30. Perjodohan

1.2K 83 12
                                    

Besok malamnya, Alsava sudah rapi dengan dress yang diberikan oleh Tantenya tadi sore. Ia benar-benar heran. Sebenarnya ada apa.

Alsava lalu bercermin lagi di depan cermin besarnya. Sudah lama ia tidak berpenampilan feminim seperti ini.

 Sudah lama ia tidak berpenampilan feminim seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah itu ia langsung turun ke bawah. Di ruang tengah sudah ada Arthur, Ganjar, Doni, Ara. Kecuali Julian. Ia memang sengaja tidak mengajak Julian.

Mereka berempat melongo melihat penampilan Alsava malam ini. Sungguh cantik dan mempesona.

"Sava. Ini beneran kamu?! Ya ampun cantik banget!" Ara berdiri dan langsung menghampiri Alsava. Ia memutar-mutar tubuh Alsava.

"Gue nggak tau kenapa Tante nyuruh gue pake kayak gini. Terus Papa juga bilang malam ini bakalan seru." Alsava memutar bola matanya malas. Lalu duduk di samping Arthur.

Arthur hanya kaku di tempatnya. Alsava sangat cantik. Ia bahkan susah payah menelan ludah.

"Eh buset. Cantiknya...," ucap Ganjar diangguki oleh Doni.

"Lo pada juga disuruh kemari, dan gue gak tau. Bodo amat lah." Alsava lalu menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara deru mobil di luar rumah Alsava. Ara segera bangkit dan melongok dari dalam. Karena ruang tengah ini terhalang dinding. Mata Ara membulat sambil menggeleng tidak percaya melihat siapa yang masuk ke dalam rumah Alsava.

Ara lalu memandang tiga cowok yang sedang bermain ponsel. Sedangkan Alsava malah memejamkan matanya.

"Va... bangun. Tante Rina udah jalan ke sini. Sama ada...."

"Sava... ayo keluar. Mereka sudah datang. Kita makan malam dulu. Sama kalian berempat juga ya...."

Mereka pun menuju meja makan. Ara sudah dengan wajah bodohnya. Ia benar-benar tidak tahu. Sedangkan Alsava berjalan santai sambil memainkan ponselnya dengan menunduk.

Alsava mendongakkan kepalanya saat sudah sampai di meja makan. Dan saat itu juga ia langsung bertatapan dengan....

"Julian?"

*****

Di sinilah mereka semua. Di meja makan rumah Felix. Meja makan itu sangat besar hingga muat untuk dua belas orang. Tentunya dengan teman-teman Alsava.

Mereka saat ini sedang menikmati hidangan dengan membuat beberapa orang di sana penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Alsava memandang Julian yang duduk di seberangnya. Ia tidak menyangka jika ayah Julian sahabat ayahnya.

Julian juga sebenarnya penasaran. Ia mencuri-curi pandang ke arah Alsava yang menurutnya sangat cantik dan feminim. Ia yakin semua orang yang tidak mengenalnya akan terkejut jika tahu bahwa Alsava itu mempunyai tato di tubuhnya.

"Ekhm....."

Deheman Felix membuat lamunan mereka buyar seketika. Mereka telah selesai makan saat ini.

AlsavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang