Julian :
Va... Dibohongin itu nggak enak, kan??????Deg.
Alsava mengernyit saat membaca balasan Julian. Sangat tidak nyambung dengan pesan yang ia kirimkan. Apa maksudnya? Dibohongin? Emangnya ia melakukan apa? Tadi ia berbohong, tapi ia yakin Julian tidak mengetahuinya.
Alsava memilih untuk tidak membalas pesan itu lagi. Entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak seperti ini.
Alsava menepis semua pikiran buruknya dan memilih berendam saja. Karena saat ini sudah pukul lima sore.
Tiga puluh menit kemudian, Alsava sudah rapi dengan pakaian santai. Ia lalu turun ke bawah dan mendapati ayah dan tantenya sedang berbincang-bincang di ruang tengah.
"Papa... sehat, kan? Papa nggak telat makan kan?" tanya Alsava saat sudah duduk di sampingnya dan memeluk ayahnya.
"Nggak kok, Sayang. Kamu tenang aja. Papa nggak akan lupa. Demi kamu Papa akan bertahan." Felix mencium puncak kepala Alsava.
"Revan ke mana, Tan?" tanya Alsava sambil melepas pelukannya.
"Tidur. Katanya capek." Rina terkekeh jika mengingat Revan yang mengeluh dengan pekerjaannya sekarang ini.
Alsava tertawa. "Rasain."
"Suatu saat kamu juga akan mengalami hal yang sama," ucap Felix.
"Hehe... iya, iya."
"Gimana kalo kita makan di luar?" usul Felix sambil tersenyum lebar.
"Ayo!" Alsava dan Rina terpekik, setuju.
Akhirnya, sekitar pukul setengah delapan mereka mencari sebuah restoran untuk makan. Setelah bertemu, mereka langsung memesan makanan.
Saat asyik makan, tiba-tiba ada yang menyapa mereka. Bukan, tapi Alsava.
"Hai, Sava!" sapa orang itu yang ternyata cowok. Ia sedang berdiri di samping Alsava yang saat ini menatapnya tidak percaya.
Mau apa lagi sih, nih orang?!
Alsava mendengus pelan dan memilih tak menghiraukan Verrel.
"Sava! Ini teman kamu? Kok gak disapa balik sih?" Felix menegur Alsava. "Duduk dulu, Nak."
"Makasih, Om." Verrel tersenyum manis dan duduk di samping Alsava yang masih kosong.
Alsava mengepalkan tangannya. Nafsu makannya sudah hilang gara-gara satu orang ini.
"Kamu temannya Sava?"
"Iya, Om. Saya baru datang dari London tiga hari yang lalu."
"Oh. Kamu blasteran ya?"
"Iya Om. Mama saya asli Indonesia. Kalau Papa London. Saya kesini setelah menyelesaikan kuliah saya."
"Oh, kamu sudah lulus kuliah? Iya, iya. Kok bisa kenal Sava?" tanya Felix. "Nih, kamu sambil pesan mau makan apa."
Verrel mengangguk, lalu memanggil pelayan dan memesan makanan.
Oke. Alsava sangat kesal saat ini. Ingin rasanya ia menonjok Verrel saat ini.
"Waktu Sava liburan ke London dulu, Om. Saya hanya bertemu sekitar sepuluh hari. Setelah itu saya tidak berhubungan lagi." Pesanannya pun datang. Verrel sedikit demi sedikit mulai melahapnya. Tidak peduli dengan tatapan tajam Alsava.
"Kamu ambil jurusan apa?"
"Kedokteran," jawab Verrel, sambil menyeruput kopinya.
Felix tersenyum. "Wahh! Hebat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsava
Teen FictionAlsava. Seorang skaters handal. Gadis dengan sejuta rahasia di dalam hidupnya. Cuek, dingin, tidak peduli dengan orang sekitar, teman satu-satunya hanya skateboard yang selalu dia bawa ke mana-mana. Tidak ada yang tahu rahasia dalam hidup Alsava yan...