25. Emosi

1.3K 89 6
                                    

Hari ini kantin sangat ramai. Suasana gaduh sudah pasti mendominasi kantin saat ini. Ada yang bercanda tawa. Ada yang sibuk menggoda cewek yang berlalu lalang. Ada yang sibuk memakai make-up. Ada yang fokus dengan makanannya. Dan masih banyak lagi.

Ara dan Rian membawa nampan yang berisis mie ayam dan es teh menuju ke meja mereka.

Alsava memutar bola mata malas. Pasalnya tadi ia dipaksa oleh Ara agar ikut ke kantin. Ia juga tidak bisa mengelak karena perutnya juga lapar. Alsava duduk di samping kiri Aksa. Sedangkan, Julian di samping kanan Aksa. Dan diseberang mereka ada Ara dan Rian.

"Ayo dimakan!" Ara tersenyum lebar. Mereka lalu melahap makanan mereka masing-masing.

Aksa dari tadi diam saja. Entah kenapa dekat dengan Alsava membuat badannya panas dingin. Padahal Alsava biasa saja.

Alsava menoleh, karena ia merasa aneh dengan Aksa. "Kenapa lo?"

Mata Aksa membelalak, sepertinya Alsava mengetahuinya. Ia gelisah.

"Nggak papa." Aksa berusaha untuk bersikap biasa saja.

Alsava pun hanya biasa saja. Ia kembali menyeruput es tehnya. Lalu ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Dari tadi banyak sekali yang melihat ke arah mejanya. Seketika mereka langsung mengalihkan pandangan mereka.

Alsava pun bangkit dari duduknya. "Gue ke kelas."

Belum sempat Alsava melangkah, ada seseorang yang menabraknya dan menumpahkan es tehnya di seragam Alsava.

Alsava mendongak, seketika langsung melotot kepada Sena. "Mata lo di mana, hah?!"

"Uppss! Sorry, gue sengaja...," ucap Sena sambil menutup mulutnya dengan tangannya. Padahal tadi malam ia ingin meminta maaf dengan Alsava, tapi entah kenapa ia sangat kesal saat ini.

Sena kesal saat melihat Alsava dan Ara bersama. Apalagi Ara tidak meliriknya sedikit pun. Apa Ara sudah tahu rahasia di antara Alsava dan dirinya? Arrghh!

"Gue tau lo sengaja. Dendam lo sama gue?!" Alsava menatap tajam Sena.

"Dasar pembunuh!" teriak Sena dengan keras, membuat semua pengunjung kantin menoleh ke arahnya. Terkejut.

Alsava berdecih. "Mana buktinya, Sena Maharani? Apa lo nggak inget lo pernah sabotase mobil nyokap sama adik gue. Dan akhirnya mereka meninggal. Gue masih inget waktu lo bilang ke gue."

Sena kaku di tempatnya. Alsava sangat berani ternyata. Ia kira Alsava tidak akan berani membahas hal itu. Sepertinya ia sudah membangunkan macan tidur.

"Kenapa diem?!" bentak Alsava sambil mendekat ke arah Sena. "Kemana anak lo?" tanya Alsava sambil mengelus perut Sena. Membuat semua murid di sana kembali terkejut.

"Uppss. Gue lupa, lo kan udah GUGURIN KANDUNGAN LO YA....?!!" ucap Alsava dengan penuh penekanan.

Sena hanya terpaku di tempatnya. Matanya panas. Ia ingin menangis rasanya.

"Wahh! Ke mana si Denta, cowok bejat yang gak tanggung jawab itu, hem?!"

"Murahan sih emang pada dasarnya," lanjut Alsava.

"CUKUP, VA! LO KETERLALUAN!" teriak Sena dengan mata berkaca-kaca.

"ANJING! YANG KETERLALUAN ITU GUE APA LO, HAH?! LO UDAH FITNAH GUE DI DEPAN BOKAP GUE, SAMPAI AKHIRNYA GUE KAYAK GINI! LO DENGAN TEGANYA NGELAMPIASIN ITU SEMUA KE SAHABAT LO SENDIRI!" Alsava berteriak dengan napas menggebu. Dadanya naik turun sambil menatap tajam Sena.

Para murid di sana hanya diam menyaksikannya. Sungguh di luar dugaan mereka.

Sena hanya diam di tempatnya.

AlsavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang