33. Cinta

1.1K 75 3
                                    

Pukul sembilan malam, Alsava turun dari taksi di depan gerbangnya. Ia lalu membuka gerbang rumahnya dan masuk ke dalam rumahnya.

Suasana ruang tamu sudah sepi. Tadi ia sudah mengabari ayahnya jika pulang malam karena akan mengantar Arthur dulu. Ia pun masih memakai seragam SMA-nya.

Alsava naik ke atas, menapaki anak tangga menuju kamarnya. Ia lalu memasuki kamar mandi dan segera berendam air hangat. Entah kenapa ia sangat lelah hari ini.

Tiba-tiba ia teringat dengan chat Julian yang menyatakan perasaannya tadi. Alsava tersenyum membayangkannya. Lalu ia mengangkat tangannya dan memperlihatkan cincin yang tersemat manis di jarinya. Apa ia sudah mulai menaruh hati kepada Julian.

Julian adalah laki-laki pertama selain sahabatnya yang berani mendekatinya. Padahal pertama kali mereka bertemu di kelas, Alsava sangat kasar kepada Julian. Tapi Julian bahkan tidak takut dan selalu mendekatinya.

Apa Julian memang benar mencintainya? Atau itu hanya rasa penasarannya kepada dirinya dulu? Alsava pusing sendiri memikirkannya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan hatinya.

"Apa yang gue rasakan ini adalah salah satu tanda bahwa gue udah mulai jatuh cinta sama lo, Jul?"

Alsava mulai memejamkan matanya perlahan. Ia berharap membayangkan wajah Julian. Tapi, tidak seperti yang diharapkan. Kenapa malah cowok lain?

Verrel?

Apa yang terjadi sih? Alsava lalu bangkit duduknya dan memakai handuk. Setelah itu bergegas keluar kamar. Memakai pakaian tidur dan merebahkan tubuh di atas kasur.

Baru akan memejamkan mata, Alsava tiba-tiba mengambil ponselnya dan bermain sebentar. Menarik ulur beranda instagram, facebook, dan twitter-nya. Sangat membosankan.

Tapi kemudian ada notifikasi masuk. Dm dari.... Apa?! Tunggu! Ini tidak mungkin?! Alsava langsung membukanya.

Deg.

Deg.

Deg.

Verrel_Th :
Hai, Sava. How are you? Yo know, i miss you.... Bisa kita ketemuan? Aku ada di Indonesia sekarang. Dan mungkin akan menetap selamanya di sini. Aku sudah selesai dengan kuliahku.😘

Alsava menatap layar ponselnya tidak percaya. Orang yang baru bermunculan di benaknya, baru saja mengirimnya pesan. Dan sekarang ada di Indonesia? Bisa gawat ini! Dia sudah kembali dari London. Alsava tahu jika ibunya asli Indonesia dan ayahnya asli London. Tapi kenapa ia bilang akan di sini selamanya?

Sungguh Alsava bingung sekarang. Haruskah ia membalas pesan itu?

Alsv :
Untuk apa ketemuan? Aku rasa itu tidak perlu. Dan kenapa kamu bilang akan selamanya di sini? Bukankah kamu dan keluargamu tinggal di sana?

Verrel_Th :
Aku dan kedua orangtuaku pindah ke sini. Ayo lah, mau ya ketemuan? Aku sungguh merindukanmu. Atau aku main ke rumahmu? Rasanya aku ingin belajar lebih dalam lagi bahasa Indonesia denganmu. Mau, kan?

Alsava benar-benar tidak tahu sekarang apa yang harus ia lakukan? Memikirkannya saja sudah membuatnya pusing.

Sudah hampir setahun ia tidak bertemu dengan Verrel. Tapi apa perasaan ini masih sama seperti yang dulu. Perasaan yang ia rasakan saat pertama kali bertemu dengan Verrel dulu di London. Saat ia liburan semester naik ke kelas sebelas. Bahkan untuk bisa bertemu lagi dengan Verrel adalah hal yang dulu tidak mungkin terjadi baginya.

Verrel!!!

Verrel!!!

Verrel!!!

*****

Saat di dalam kelas, Alsava merenung memikirkan Verrel. Saat ini sudah istirahat dan ia memilih tidur. Beberapa saat kemudian, ia merasa ada sebuah benda yang dingin menyentuh kulitnya.

Alsava mendongakkan kepalanya dan melihat Julian tersenyum sambil memberikan sekaleng minuman dingin kepadanya.

"Nih, minum." Julian duduk di samping Alsava.

"Gue cinta sama lo, Va."

Cesss!!!!

Perkataan itu meluncur begitu saja dari mulut Julian. Beruntung keadaan kelas sangat sepi. Semuanya sedang berada di kantin.

Alsava yang tadinya ingin membuka kaleng itu, menjadi terhenti dan menatap Julian tidak percaya. Apa pendengarannya terganggu? Julian baru saja menyatakan perasaannya.

Julian tersenyum. "Gue tau lo nggak-"

"Gue akan belajar buat cinta sama lo," ucap Alsava tanpa berkedip menatap Julian.

Julian membelalak. "Apa?! Lo, se-serius?! Gue nggak mimpi kan?"

Alsava menggeleng. Tapi kini dengan wajah datarnya. "Enggak."

Julian langsung memeluk tubuh Alsava. Membuat jantung keduanya berpacu lebih cepat tanpa mereka sadari. Alsava langsung melepas pelukannya.

"Makasih minumannya."


"Iya. Apapun buat tunanganku," balas Julian.

Alsava hanya tersenyum simpul, lalu meneguk habis minuman kalengnya. Sangat melegakan tenggorokannya. Tapi kemudian, ia ingat kembali dengan Verrel.

Alsava harus menemuinya dan menyelesaikan semuanya dengan Verrel. Agar tidak terjadi salah paham dan ia berharap bisa perlahan mencintai Julian. Sepertinya Julian begitu tulus mencintainya.

Bahkan ia setengah sadar tadi saat membalas ucapan cinta Julian. Arrgghh!!!!

AlsavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang