36. Pergi?

1.2K 75 11
                                    

Tok... Tok... Tok....

Alsava berjalan membuka pintu yang diketuk dari luar. Di rumahnya sangat sepi. Pak satpam sedang pulang karena sudah sore. ART-nya sedang pulang kampung. Ayah, Tante, dan Revan belum pulang dari kerja. Padahal ini sudah jam lima sore.

Alsava mengira Julian yang datang, karena memang Julian tadi mengirim pesan akan datang ke rumahnya sore ini. Tapi, Alsava sangat menyesal saat membuka pintu rumahnya. Verrel.

Dari mana Verrel tahu rumahnya? Sialan!

"Hai!" Verrel menyodorkan sebuket bunga kepada Alsava. "I love you!"

"Kamu udah gila! Aku sudah punya tunangan. Lebih baik kamu pergi sekarang, karena tunanganku akan kesini sebentar lagi. Aku masih sopan sama kamu, jadi tolong pergi!"

"Kembalilah padaku, Sava... ku mohon..." Verrel mendekat, Alsava mundur beberapa langkah sampai masuk ke dalam rumah.

"Lo mau ngapain?" Alsava emosi. Ia sudah tidak memakai 'aku-kamu' lagi. Semakin lama Verrel semakin gila saja.

"Aku mau kamu kembali sama aku!" bentak Verrel.

"Gue nggak mau!"

Verrel mendekat, sampai Alsava membentur meja makan. Ternyata sudah jauh dari pintu rumahnya. Apa yang harus ia lakukan? Di rumah tidak ada siapa-siapa. Julian?! Datanglah!!!!

"Hei! Ngapain lo!" teriak seseorang yang ternyata Julian. Julian menarik kerah baju Verrel dan melayangkan pukulan ke wajah Verrel.

Bugh!!!

Bugh!!!

Verrel bangkit, dan dalam sekali pukul Julian tergeletak. Ya, Verrel sangat ahli dalam hal bela diri. Alsava saja kalah dengan Verrel.

"Julian!!!"

Verrel menarik tangan Alsava kasar. Alsava ingin memukul, tapi Verrel jauh lebih pintar dari dirinya. Alsava diseret sampai ke mobil dan menghempaskan tubuh Alsava ke dalam mobilnya sampai kepala Alsava membentur pintu mobil. Keningnya pun terluka.

Kepala Alsava pusing. Ia mengambil ponselnya dan mengaktifkan lokasi dan gps-nya. Beruntung ia di kursi belakang. Verrel pun sedang fokus menyetir.

Alsava juga mengirim pesan singkat kepada Julian agar melacak keberadaannya. Setelah selesai, ia kembali memasukkan ponselnya dan berpura-pura pingsan. Sungguh ia benci Verrel. Brengsek!

Verrel menengok ke belakang sebentar. Ia menghela napas pelan saat tahu Alsava pingsan. Itu pasti karena ulahnya yang tadi menghempaskan tubuh Alsava begitu saja ke dalam mobil.

Verrel melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke sebuah rumah kosong yang tampak kotor. Ia lalu menggendong Alsava ke dalam dan mendudukkan tubuh Alsava di bangku.

Alsava berdoa dalam hati, semoga Verrel tidak berbuat apa-apa. Ia lalu membuka matanya dan tidak melihat Verrel di sana. Alsava langsung menggunakan kesempatan ini untuk kabur. Ia segera bergegas melangkah keluar. Tapi, baru beberapa langkah ia berjalan....

Bugh!!!

Verrel berdiri di belakangnya dan memukul tengkuk Alsava. Membuatnya benar-benar pingsan sekarang. Tidak butuh waktu lama, Verrel sudah mengikat kaki dan tangan Alsava di bangku. Mulutnya pun ia bungkam dengan mengikatkan kain di mulutnya.

Verrel mengelus pipi Alsava. "Aku sudah ngomong baik-baik, tapi kamu mau aku pakai cara kasar. Maafin aku, karena cuma ini cara agar kamu bisa balik lagi sama aku."

Verrel kemudian mengecup pipi Alsava sekilas.

*****

Julian sedikit demi sedikit mencoba bangun. Rasanya sangat sakit saat Verrel memukulnya. Ia tidak menyangka jika Verrel sangat kuat.

AlsavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang