Elvano tampak berpikir, ia ingin sekali melupakan Agatha tapi tidak dengan cara taruhan seperti ini.
"Gimana, deal?" tanya Devan.
"Udah, El. Iya aja, kapan lagi Devan kehilangan motor kesayangan," tambah Gavin.
Elvano masih diam, ia tidak tau harus menerima tawaran dari Devan atau tidak.
"Gue nggak mau!" tegas Elvano.
"Hahahah, El. Jadi lo takut nggak bisa dapetin cewek itu?" Devan menatap Elvano tak percaya, bahkan Devan sampai rela motornya diambil Elvano kalau nanti Elvano menang.
"Nggak! Gue nggak pernah takut!"
"Yaudah, ngapain lo nolak tawaran gue?"
Elvano tidak menjawab pertanyaan Devan, ia malah nengusap wajahnya kasar. Dia memang ingin melupakan Agatha yang sudah menyakitinya dulu, tapi dia juga tidak mau menjadikan gadis kecil itu korban taruhannya.
"Oke deal, gue terima tawaran lo!" Putus Elvano. Dia bepikir tidak ada salahnya mencoba pergi dari hati Agatha yang jelas-jelas sudah menyakiti hatinya.
"Gitu dong, baru temen gue, hahahah," tawa Devan, "ingat cuma sebulan," lanjutnya.
"Udah malem, gue mau pulang sebelum diomelin nyokap gue," kata Devan.
"Anak mami," ejek Elvano.
"Pinter! Sejak kapan gue lair dari rahim kudanil?" Tanya Devan, "kan dari dulu juga masyarakat Indonesia Raya tau kalau gue lair dari mami gue," lanjutnya.
"Sok ngartis banget lo, sok-sokan se-Indoneia Raya tau, sekampung aja alhamdulillah," komentar Gavin.
"Sirik aja lo gembel pasar Afrika," ujar Devan,
"Nggak ada sejarahnya gembel jadi ketua osis."
"Ada," jawab Devan dan Elvano bersamaan.
"Mana?"
"Lo!" kata Devan dan Elvano lagi.
"Kok gue?"
"Lo kan gembel pasar Afrika, warga sekolah salah milih lo kali," ungkap Devan, "atau jangan-jangan lo pakai dukun ya waktu pemilihan ketua osis?"
"Eh, gini-gini gue masih bertuhan."
"Udah brisik, lo berdua sekarang pergi dari rumah gue!" usir Elvano.
"Iya, awas kangen gue lo," ujar Devan.
Gavin dan Devan berjalan keluar dari kamar Elvano yang akhir-akhir ini menjadi tempat tongkrongannya, tapi Elvano tidak mempermasalahkan itu. Karena ia mempunyai teman dekat dari dulu hanya kedua curut itu. Mereka berdua selalu ada saat Elvano senang maupun sedih, seperti itu kan indahnya keserdahanaan sahabat.
Gavin menepuk kepala Devan dan berkata, "ye lo pikir El udah belok."
"Kali aja, dia ngga suka cewek," bisik Devan.
Gavin setuju dengan perkataan temannya, "iya bener, tadi aja nolak taruhan lo," bisiknya balik.
"Hahahah kan, gue juga sempet mikir kalau si frozen belok."
Elvano berjalan di belakang mengikuti kedua temannya. "Gue denger ya lo berdua ngomong apa," katanya santai saat Devan dan Gavin berada tepat di depan pintu utama rumah Elvano.
"Mampus, lo sih ngomongin si frozen," bisik Gavin.
Devan membalikkan badannya ke arah Elvano dan berkata, " Eh, El. Yang tadi gue lagi ngomongin tetangga gue kok, beneran deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Teen FictionIni hanya sebuah kata-kata, mengungkapkan rasanya dikecewakan. Tentang seorang gadis SMA, yang tidak percaya dengan cinta. Hal ini disebabkan karena ia memiliki trauma yang pernah ia hadapi. Trauma ini salah satunya berasal dari orang yang paling...