng tangan Taeji.

Melihat itu, Taeji memutarkan bola matanya malas.

"Ayolah.. kenapa kau mengaturku?" Jawab Taeji malas.

Taehyung menghela napas kemudian setelahnya berdiri di hadapan Taeji lalu berkata "Kau kan pacar-"

"Aku bukan pacarmu.., aku menjadi pacarmu hanya karena sistemmu, bukan karena kehendak atas hatiku yang mencintaimu" Potong Taeji sambil menatap malas Taehyung.

Taehyung yang melihat bagaimana cara Taeji memandangnya, bagaimana cara Taeji memperlakukannya, dan bagaimana cara Taeji berkata seperti itu padanya itu benar benar terlihat bahwa gadis dihadapannya ini tidak memiliki rasa apapun padanya.

Seketika gandengan di tangan Taeji melonggar begitu saja.

"Lalu kenapa Yeoja chinggu mau ku cium? Yeoja chinggu mau mandi bersamaku, dan kenapa juga tubuhmu mau kusentuh??" Tanya Taehyung bertubi tubi.

Taeji yang mendengar itu hanya terdiam, mengalihkan pandangan pada langit langit kelas.

"Karena.., ayolah.. ini tahun 2020, mana ada sesama remaja satu apartement tidak melakukan apapun?" Ucap Taeji setelahnya.

"Lagian, kau kan robot, mana ada aku bisa hamil.. kau saja bukan manusia" Lanjut Taeji sambil menatap Taehyung mantap.

Mendengar itu, rasanya sangat sakit, menusuk dengan tajamnya, menyadari bahwa dia bukanlah manusia, dia hanya robot.

Setelahnya Taehyung terlihat terkekeh "Lalu jika kau satu apartement dengan Park Jimin? Apa kau akan melakukan 'itu' dengannya?" Tanya Taehyung dengan halis kanannya yang terangkat.

Taeji mengulum bibirnya, tapi setelahnya Taeji dengan berani menaikan dagunya, seperti gerak gerik sedang menantang.

"Tentu saja!" Jawab Taeji mantap.

Mendengar jawaban Taeji yang benar benar lantang, lagi lagi membuat Taehyung terkekeh sambil menunduk, dan jangan lupakan sebelah bibirnya yang menyungging ke atas.

Setelahnya Taehyung menatap dalam wajah Taeji, tatapannya tajam. Menyiratkan sesuatu yang tidak bisa Taeji baca di dalam mata elang itu.

Mendadak melihat Taehyung yang seperti itu, Taeji menjadi gugup sendiri. Taeji susah payah menelan saliva nya berkali kali.

Taehyung menyunggingkan sudut bibir kanannya.
"Benar benar murah" Ucap Taehyung sarkastik kemudian berbalik dan berjalan, tanpa melihat kembali Taeji yang tengah membelalakan matanya terkejut.

"Ap-apa yang dia katakan??" Gumam Taeji pada dirinya sendiri.

Taeji terus saja melihat pria berpostur tinggi itu berjalan, menjauh darinya, dan setelahnya badan namja itu hilang di telan pintu kelas, dan terganti oleh sosok lelaki dengan kacamata bulat yang bertengger di hidung mancungnya.

Disana, di pintu itu Jimin memasang wajah anehnya, melihat Taehyung yang keluar dengan wajah yang memerah dan rahangnya yang menegas.

Tak mau membuang buang waktu, Jiminpun bertanya pada Taeji yang sedang termanggu disana.

"Ada apa dengan Taehyung?" Tanya Jimin sambil berjalan mendekat ke arah Taeji.

Taeji tidak bergeming, dia tidak menjawab sama sekali pertanyaan dari Jimin. Dia mendengar jelas pertanyaan yang Jimin lontarkan padanya, tapi pikirannya hanya tertuju pada Taehyung saat ini.

"Taeji? Kim Taeji??" Ucap Jimin membuyarkan lamunan Taeji dengan tangannya yang ia goyangkan di depan wajah Taeji.

"Eoh? Mwo?" Tanya Taeji ketika sudah kembali ke alam sadarnya.

"Ada apa dengan Taehyung?" Tanya Jimin sekali lagi.

Taeji yang mendengar pertanyaan dari Jimin hanya tersenyum tipis "Tidak, Taehyung baik baik saja.. mungkin dia kelelahan.." Jawab Taeji.

"Tapi Jim.." Lanjut Taeji menggantung kalimatnya.

"Ya? Ada apa?" Sahut Jimin sambil memandang wajah cantik teman nya yang satu ini.

Taeji meremas rok seragamnya "Sepertinya janji hari ini...aku tidak bisa, karena ak-"

"Ah..gwenchana, lain kali kan bisa.." Jawab Jimin dengan senyumannya, yang membuat kesan imut ketika matanya tenggelam hingga membentuk bulan sabit disana.

Taeji yang mendengar respon Jimin pun merasa tenang, setidaknya responnya baik.

"Kalau begitu aku pulang" Ucap Taeji.

Baru saja Taeji akan melangkah, tiba tiba Jimin berkata "Pulanglah bersamaku" Ucapnya spontan.

Taeji yang mendengar itu lantas menoleh, "Baiklah ka-" omongan Taeji terpotong.

Pikiran tentang perkataan Taehyung kembali berputar di kepalanya.

'benar benar murah'

Taeji meremas telapak tangannya erat, menyalurkan rasa sakit yang ia dapat hanya karena 3 kata yang dilontarkan Taehyung tadi padanya.

Jimin yang melihat Taeji seperti itu, kembali kebingungan "Taeji..kau? Tak apa?" Tanya Jimin dengan kepala yang diposisikan miring kekanan.

Taeji kembali tersenyum, dan berusaha terlihat normal seperti biasa "Aku baik baik saja.. dan sepertinya aku tidak bisa pulang bersamamu, aku ada sedikit urusan" Ucap Taeji sambil memposisikan jari telunjuk dan ibu manisnya dengan jarak yang sempit.

Jimin hanya membalas dengan anggukan mengerti.

"Aku duluan" Ucap Taeji dan setelahnya mulai berlari kecil keluar dari kelas.

Setelah berhasil keluar dari kelas, Taeji benar benar mengubah raut wajahnya, dirinya melihat sepatunya yang tengah berjalan di atas ubin sekolah.

Kepalanya tertunduk, dengan napas yang terengah, bukan ini bukan napas lelah, tapi ini napas sesak yang sedari tadi menyesakan di dalam hatinya.

"Kenapa ini sakit?"




















Voment Juseyoo^^

My Boyfriend Is A RobotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang