31|| Antara Malven dan Rafa🍁

2.2K 106 1
                                    

Holla, aku come back.
Selamat membaca🙆

____________

"Bersabarlah, kebahagaian akan datang pada orang-orang yang rela ikhlas dan sabar."

____________


Flasback On.

Rafa nampak sibuk dengan laptop dihadapannya. Jemarinya dengan lincah menari-nari dipapan keybord, kepalanya sedikit tertarik tak kalah ketukan pada pintu ruangannya diketuk.

"Masuk." Titah Rafa lalu kembali fokus pada layar laptop.

"Pak, ada yang ingin bertemu dengan anda. Tetapi dia tidak memiliki janji," tutur Adelia, selaku sekertaris baru Rafa.

Rafa mengangkat wajahnya dengan tatapan bertanya. "Siapa?" Tanyanya singkat.

"Malven, jika tidak salah dia adalah pembalap internasiol." Ucap Adelia sedikit nada mengagumi.

Rafa menatap pintu berwarna hitam dengan datar.

"Saya sibuk," tolak Rafa.

"Tapi Pak, dia bilang ingin berbicara serius dengan anda." Ucap Adelia lagi.

Rafa menghelakan nafas pelan. Ia memijat pelipisnya yang mendadak pening. Untuk apa pria itu datang?

"Baiklah, suruh dia masuk." Kata Rafa datar, membuat Adelia meneguk selivanya susah payah.

Adelia adalah sekertaris baru yang menggantikan sekertaris lama di Bramasta Group. Umurnya satu tahun lebih tua dari Rafa, namun masih amat muda dan terlihat sangat cantik. Mungkir sekitar 22 tahun, setara dengan Natasha.

"Ba-baik Pak," Adelia berpamitan seraya menunduk.

Hanya butuh waktu lima menit pintu berwarna hitam kembali terbuka. Terlihat pria bernama Malven itu menggunakan pakaian yang cukup santai, sesantai wajahnya.

"Langsung ke intinya," ketus Rafa.

Malven terkekeh pelan, ia duduk dikursi hadapan Rafa. Mereka hanya terhalang oleh meja yang terdapat beberapa berkas dan hal penting lainnya.

"Basa-basi dulu," ucap Malven tanpa beban.

"Gue sibuk," balasan Rafa tak sesantai Malven, terkesan sangat dingin dan ketus.

Kedua mata Malven menjelajahi seisi ruangan. Malven bisa mengakui kerja keras pria dihadapannya ini, ia sempat mendengar dari beberapa pegawai disini jika pemimpin mereka sangat baik.

Tapi tetap saja. Dimata Malven, Rafa adalah anak kecil yang tidak bisa mengontrol emosinya.

"Gue denger-denger lo baikan sama Natasha," Malven bangkit sambil menjelajahi ruangan ini.

Kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celana, langkah kakinya terhenti, tatapan jatuh pada bangunan dan kegiatan di ibu kota dari atas sini. Suasana yang benar-benar Malven suka.

Kaca transparan ini membuatnya leluasa melihat pemandangan dibawah sana. Malven jadi betah berlama-lama disini.

"Gue tau, malam itu lo ngikutin gue sama Caca," Rafa memutar kursinya. Pria itu ikut menikmati pemandangan dari atas sini.

JUNIOR 2 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang