2. Jangan Menyamaratakan

142 21 9
                                    

Hari itu, dimana matahari sudah naik, gerbang bertuliskan SMA Negeri 3 Bandung akan segera tutup. Ramai siswa-siswi berbondong-bondong masuk, melewati guru BK yang sedang bertugas di depan gerbang sekolah, dibantu beberapa anggota osis yang sedang bertugas hari itu. Hari ini, merupakan hari pertama kegiatan belajar mengajar yang diikuti siswa baru setelah tiga hari menjalani Masa Orientasi Siswa.

“Kring… kring… kring” bel berbunyi, tanda perlajaran pertama akan segera dimulai.

Terlihat siswa-siswi kelas X sangat antusias memasuki kelas masing-masing. Berbeda dengan siswa kelas XI dan kelas XII, masih banyak siswa yang berada di kantin, berjalan malas-malasan menuju kelas. Bahkan, sampai banyak siswa yang mendapat hukuman dari guru BK karena terlambat.

Aleena dan kedua temannya berada di dalam kelas X IPA 1, pelajaran pagi ini adalah matematika. Siswa-siswi di kelas ini terlihat sangat antusias mengikuti pelajaran pagi hari ini. Mereka memperhatikan guru matematika yang sedang menulis rumus-rumus dan soal latihian di papan tulis. Kadang juga salah satu dari mereka bertanya, dan langsung diberi jawaban oleh sang guru.

“Ssstt … Ta. Lo ngerti ngga maksud soal nomor 5, kalau udah sampai ini ngerjainnya?” tanya Nesya yang duduk di bangku sebelah Clareta, menyerahkan buku tugasnya.

Clareta melihat soal nomor 5 di buku tugas Nesya “Ini tuh gampang, Sya. Lo tinggal pindah hasilnya yang negatif, ditaruh dibawah a pangkat 12” Jelas Clareta.

“Oh, oke, makasihhh Claretaku yang lucu kaya kucing anggora” Nesya mencubit pipi sahabatnya itu dengan gemas.

“Iya, gue emang lucu, baru nyadar lo? kemana aja lo kemarin-kemarin” balas Clareta memutarkan matanya jengah.

“Iya iya, elahhh, kemarin-kemarin gue tinggal di korea sama Taehyung BTS” jawabnya girang.

“Dih, sejak kapan lo jadi suka korea koreaan?” Clareta tidak habis pikir dengan otak sahabatnya yang satu ini.

“Sejak gue mimpi dinikahin oppa oppa korea, jadi lo tau gak? Semalem gua mimpi nikah sama itu loh member BTS yang paling cakep.”

“Lo, kerasukan setan apa sih, Sya? Sampai ngehalu gini” Clareta gemas dengan Nesya.

“Yang jelas gue ngga kerasukan suster ngesot di rumah lo, yang seremnya kaya lo kalau lagi ngamuk. Sumpah, Ta. Cowok korea tuh cakep-cakep, mantan lo aja kelewat.”

“Cakepan mana sama si ketua osis?” tantang Clareta.

“Oh, kalau itu beda, Ta. Ketua osis mah paling ganteng di hati dan pikiran gue, paling ganteng dunia akhirat” puji Nesya. “Oh ya, Ta. Kapan ya gue bisa kenal, terus deket, terus pacaran sama si ketos?” tambah Nesya.

“Ngga usah mimpi, mana mungkin si ketos lirik lo, yang modelan kaya mpok-mpok yang pagi-pagi ngrumpi di depan gang rumah gue.”

“Eh, lo jangan salah. Gini-gini gue ngalahin cantiknya Ariana Grande, Yoona SNSD lewat, siapa lagi?. Itu si semua artis korea kalah sama gue” jawabnya ngga mau kalah.

“Sssttt… kalian berdua tuh bisa diem ngga? Brisik tau dari tadi” Aleena yang sedari tadi diam duduk di depan Nesya dan Clareta angkat bicara.

“Gini, Leen. Lo harus tau oppa-oppa korea tuh cakep-cakep. Dan kecantikan gue ngalahin Ariana Grande” jawab Nesya.

“Dih, udah diem. Halu lo cumlaude tau ga, Sya” Aleena kembali menghadap papan tulis dimana guru matematika masih menulis rumus-rumus yang sulit dimengerti, seperti perasaan dia ke kamu.

Tidak terasa jam pelajaran pagi itu sudah berakhir, siswa-siswi berhamburan memenuhi kantin. Aleena dan kedua temannya memilih duduk di meja yang menghadap lapangan. Nesya pergi memesan makanan untuknya dan kedua temannya.

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang