14. Seperti Tergores

288 42 1
                                    

Benar saja apa yang dikatakan Geby kemaren, setelah ia pulang kerumah ia dimarahi habis-habisan oleh Rean. Geby bodo amat. Langsung saja ia letakkan soto tersebut dimeja dan berlalu pergi, menghiraukan kakaknya yang sudah berkoar-koar tidak jelas.

"By! Sambelnya mana njay!"

Geby tidak jadi pergi, ia menoleh kebelakang. "Emangnya kagak ada?"

"Kagak njir, sono balik lagi lu minta sambel"

Pandangan Geby mendatar. "Yakali Ar, gue kesana lagi buat minta sambel doang gitu?!"

"Salahnya lu gak liat isinya! Balik sono!" Titahnya.

Geby kesal. "Gamau! Lu aja sono, siapa yang butuh? Elo kan? Dah ah, gue mau liat MV dulu dikamar!" Ia berbalik dan menghentakkan kakinya, pertanda kalau ia tengah sedikit sebal.

"Woy By! Sambellll"

"Brisik! Tinggal makan apa susahnya sih!"

Geby melanjutkan langkahnya sementara Rean mencak-mencak sendiri.

Sekiranya itulah yang terjadi kemaren sore. Dan hari ini, hari pertama Geby masuk sekolah dari skors yang sangat panjang.

"Ar, cepet ih! Nanti telat!"

"Kalo mau cepet, jalan kaki aja sono! Baru jam segini juga"

Geby berdecak kasar. "Ar, ihh, cepet! Lelet banget si kaya siput!"

"Sabar Re, sabar" ujarnya menyemangati dirinya sendiri.

Rean kemudian berpamitan kepada kedua orang tuanya. Geby tadi sudah, dan gadis itu sedang menunggu digarasi. "Hati-hati ya Re, jangan kebut-kebutan" peringat ibunya.

"Iya ma, pasti. Yaudah, Rean berangkat dulu ya ma, pa"

Kedua orang tuanya mengangguk. Setelahnya, ia keluar dari rumah.

"Ar, cepettt!"

"Brisik amat lu tong. Gue giles baru tau rasa lu"

Geby nyengir. Ia memakai jaket tebalnya itu karena suasana hari ini cukup dingin.

"Pegangan, ntar lu terbang lagi"

"Ar!"

Rean terkekeh. Ia menyalakan mesin motornya dan melaju kearah sekolah Geby.

***

"Ar, awas aja lo gak online ya pas pulang sekolah. Jemput gue!"

"Iya nyai! Yaudah gue berangkat kuliah dulu"

"Ar" panggilnya ketika Rean hendak memutar balik.

Rean mengangkat alisnya sebelah. "Paan?"

Geby tersenyum. "Makasih"

Rean terkekeh dan mengode Geby agar mendekat. Ia mendekat. Dengan sayang, Rean mengusap kepala adiknya itu. "Jangan baku hantam lagi ya! Awas aja lu"

"Iye-iye!"

Rean tersenyum.

Namun hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Eh, itu Kak Rean bukan, sih?!"

"Iya, itu Kak Rean! Kakkkk!"

Segerombol siswi perempuan agak sedikit berlari kearah Rean.

"Anjir, yaudah gue berangkat ya. Danger nih," ujarnya cepat.

Geby tertawa melihat Rean yang tergesa-gesa.

"KAKAKKK, aku suka sama kakak!" Ujar salah satu dari gerombolan itu.

Rebahan is my Passion [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang