"Dari rumah sakit," jujur Elvano.
"Siapa yang sakit?" tanya Aleena cepat.
"Saudara," bohong Elvano.
Aleena menganggukkan kepalanya mengerti, setelah mendengar jawaban Elvano. "Pulang sana!" usir Aleena.
"Dih ngusir?" tanya Elvano.
"Iya! Sana pulang!"
"Iya-iya, padahal kangennya belum reda."
Aleena mendengus mendengar penuturan Elvano. Aleena tidak menanggapi ucapan cowok itu, ia malah melihat Elvano yang sedang memakai jaket dari dalam tasnya. Setelah itu netranya memandang kepergian Elvano dari rumahnya.
֍֍֍
Koridor sekolah hari ini sudah sepi, hanya ada tukang kebun sekolah yang sedang berlalu lalang. Aleena berjalan menuju perpustakaan, sesekali ia menyapa guru atau karyawan sekolah yang berpapasan dengannya. Hari ini ia diminta oleh guru megambil buku ajar. Ia memandang lapangan basket, banyak siswa-siswi kelas sebelas yang sedang melaksanakan pelajaran olah raga.
Kaki jenjangnya melangkah menuju jejeran rak buku yang ada di ruang persegi. Bau buku-buku menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya. Ia segera mengambil beberapa buku ajar yang diminta oleh guru mata pelajaran biologi di tumpukan buku sains.
"Ada yang mau gue omongin." Suara berat khas laki-laki membuat Aleena menghentikan aktivitasnya. Ia menatap sekilas cowok itu, kemudian kembali mengambil buku-buku dan segera bangkit dari rak-rak buku.
"Al, sekali ini aja," mohon Aksa pada Aleena.
Aleena sama sekali tidak mempunyai niat ingin membalas penuturan cowok itu. Ia segera membawa buku-buku ke tempat penjaga perpustakaan untuk mencatat proses peminjaman. "Terima kasih, Pak," kata Aleena.
Aleena melewati Aksa yang sedari tadi menunggunya mencatat peminjaman buku. Ia berjalan cepat keluar perpustakaan meninggalkan Aksa. Namun, langkahnya tidak secepat yang ia kira. Kini Aksa sudah berjalan tepat di sampingnya. "Ada yang mau gue omongin, Al," kata Aksa sekali lagi.
Aleena mendengus mendengar perkataan Aksa. Ia masih tetap berjalan dengan tergesa-gesa, namun ia sedikit kesulitan karen tumpukan buku yang ia bawa. "Apa lagi sih!" sentak Aleena. Ia tak sedikitpun menatap wajah Aksa.
"Ini tentang pacar lo, Elvano."
Aleena menulikan indera pendengarannya. Aleena merasa saat ini ia berjalan ke kelas rasanya seperti berjalan berkilo-kilo meter, tidak sampai-sampai. "Lo jauhin dia," kata Aksa.
Aleena jengah dengan kehadiran Aksa. Ia menghentikan langkahnya, setelah itu ia membalas tatapan Aksa. Kedua pasang mata itu sekarang sepenuhnya bertabrakan. Matanya masih memancarkan api kebencian. "Harus banget lo ngatur hidup gue?" tanya Aleena.
"Lo cuma dijadikan taruhannya!" seru Aksa.
Aleena tersenyum simpul mendengar seruan Aksa. Omong kosong apa lagi yang akan cowok itu perbuat? Sejak ia tahu sifat cowok itu, untuk percaya dengan perkataanya saja rasanya sulit. "Lo pikir gue percaya?" tanya Aleena, "omong kosong apa lagi yang coba lo buat, Sa?"
"Ini." Aksa memperlihatkan layar ponsel yang menampilkan video berisi Elvano dan kedua sahabatnya pada Aleena.
"Kayaknya ada yang gagal move on," kata Devan. Devan dan Gavin berjalan menuju bangku masing-masing.
"Brisik lo berdua, gue udah ada Aleena." Elvano menatap kedatangan kedua sahabatnya.
"Oh ya ...? Inget Elvano, lo pacaran sama Aleena itu nggak lebih dari sekedar taruhan," jelas Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Novela JuvenilIni hanya sebuah kata-kata, mengungkapkan rasanya dikecewakan. Tentang seorang gadis SMA, yang tidak percaya dengan cinta. Hal ini disebabkan karena ia memiliki trauma yang pernah ia hadapi. Trauma ini salah satunya berasal dari orang yang paling...