"Kamu hari ini sibuk nggak?" tanya Devan saat panggilan sudah terhubung dengan ponsel Clareta. Mengingat hari ini adalah hari minggu, Devan berencana mengajak Clareta keluar pagi hari. Dari pada malam hari, nantinya akan diomeli maminya. Mengingat mami Devan tidak suka anaknya keluyuran pada malam hari. Padahal gue kan cowok.
"Hm, nggak sih." balas Clareta.
Devan menjauhkan ponsel agar suaranya tidak terdengar oleh Clareta. "Yes, rezeki anak saleh!" seru Devan.
Devan menghembuskan nafasnya gusar, jatungnya berdetak sepuluh kali lebih cepat. "Ehem, jalan yuh, Ta." ajak Devan. Tidak lupa Devan merapalkan doa-doa, menunggu jawaban dari Clareta.
"Hallo ..., Ta. Hallo ...," panggil Devan karena belum ada jawaban dari Clareta. Semakin khusyuk Devan merapalkan doa-doa yang melintas di otakknya. Entah itu doa sebelum makan, doa masuk Wc, doa masuk masjid, yang terpenting Devan tetap merapalkan doa agar Clareta mau diajak pergi dengannya.
"Eh iya," jawab Clareta.
"Iya apa?" tanya Devan, belum puas dengan jawabn yang diberikan Clareta.
"Iya mau."
"Yeay akhirnya ...!" seru Devan. Ia melompat-lompat dengan girang di atas ranjang miliknya.
"Kak Dev!" panggil Clareta dari sebrang sana.
Devan menghentikan aksi melompatnya kemudian kembali duduk bersila di atas ranjang. "Eh, iya ... nanti jam 10 aku jemput ya," katanya. Dari tadi Devan tidak sedikitpun meluruskan bibirnya, matanya terpancar rasa bahagia.
"Iya."
"Jangan dandan cantik-cantik," peringat Devan.
"Kenapa?" tanya Clareta.
"Nanti banyak yang suka," kata Devan, "udah ya, sampai ketemu nanti cantik."
Devan kembali loncat-loncat di atas ranjang, hingga suara yang meneyeramkan ia dengar.
"Devan ...! Kasurnya nanti rusak!" mami Devan berjalan ke arah kasur, kemudian menjewer telinga Devan.
"Aduh, aduh!" ringis Devan, "ampun, Mi." Kedua telapak tangannya saling bertautan memohon agar telinganya dilepaskan.
"Sapu halaman sampai ruang tamu, itu hukuman buat anak bandel seperti kamu!" Mami Devan pergi dari kamar anaknya setelah memberi hukuman.
"Nggak papa dihukum, yang penting nanti gue bisa jalan sama bebeb, haahahaha ...." Devan berjalan keluar rumah untuk menuntaskan hukumannya.
"Nggak sia-sia, tadi gue baca doa sebelum makan, doa masuk WC, sama doa masuk masjid," kata Devan, "tapi kalau dipikir-pikir, doa-doa yang gue baca kan nggak ada hubungannya sama Clareta ... ah! masa bodo, rezeki anak saleh ini namanya."
֍֍֍
Elvano membuka pintu kamarnya, terlihat Gavin di sana. Tanpa dipesilakan Gavin langsung masuk ke dalam kamar Elvano. "Mana kembaran lo?" tanya Elvano pada Gavin.
Gavin merebahkan badannya di ranjang milik Elvano. "Siapa? Gue nggak punya kembaran," tutur Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Teen FictionIni hanya sebuah kata-kata, mengungkapkan rasanya dikecewakan. Tentang seorang gadis SMA, yang tidak percaya dengan cinta. Hal ini disebabkan karena ia memiliki trauma yang pernah ia hadapi. Trauma ini salah satunya berasal dari orang yang paling...