Aleena mengambil martabak dari tangan Elvano.
"Gue janji deh, bakalan sering-sering bawa martabak ke sini."
"Makasih, tapi nggak perlu repot-repot!"
"Al, dia siapa?" suara berat khas laki-laki terdengar di indera pendengaran Aleena dan Elvano, sontak mereka berdua menoleh ke sumber suara.
Aleena membeku melihat orang yang kini berdiri tidak jauh dari hadapanya.
"Bukan urusan lo!" kata Aleena ketus. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja Aksa datang ke rumah Aleena. Sejak mereka putus, baru kali ini Aksa menginjakkan kakinya lagi di rumah Aleena.
"Dia siapa Al?" tanya Elvano menunjuk laki-laki di depannya.
"Bukan siapa-siapa, salah alamat kali, yuk Kak. Kita masuk aja," kata Aleena menggandeng tangan Elvano masuk ke dalam rumahnya tanpa memperdulikan Aksa yang sedari tadi menatapnya.
"Tadi ngomongnya nggak terima tamu," batin Elvano setelah berhasil masuk ke dalam rumah Aleena. Elvano merasakan sepi di rumah ini, tidak ada suara apapun.
Aleena mengintip dari jendela rumahnya, Aksa baru saja pergi dari tempat terakhir ia berdiri. "Akhirnya, pergi juga si playboy itu," batin Aleena. Setelah itu ia menatap Elvano yang sedang melihat-lihat isi ruang tamunya.
"Kak!" seru Aleena.
"Hmmm," jawab Elvano tanpa menolehkan kepalanya ke arah Aleena, ia malah asyik melihat-lihat foto-foto keluarga Aleena yang ada di ruang tamu.
Aleena berjalan menghampiri Elvano, jujur saja ia sudah kesal dengan Elvano. Tidak habis pikir, kenapa kakak kelas yang terkenal cuek, galak, dingin bak beruang kutub itu repot-repot datang ke rumahnya.
"Pulang sana!" usir Aleena.
"Bentar, betah di rumah bidadari," jawab Elvano yang masih melihat bingkai-bingkai foto.
"Pulang! gue nggak terima tamu cowok, apa lagi cowok modelan kaya lo," tutur Aleena.
Elvano hanya menatap Aleena sekilas kemudian berkata, "kenapa, cowok modelan kaya gue, ganteng?"
"Iya, ganteng tapi buaya!"
Elvano hanya menanggapi perkataan Aleena dengan senyuman.
"Apa lo senyum-senyum, kesambet setan rumah gue?" tanya Aleena heran dengan Elvano yang kini malah senyum-senyum dengannya.
"Gue pastiin, cowok ganteng dan buaya ini, suatu saat pasti jadi pacar tersayang lo," kata Elvano percaya diri dan menyenderkan badannya di tembok ruang tamu rumah Aleena.
"Mimpi!" jawab Aleena.
"Gue janji deh, akan jadi pacar yang baik buat lo," ujar Elvano dengan mata yang fokus pada Aleena yang tengah berdiri di depannya.
"Wahhh, so weet. Tapi maaf gue sukanya jagung manis, bukan janji manis," kata Aleena kemudian berjalan ke arah pintu rumahnya.
"Ck, sok jual mahal banget nih cewek," gumam Elvano kemudian mengikuti pergerakan Aleena ke arah pintu.
Aleena membuka lebar pintu rumahnya kemudian berkata, "udah malem, Kakak. Boleh pergi dari rumah gue."
Langsung saja Elvano keluar dari rumah Aleena dan berjalan ke arah motornya. "Dan inget, jangan ganggu gue lagi, Kak," kata Aleena membuat langkah Elvano terhenti.
"Kenapa?" tanya Elvano yang sudah sepenuhnya menghadap ke arah Aleena yang berdiri di pintu rumah.
Aleena tidak menjawab pertanyaan Elvano, ia malah menutup pintu rumahnya. "Karena, gue masi takut sama cowok,"gumam Aleena.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Teen FictionIni hanya sebuah kata-kata, mengungkapkan rasanya dikecewakan. Tentang seorang gadis SMA, yang tidak percaya dengan cinta. Hal ini disebabkan karena ia memiliki trauma yang pernah ia hadapi. Trauma ini salah satunya berasal dari orang yang paling...