21. Sebuah Kepastian

252 34 7
                                    

Misi...numpang lewat.

***

Perasaan Geby terlalu campur aduk saat ini. Ia hanya memikirkan tentang Ganesha dan Ganesha. Apa benar ia sebucin itu kepadanya? Namun yang dilakukannya ini wajar, kan?

Geby menghembuskan napasnya perlahan, merasa lelah. Ia tidak akan seperti ini jika Ganesha memberinya sebuah kepastian. Apapun ia akan terima, kalaupun Ganesha tidak menyukainya Geby akan menerimanya. Perasaannya ini terlalu menggantung. Jika dia tidak suka, Geby bisa mencari orang lain. Tetapi ini? Bahkan Geby saja tidak tau tentang perasaan Ganesha ke dirinya.

Apa perlu dirinya dulu yang bergerak maju? Daripada harus menunggu kepastian seperti ini. Dirinya sangat lelah. Bertahun-tahun ia menunggu Ganesha namun sampai sekarang tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan menyukainya.

Ahh, ini membuatnya pusing.

"By, lo ngelamun?"

"Nggak, gue tidur!"

"Yee sante dong. Lo mikirin ape nih, keknya berat banget dah."

"Gue pengen minta pendapat dari kalian, gimana kalo gue duluan yang nembak Ganesha?"

Seketika Becca, Elde dan Rena terdiam sesaat.

"Hei, gue tanya ya jawab dong."

"Ya lo juga gimana sih, yakin lo mau duluan yang nembak?" Elde sedikit syok namun mencoba untuk tenang.

Geby berdecak. "Gue capek nunggu Elde, gue nggak papa kok misalkan gue harus ditolak. Gue bakal coba lupain dia dan cari yang lain."

"Hm, kalo lo maunya gitu gue bakal dukung aja. Lagian gue juga kesel gegara Ganesha lama banget gak nembak lo, gatau apa kalo lo udah nungguin dia sampe lumutan."

"Yee, nggak lumutan juga kali Becca."

"Nyatanya lo lumutan kan. Bahkan lo aja udah keropos."

"Anjir lu."

Becca sedikit terkekeh melihat reaksi Geby. Sedangkan Rena dan Elde hanya tersenyum.

Geby kembali menyangga dagunya dan berguman pelan, "keknya gue emang harus gerak duluan."

***

Setelah sepulang sekolah, Geby berniat untuk menyatakan perasaannya pada Ganesha. Ia tidak peduli jika harus menurunkan derajatnya. Ini sudah terlalu lama.

Geby merogoh ponselnya yang berada didalam saku roknya. Mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Ganesha.

Ia menarik napasnya dalam, Geby juga harus menyiapkan mentalnya untuk bertemu dengan Ganesha.

Ganesha membalas pesannya. Dia menyetujuinya dan akan bertemu didepan sekolah, tak jauh dari sekolahnya ada sebuah taman kecil, jadi ia akan bertemu disana saja. Geby kembali menaruh ponselnya disaku rok dan mulai melangkahkan kakinya kearah luar sekolah.

"Gue nggak yakin apa yang mau gue lakuin tapi ini tuh udah lama banget, gue udah nggak bisa nahan lagi. Kalaupun nantinya bakal ditolak gue udah siap," lirihnya.

"Oke semangat Geby, keluarin semua perasaan lo ke Ganesha dan hidup lo bakal tenang."

Geby sampai di taman kecil tersebut, sembari menunggu Ganesha datang, ia mencoba mulai mengolah kata-katanya. Argh, ini sulit. Ia pikir akan mudah untuk mengungkapkannya tapi jantungnya sangat berdebar kencang. Ia hanya berharap ia tidak pingsan saat berhadapan dengan Ganesha nanti.

Geby memejamkan matanya sejenak.

"Hei."

Geby dengan cepat membuka matanya, dihadapannya sudah ada Ganesha yang masih mengenakan seragam sekolah, tentu saja karena mereka baru saja pulang sekolah. Namun, dasinya sudah tidak terpampang pada kerahnya.

Rebahan is my Passion [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang