Setibanya di taman belakang sekolah Aleena dikejutkan dengan pemandangan, di mana Aksa dan Rena sedang duduk bermesraan. Melihat itu semua air mata Aleena menetes tanpa permisi.
"hiks, jahat lo, Sa."
Aleena tersadar dari lamunannya kemudian berkata, "huh, kenapa lagi harus mikirin Aksa."
Aleena menatap sendu figura yang berisi foto keluarga yang ada di dalam kamarnya, terlihat sangat harmonis. "Kenapa ayah berubah?" kata Aleena pelan.
Air matanya meluncur tanpa permisi, sekarang isak tangis mulai terdengar memenuhi penjuru kamarnya. Ia merasakan lagi bagaimana disakiti oleh orang yang paling ia sayang. Aksa, cinta pertama Aleena yang ia kira cowok baik-baik, ternyata hanya manis diawal. Memang benar sesuatu yang manis nggak melulu berakhir manis, sialnya yang manis sering ninggalin pas lagi manis-manisnya. Jadi jangan terpikat pada yang manis saja, dan jangan jadi bodoh karena hal itu.
"Hiks, hiks, pasti yang dirasakan bunda sekarang lebih parah dari yang dulu gue rasakan," gumam Aleena.
Aleena tidak habis pikir dengan ayahnya yang tega mengkhianati bundanya. Ayah, yang ia sangka satu-satunya laki-laki yang tidak akan pernah menorehkan luka di hatinya. Dari dulu ayahnya tidak pernah melakukan hal yang dibenci Aleena dan budanya. Tapi semesta seakan memberi sebuah kejutan padanya. Ayah yang sering ia bangga-banggakan pada semua orang. Laki-laki yang selalu ia percaya, dan yang ia yakini orang paling baik di dunia. Lihat sekarang, semua tentang ayahnya menjadi buruk di mata Aleena.
Aleena mendengar langkah kaki dari luar kamarnya, segera ia berlari membuka pintu kamar menemui ayahnya.
"Yah!" seru Aleena.
Raka yang sedang berjalan menuju kamarnya mendadak berhenti dan menghadap ke arah Aleena yang sudah berdiri tidak jauh darinya.
"Ada apa?" tanya Raka.
"Kenapa ayah tega melakukan ini semua!" teriak Aleena yang emosinya sudah memuncak. Ia tidak tega melihat Kalila sakit hati karena ulah ayahnya.
"Melakukan apa?" tanya Raka lagi, ia masih belum menangkap maksud Aleena.
"Ayah selingkuh kan?" tuding Aleena.
"Mana buktinya kalau ayah selingkuh?"
Aleena segera membuka ponsel di genggamannya kemudian menunjukkan gambar yang ia ambil sepulang sekolah dan gambar yang dikirim Nesya. "Ini, masih nggak mau ngaku kalau ayah selingkuh!" teriak Aleena, habis sudah kesabarannya.
Kalila keluar kamar dan berjalan mendekati Aleena, ia sudah mendengar semua perkataan suami dan anaknya.
"Ayah jahat!" teriak Aleena memukul dada bidang milik ayahnya.
Kalila menangis melihat anaknya yang terlihat sangat rapuh. Kalila menarik Aleena agar berhenti memukuli Raka kemudian berkata, "sudah, Al."
"Hiks, puas ayah nyakitin bunda?" tanya Aleena.
Raka hanya menatap datar Kalila dan Aleena, tidak ada niatan sedikitpun membalas ucapan putrinya.
"Ayah, orang paling jahat yang pernah kutemui!" teriak Aleena sebelum berlari menuju kamarnya.
"Brakkk!" suara pintu kamar Aleena.
"Puas kamu nyakitin aku dan Aleena?" tanya Kalila pada Raka, namun tidak ada balasan apapun.
"Aku mau kita cerai, aku sudah nggak tahan sama kamu!" putus Kalila.
Raka menghembuskan nafasnya kasar dan berkata, "jika itu maumu."
Di dalam kamar Aleena masih menangis, ia tidak pernah sedetikpun berpikir keluarganya akan jadi seperti sekarang ini.
"Gue benci laki-laki, gue benci!" seru Aleena di sela-sela isakannya.
"Gue benci Aksa, gue benci Ayah!"
֍֍֍.
Sedari tadi Aleena hanya diam di dalam kelas, ia tidak berbicara pada Nesya dan Clareta. Jika ditanya hanya menjawab dengan gelengan atau anggukan kepala saja.
"Al. kita mau ke kantin, lo nitip apa?" tanya Nesya.
Aleena hanya menatap kedua sahabatnya kemudian menggelengkan kepala tanda ia tidak ingin menitip makanan atau minuman.
"Beneran, lo belum makan dari tadi pagi," kata Clareta.
Tetap sama, Aleena hanya menggelengkan kepalanya kemudian meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai tumpuannya.
"Kalau gitu, kita berdua pergi dulu ya, bye Aleena," kata Nesya melambaikan tangannya di udara.
Karena kejadian tadi malam mood Aleena belum juga membaik. Nesya dan Clareta sudah tau dengan kondisi Aleena, mereka adalah tempat curhat bagi Aleena. Seletahnya tak terasa Aleena sudah memejamkan mata.
"Sreel," suara kursi di sebelah Aleena di geser.
Aleena yang mendengar langsung menegakkan badannya dan menatap orang yang kini duduk di sampingya yang tak lain adalah Aksa Radhika. Saat ini kelas sepi, semua siswa-siswi berada di kantin.
"Mau apa lo?" tanya Aleena terus terang.
"Al. gue mohon sama lo, kasih gue kesempatan sekali aja," kata Aksa, "gue bener-bener nyesel udah pernah nyakitin lo."
Aleena memutar matanya malas, ia hanya menatap Aksa datar.
"Gue ngaku gue salah, tapi, Al. gue bener-bener nyesel, dan gue sadar orang yang gue sayang cuma lo, Aleena Zemira," terang Aksa.
"Lo nggak pernah ada di posisi gue, Sa. Makanya dengan gampangnya lo mau memperbaiki ini semua?" tanya Aleena, "lo nggak inget ucapan gue kemarin, kaca yang udah pecah nggak bisa balik utuh, dan mulus seperti semula," lanjutnya.
"Iya, gue tau, tapi gue akan coba memperbaiki semuanya, dan kita bareng-bareng lagi seperti dulu."
Aksa tidak tahu dengan cara apa lagi ia mendapat maaf dari Aleena. "Gue janji, gue nggak bakalan nyakitin lo lagi, Al."
"Omongan lo manis banget ya, Sa. Tapi sayang, gue lebih suka jagung manis dari pada janji manis," tutur Aleena.
Dengan tatapan mata yang masih setia tertuju pada objek indah di depannya, Aksa berkata, "Al. kalau emang gue harus dapat hukuman, silakan lo hukum gue . Kalau emang itu hal yang bisa buat lo bahagia."
"Gue nggak akan hukum lo, biar aja karma yang menghampiri lo suatu saat nanti," tutur Aleena.
Aksa menghembuskan nafasnya kasar, cara apa lagi yang harus ia lakukan untuk mendapatkan hati Aleena kembali.
"Lo boleh pergi!" usir Aleena.
Aksa menatap Aleena sekilas kemudian berkata, "Oke, kalau itu yang lo mau, Al." Aksa bangkit dari duduknya.
Sebelum benar-benar keluar dari kelas Aleena, Aksa dihentikan oleh ucapan Aleena. "Kita beda, Sa."
Aksa membalikkan badannya menatap Aleena. "Beda?" tanya Aksa bingung.
Aleena menghembuskan nafasnya dan berkata, "Sayangnya kita beda, gue bersifat polar dan lo non polar, sampai kapanpun nggak akan bisa kecampur."
Aksa tersenyum singkat dan segera beranjak dari kelas Aleena.
"Gue benci lo, Sa." gumam Aleena dengan tetsan air mata, langsung saja Aleena meletakkan kembali kepalanya di atas meja.
Setelah kepergian Aksa, Aleena kembali dikagetkan dengan suara orang lain yang ia tau betul pemilik suara itu.
"Kenapa nangis?" tanyanya, "dasar cengeng," lanjutnya.
Hello, penasaran yang datang ke kelas Aleena siapa? tunggu kelanjutannya ya :)
sorry for typo :)
seperti biasa jangan lupa setelah membaca cerita ini budayakan VOTE hehe. Komen, beri masukan, kritik, dan sebagainya. :) supaya aku rajin up.
terima kasih yang sudah bersedia membaca cerita absurd ini hihi :"
semoga jatuh cinta dengan cerita ini....
Terima kasihhhhh.
Temanggung, 20 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Teen FictionIni hanya sebuah kata-kata, mengungkapkan rasanya dikecewakan. Tentang seorang gadis SMA, yang tidak percaya dengan cinta. Hal ini disebabkan karena ia memiliki trauma yang pernah ia hadapi. Trauma ini salah satunya berasal dari orang yang paling...