Pria jakung tengah berdiri di depan pintu berwarna coklat. Hawa dingin menusuk sampai ke tulang-tulangnya. Ia melirik sekilas jam yang melingkar indah di pergelangan tangannya, pukul 06.15. Suara burung bersaut-sautan terdengar indah di telinganya. Matanya menyipit membentuk garis lurus. Dia menatap sekitar, rasanya seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan disekitarnya. Perlahan tapi pasti, jari tangannya mengayun ke arah bel yang terpasang di sebelah pintu.
Tidak menunggu lama, pintu terbuka menampakkan sosok wanita paruh baya. "Eh, Elvano ya?" tanyanya.
Elvano menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman. Kepalanya sedikit bergerak naik turun. "Aleena ada, Tante?" tanya Elvano pada Kalila, bunda Aleena.
"Ada, kebetulan dia belum berangkat, ayo ... masuk dulu."
Elvano dan Kalila berjalan beriringan menuju ruang tamu. Kalila mempersilakan Elvano untuk duduk, menunggu putrinya selesai bersiap-siap. Terdengar langkah kaki menuruni tangga. Kepala Elvano sontak terangkat melihat sosok yang sedang berjalang. Matanya menutup dan terbuka perlahan. Indera penglihatannya tidak melihat gadis yang dia tunggu. Gadis yang kemarin malam resmi menjadi kekasihnya.
Elvano tersenyum ramah pada pria yang kini duduk tepat di hadapannya. Elvano biasanya terlihat berwibawa saat memimpin rapat atau latihan jurnalistik. Bukankah dia mempunyai public speaking yang bagus? Tapi kenapa dia mendadak tidak bisa mengeluarkan satu katapun dari mulutnya? Bahkan, jantungnya berpacu dengan cepat tatkala mendengar pertanyaan dari Raka, ayah kekasihnya.
"Kamu siapanya anak saya?" tanya Raka.
Tangannya saling bertautan, bibirnya sedikit terbuka. Dia heran kenapa bisa semenakutkan ini berhadapan dengan ayah gadis itu? Nafasnya tidak teratur. "Saya, saya teman Aleena, Om." tutur Elvano. Lega, akhirnya satu kalimat bisa dia keluarkan dengan baik.
Pria di hadapan Elvano hanya diam mendengar penuturannya. Raka mengambil tas berisi laptop dan dokumen-dokumen penting. Tanpa mengucapkan satu katapun dia pergi dari hadapan Elvano.
Elvano menghembuskan nafasnya kasar. Entah kenapa sejak kepergian ayah Aleena ia merasa tenang. Derap langkah kembali terdengar di telinganya. Ia menatap gadis yang kini sedang berjalan ke arahnya.
Senyum Aleena semakin lebar ketika melihat cowok yang resmi menjadi kekasihnya kini sedang duduk di sofa rumahnya. Ia buru-buru berjalan menuju arah kekasihnya. Pipinya kembali memanas, saat melihat cowok itu tersenyum ke arahnya. "Tumben pagi-pagi udah di sini?" tanya Aleena.
"Iya, ini pertama kalinya gue jemput pacar," terang Elvano.
"Masa?" raut wajah Aleena menunjukkan bahwa ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Elvano. Pasalnya tidak mungkin cowok setampan Elvano baru pertama kali menjemput sang kekasih.
"Iya, udah ah, nggak usah dibahas nanti telat." Elvano menyeret pergelangan tangan mulus milik Aleena. Mereka berdua kompak berpamitan dengan bunda Aleena. Tangan keduanya masih bertautan hingga mereka berada di depan motor milik Elvano. Tidak seperti biasanya, kini Elvano niat sekali membawa dua helm untuk dikenakan Aleena. Biasanya jika mengantar Aleena pulang, gadis itu tidak pernah memakai helm. Perlahan tangan Elvano terangkat untuk memakaikan helm di kepala mungil gadisnya. Perlahan tapi pasti, ia tidak mau sampai gadisnya itu lecet karenanya. Senyum manis terbit dari bibir keduanya. Motor Elvano berjalan meninggalkan pekarangan rumah Aleena.
֍֍֍
"Dianter sampai kelas nggak?" tanya Elvano. Tangan kekarnya melepas helm dari kepala kekasihnya. Sejak bertemu gadisnya, ia tidak pernah barang sedetikpun meluruskan bibirnya. Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta?
Kening Aleena mengkerut mendengar perkataan Elvano. "Nggak usah, biar apa coba?" tanya Aleena.
"Biar romantis, kan banyak tuh cowok yang nganterin ceweknya sampai depan pintu kelasnya," jelas Elvano.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Teen FictionIni hanya sebuah kata-kata, mengungkapkan rasanya dikecewakan. Tentang seorang gadis SMA, yang tidak percaya dengan cinta. Hal ini disebabkan karena ia memiliki trauma yang pernah ia hadapi. Trauma ini salah satunya berasal dari orang yang paling...