17. Tidak Selamanya

276 31 0
                                    

Ini ceritanya full si Elde ya:*

***

"El, lo yang hari ini masak ya, gue cape pengen tiduran dulu."

"Kenapa gue? Kan sekarang giliran lo yang masak! Kok gue sih!" Elde merasa tak terima karena pasalnya ia dan Arda, kakak perempuannya telah membuat kesepakatan untuk bergiliran dalam membuat makanan. Dan sekarang giliran Arda.

Arda memutar bola mata malas. "Ngertiin gue dong! Gue kerja juga buat lo ya!"

Elde berdecak pelan. "Ck. Iya-iya."

Hal yang harus diketahui tentang keluarga Eldeberry Revella, Elde dan Arda hanya hidup berdua disebuah rumah peninggalan kakeknya. Rumah yang selalu sepi dan seperti tidak ada kehidupan.

Arda sudah bekerja diperusahaan milik temannya, namun ia juga bekerja direstaurant sebagai sambilan.

Bisa dibilang, Elde hanya bergantung pada Arda saja. Arda sendiri selalu bekerja keras untuk bertahan hidup dengan adiknya.

Orang tua mereka? Mereka menghilang tanpa kabar dan sudah 7 tahun tidak kembali. Keadaan mereka sangat terpuruk tapi apa bisa dikata kan, mereka harus bisa bertahan tanpa orang tua.

Kembali ke Elde, Elde segera menuju dapur untuk membuat makan malam untuk dirinya dan kakaknya.

Setengah jam berlalu, Elde menyiapkan semuanya dimeja makan. Namun ia tak menemukan Arda disofa, tadi Arda bilang bahwa ia akan tiduran disofa.

Elde mencari ke kamar kakaknya, mungkin saja ia kesana. Dan benar, Arda sedang berbaring ditempat tidur dengan mata terpejam.

Elde melihat kakaknya yang kelihatan lelah itu. Dipikir-pikir, Arda telah memberikan segalanya untuk dirinya kenapa tadi ia membentaknya. Arda lelah, dia juga butuh istirahat.

"Kak Arda, bangun, makanannya udah siap. Belum makan, kan?" Elde mencoba membangunkan kakaknya itu.

Arda melenguh. "Iya El, bentar."

"Gue tunggu dibawah ya," ujarnya sembari melihat Arda dengan pandangan yang buram.

Arda hanya berdeham.

Elde kembali kebawah, menyiapkan piring untuk kakaknya.

"Kok lama?"

"Gue tadi mandi dulu, lengket badan gue. Lu nungguin gue ya?"

"Iyalah! Yakali gue makan sendirian."

"Yee, sante dong!"

Arda duduk dikursinya. Ia terkesiap melihat makanan yang ada dimeja.

"Tumben nih, makanannya kesukaan gue semua?" Godanya.

Elde terkekeh. "Emangnya kenapa? Gaboleh?"

"Yakali gaboleh, setiap hari makanan kesukaan gue aja semua, gue ikhlas kok."

"Gue yang nggak ikhlas!"

"Udah-udah, makan yah jangan kebanyakan bacot."

Elde mendengus. Tapi ia sedikit tersenyum melihat kakaknya tersenyum. Setidaknya ia bisa membuat kakaknya itu sedikit menghilangkan beban dipunggungnya.

Pasti sangat sulit harus mencari uang sendirian.

"Elde, gimana sekolahnya? Gada masalah kan?"

"Iya, nggak ada kok kak."

"Ya bagus deh."

Elde menatap kakaknya. Ia ingin bertanya sesuatu namun ia takut.

Merasa diperhatikan, Arda menatap Elde balik. "Apa? Mau ngomong sesuatu? Ngomong aja lagi."

Rebahan is my Passion [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang